Quote:
Siapa di sini belum pernah makan di restoran cepat saji (fast food)? Hampir setiap orang yang ditanya terutama mereka kaum urban, selalu menjawab pernah. Pertanyaan berikutnya, berapa kali dalam satu minggu kamu makan di gerai fast food? Nah, kalau ini mungkin akan variatif karena jawabannya tergantung dari kemampuan ekonomi alias isi dompet tiap orang.
Makin kaya seseorang makin besar kemungkinan ia lebih sering membelanjakan uangnya makan di restoran fast food. Lalu apa masalahnya? Tidak masalah jika satu atau dua kali dalam setiap bulan. Namun kalau hampir setiap hari itu berarti kamu masuk ke tahapan addicted dan pertanda lampu merah. Sebaiknya hentikan kebiasaan itu.
“Kenapa harus berhenti? Toh, itu uang gue sendiri. Kenapa harus elu yang repot!”
Quote:
Respon seperti itu mungkin akan kita dapat bila kita mengingatkan teman untuk mengurangi konsumsi makanan fast food. No problem. Itu respon normal kok. Uang memang bukanlah masalah terbesar namun kesehatan lah yang justru harus dikuatirkan. Beragam riset telah membuktikan bahwa terlalu banyak mengkonsumsi fast food dapat memberikan efek negatif pada tubuh.
Quote:
Apakah makan seperti ini laku di pasaran? Bisa iya, bisa juga tidak. Sebab, laku atau tidak sebuah restoran di era modern seperti sekarang bukan hanya tergantung dari produk tapi dari strategi marketing. Fast food lokal jarang dilirik karena terkesan ndeso dan kurang keren. Mindsetseperti itulah yang mengawali kepopuleran fast food impor dan meminggirkan makanan lokal. Jika saja fast food lokal ini mampu menerapkan strategi marketing yang jitu, misalnya dengan kemasan yang menarik, tidak dipungkiri ia bisa menyaingi pasar fast food impor atau yang kita sebut sebagai junk food tadi.
Quote:
Metode fast food atau penyajian makanan dengan waktu yang lebih singkat seperti ini tampaknya tak bisa ditawar. Kenapa? Karena orang Indonesia memang gemar dengan hal yang berbau instan dan cepat. Budaya seperti inilah yang kerap kali menjadi otokritik buat diri sendiri. Bukan hanya pada cara memilih makanan, melainkan juga pada cara memilih jenjang pendidikan inginnya selalu instan.
Quote:
Itu mengapa belum lama ini muncul berita di berbagai media nasional mengenai kampus abal-abal yang melahirkan para wisudawan abal-abal juga. Disebut abal-abal karena kampus itu dicurigai hanya menjual ijazah tanpa benar-benar melaksanakan proses belajar-mengajar di dalam kelas. Hal itu merupakan bagian dari budaya yang ahloo sebut tadi sebagai budaya instan.
Quote:
Jadi wajarlah bila konsumen fast food (junk food) makin hari makin tinggi. Gak percaya? Coba tengok pendapatan salah satu perusahaan fast food asal Amerika Serikat, KFC yang mencapai sekitar Rp 4 triliun pada 2015. Jumlah itu akan semakin bertambah tahun ini karena KFC berencana menambah jumlah gerainya. Sepertinya, McDonald dan gerai fast food impor lain juga tidak jauh berbeda.
Jadi hati-hati ya gan dalam konsumsi makanan cepat saji (JUNK FOOD). Memang tidak ada yang salah, dan pasti semua orang pernah mencoba apa itu makanan cepat saji. Cuma saran ane cukup sekali - 3 kali aj dalam sebulan (menurut ane pribadi) jangan kebanyakan ataupung berlebihan. Karena semua yang berlebihan itu gak baik kan gan


cuma mengingatkan aja sihh. Silahkan yang mau komentar atau memberi saran. Monggo gann