bonta87Avatar border
TS
bonta87
Sopir Taksi Lulusan S2 Jerman: Wajar Kami Protes Uber & Grab


Baru-baru ini ratusan sopir taksi menggelar unjuk rasa di Balai Kota DKI Jakarta. Dalam tuntutannya, mereka ingin pemerintah setempat menghapus dan menindak keberadaan angkutan pelat hitam berbasis aplikasi yang telah mengebiri pendapatan mereka.

Menurut Petar Yan, salah seorang sopir taksi Express Group yang merupakan lulusan S2 Jerman, wajar para sopir taksi menggelar unjuk rasa menyuarakan penderitaan mereka. Dia menceritakan, saat ini pendapatan mereka benar-benar drop semenjak adanya taksi online. Jika biasanya dirinya bisa mendapat uang sekira Rp300 ribu, kini Rp150 ribu pun sangat sulit.

"Saya ini pelaku, jadi saya tahu persis pendapatan sekarang teman-teman sesama sopir taksi. Dari pagi sampai malam ini saja, saya baru dapat Rp129 ribu. Lalu saya mau setor ke perusahaan pakai apa, terus berapa yang saya kasih buat anak-istri saya," kata Peter Yan saat berbincang di Indonesia Lawyers Club, tvOne, Selasa malam, 15 Maret 2016.

Maka tak heran jika para sopir taksi legal berunjuk rasa memperjuangkan haknya. Kata dia, jika tak diperjuangkan, semuanya tak akan berubah.

Dari kacamata sopir taksi yang juga sesekali menjadi dosen tamu di salah satu universitas swasta di Jakarta itu, ada kesalahan sistem yang terjadi di Indonesia. Di mana, regulasi tak berjalan dengan baik. Sebenarnya, dia sendiri tidak mempermasalahkan adanya aplikasi, karena itu merupakan alat yang membantu orang mendapatkan angkutan maupun sopir yang tak perlu kesulitan mendapatkan penumpang. Singkat kata, aplikasi merupakan cara mensukseskan sebuah regulasi.

Tetapi, regulasi yang dimaksud adalah berapa banyak transportasi publik yang benar-benar dibutuhkan masyarakat. Saat ini, dia merasa sudah terlalu gemuk, sehingga muncul persaingan tidak sehat baik sesama sopir taksi, maupun antar-perusahaan penyedia angkutan.

"Tidak ada yang bisa definisikan, berapa jumlah publik transport kita, seperti taksi, Metro Mini dan sebagainya. Kalau kita ada definisi yang jelas, misal kita hanya butuh taksi sekian unit, maka tidak akan ada kasus seperti ini. Ini kan tidak, banyak taksi baru bermunculan, ditambah lagi adanya Uber dan GrabCar, benar-benar sesak," kata Peter.

Ia sendiri juga mempertanyakan regulasi tarif yang kadang dianggap terlalu mahal, sementara masyarakat menginginkan biaya angkutan yang murah. Dia juga tak heran jika kemudian banyak masyarakat tertarik dengan taksi online.

"Misal tarif, dari saya masuk itu sekali buka pintu Rp7.500 yang ditetapkan oleh Dishub dan entah siapa lagi, kalau saya sih maunya Rp3.000, kalau perlu. Makanya perlu regulasi yang jelas, kalau kita tidak berani meregulasi, kita kolaps."

"Saat ini yang kita hadapi, kita pusing, persaingan kita makin tidak sehat. Gambarannya, pasarnya 100 persen, taksinya 120 persen, masuk lagi Uber dan GrabCar, makan apa kita," kata dia.


http://otomotif.news.viva.co.id/news...edium=facebook

lulusan S2 Jerman bray..

klarifikasi dari kaskuser

Quote:

Diubah oleh bonta87 16-03-2016 09:45
0
50.6K
520
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan