politicusAvatar border
TS
politicus
Kenaikan Harga Pangan tidak Terkendali




SUDAH sekitar dua pekan terakhir harga bahan pangan di banyak daerah naik dan tidak ada tandatanda turun. Yang paling mencolok ialah kenaikan harga beras serta daging sapi dan ayam. Kementerian Perdagangan pun mengakui kenaikan harga pangan tersebut.

Berdasarkan pantauan Media Indonesia, misalnya, di Banyumas dan sekitarnya di Jawa Tengah harga beras jenis IR 64 kelas medium Rp9.500 per kilogram. Bahkan di Palu, Sulawesi Tengah, harga beras tembus Rp12 ribu per liter. Harga daging sapi di Sukabumi, Jawa Barat, mencapai Rp120 ribu per kilogram. Kemudian daging ayam di Kupang, NTT, dijual Rp70 ribu per kg (lihat grafik).

Direktur Bahan Pokok dan Barang Strategis (Bapokstra) Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Robert J Bintaryo mengatakan tugas Perum Bulog untuk mengatasi harga beras yang tidak stabil saat ini karena persediaan cukup. "Bulog mesti operasi pasar," ujarnya.

Terkait dengan harga daging sapi, Robert menyatakan itu akibat adanya pengenaan PPN impor sapi bakalan sebesar 10%. Namun, setelah kebijakan itu dibatalkan kemarin, ia berharap harga daging sapi turun. Hal senada disampaikan Plt Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Karyanto Suprih dan Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti dalam kesempatan terpisah.

Untuk daging ayam, kata Robert, harganya naik akibat harga pakan ternak yang juga naik. "Kita usahakan harga pakannya turun sehingga harga daging ayam turun."

Terkait dengan masalah itu, Robert berharap setiap daerah memiliki cadangan pangan sehingga harga menjadi lebih terkendali. Hingga saat ini baru beberapa daerah yang memiliki badan penyangga pangan. "Tentu cadangan (pangan) di daerah sangat membantu, tapi masih banyak yang belum ada," ujar Robert.

Dia mencontohkan, daerah yang sudah memiliki sistem pusat distributor untuk kebutuhan bahan pokok ialah Surabaya melalui Puspo Agro. Di Jakarta ada Pasar Induk Kramat Jati dan Pasar Induk Beras Cipinang, dan Banten melalui Pasar Induk Tanah Tinggi.

Menurut Robert, UU No 18/2012 tentang Pangan mewajibkan setiap daerah membangun cadangan kebutuhan pokoknya. "Kita mendorong, tapi itu sebenarnya inisiatif daerah karena pendanaannya dari daerah."

Untuk meredam harga beras, Bulog Subdivisi Regional (Subdivre) Banyumas mengambil kebijakan dengan menyalurkan beras keluarga sejahtera (rastra). "Setiap rumah tangga sasaran mendapat jatah 15 kg dengan harga Rp1.600 per kg. Penyaluran rastra itu diharapkan mampu menahan harga beras di pasaran," ujar Kepala Bulog Subdivre Banyumas Setio Wastono.

Kurang sigap
Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto Siregar menilai persoalan meroketnya harga beberapa kebutuhan pokok, khususnya beras, disebabkan ketidaksinkronan data antarkementerian.

Kementerian Pertanian dianggap sangat getol menyatakan bahwa produksi beras mencukupi kebutuhan masyarakat. Padahal, produksi beras faktanya tidak mencukupi. Karena itu, impor pun terlambat sehingga harga beras cenderung naik hingga saat ini.

"Kementan selalu menolak impor karena alasan produksi cukup. Kalau produksi cukup, kan harga tidak tinggi seperti sekarang, dan terbukti ujungujungnya impor," ujar Hermanto melalui sambungan telepon.

Guru Besar IPB itu tidak melihat adanya mafia dalam permasalahan ini. Masalahnya, katanya, pemerintah kurang sigap dalam merencanakan suplai kebutuhan bahanbahan pokok untuk masyarakat. (LD/BB/TB/HK/PO/X5)

http://www.mediaindonesia.com/news/r...ali/2016-01-23


Apakabar harga bahan pokok, makin melambung? Rakyat memang disuruh banyak sabar!

Apa solusi yang ditawarkan negara? Impor?
0
2.7K
39
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan