enda.rosesAvatar border
TS
enda.roses
KEREN !!! Pustaka Keliling Karya Anak Bangsa

Tengkiu ya Kaskus dan Agan Semuanya emoticon-Salaman

Menjadikan HT ane yg ke dua emoticon-Salaman Hari ini 30 Desember 2015 emoticon-Kaskus Banget

Kado Akhir Tahun emoticon-Selamat
Semoga Kita Semua Selalu Sehat dan Damai Terus !!!
Maap kalo komeng gk dpt ane balas satu persatu emoticon-Frown emoticon-Frown
Keep Post !!! emoticon-Salaman


host images








emoticon-Rate 5 StarWajib Bangga! Pustaka Keliling Karya Anak Bangsa emoticon-Rate 5 Star

Buku adalah jendela dunia, dan untuk membuka jendela dunia tersebut kita harus membaca buku tersebut. Membaca sendiri merupakan salah satu kegiatan yang menyenangkan. Tapi, entah karena malas, terlalu sibuk, dan menganggap membuang-buang waktu, banyak orang yang mengabaikan kegiatan yang satu ini. Bahkan, hasil survei yang dilakukan UNESCO September lalu menunjukkan bahwa diantara 1000 orang di Indonesia hanya 1 orang yang membaca. Sangatlah rendah jika dibandingkan dengan wilayah Asia dan Eropa. Dimana untuk di Amerika, satu penduduknya dalam setahun bisa menuntaskan membaca buku sebanyak 25 sampai 30 buah, sedangkan di Indonesia satu penduduknya hanya mampu menuntaskan satu buah buku dalam setahun.

Meskipun begitu, masih ada segelintir orang yang memiliki semangat dan inisiatif yang tinggi untuk membuat masyarakat cinta baca buku, melalui pustaka berjalan. Meskipun tidak mewah bahkan terkesan sederhana, tapi hal yang mereka lakukan tersebut patutlah untuk diapresiasi. Nah, siapa sajakah orang tersebut dan seperti apa bentuk ide pustaka berjalan mereka ?

Langsung aja gan emoticon-Salaman

1. Jamu Keliling Pustaka emoticon-Kaskus Banget


image url upload

M. Fauzi (33), warga Desa Sukorejo, RT 09, RW 03, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo berkeinginan besar untuk menumbuhkan minat dan semangat baca masyarakat di desanya, mulai dari tingkat pelajar, karyawan, hingga ibu rumah tangga dengan cara yang unik, yaitu dengan menyediakan rak buku bersamaan jamu yang dijualnya.


Perpustakaan Jamu Keliling di rak buku itu, ia menyediakan puluhan buku berbagai jenis, seperti novel, kumpulan cerpen, buku masak, hingga kamus bahasa untuk pelajar. Ia membawa rak tersebut sambil menjajakan jamu jualannya di pelosok desa dan pabrik-pabrik yang ada di Buduran hingga Gedangan Sidoarjo, dengan berkeliling menggunakan sepeda.
Di depan rak-nya tersebut ia pun menuliskan slogan yang berbunyi : Sak iki jamane moco (sekarang waktunya membaca). Ia berharap, dengan slogan itu para masyarakat Sidoarjo khususnya para pembeli jamunya bisa semakin suka dengan membaca. Fauzi pun memberikan fasilitas gratis bagi para pembeli dan pembaca yang ingin membaca bukunya, tapi harus dikembalikan paling lambat tiga hari.

2. Perahu Pustaka emoticon-Kaskus Banget


picture share

Berawal dari hasil percakapan Twiter bersama kawannya bernama Nirwan Ahmad Arsuka, Muhammad Ridwan Alimuddin (36), pria kelahiran Tinambung, 23 Desember 1978 ini berinisiatif membangun Perahu Pustaka. Pembangunan Perahu Pustaka ini didasari kepedulian sosial Ridwan terhadap lingkungan disekitarnya yang kurang akan fasilitas layanan perpustakaan. Karenanya, ia ingin membuat sebuah sarana khusus dan menyediakan buku bacaan untuk anak-anak di pulau terpencil di Teluk Makassar.

Mulai dari keinginan itulah, Ridwan mulai mencari informasi perahu jenis apa yang cocok untuk dijadikan sebuah perpustakaan, dan dipilihlah perahu baígo. Perahu ini lambungnya cukup lebar, dan cukup aman tanpa khawatir akan kandas. Pengerjaan perahu ini pun tidak main-main, karena kayu yang digunakan Ridwan tebang sendiri di hutan, lalu dikeringkan, dan disertai upacara untuk membuat perahu bersama para nelayan di daerah Polewali Mandar.

3. Becak Pustaka emoticon-Kaskus Banget


post image

Masih dari penggagas yang sama dari Perahu Pustaka, Becak Pustaka ini pun dibuat oleh Muhammad Ridwan Alimuddin. Baginya, agak aneh membuat sarana perpustakaan dan mengajak anak-anak di pesisir dan pulau terpencil lain untuk membaca, sedangkan tidak untuk anak-anak dikampungnya sendiri di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Karenanya, ia pun menyulap becak menjadi becak pustaka.


Becak pustaka ini mendatangi sekolah dasar (SD) saat jam istirahat dan sore hari, serta mampir secara bergiliran di empat desa di Kecamatan Balanipa (Polewali Mandar, Sulawesi Barat), yaitu : Desa Galung Tulu, Sabang Subik, Pambusuang, dan Bala.

4. Motor Pustaka emoticon-Kaskus Banget


image hosting over 5mb

Semangat untuk menginspirasi dan menanamkan budaya cinta baca dari Muhammad Ridwan Alimuddin, mungkin sangatlah kuat. Sehingga, tidak hanya Perahu Pustaka dan Becak Pustaka, ia pun berinsiatif membuat Motor Pustaka.

Adapun perbedaan dari ketiga pustaka hasil ide Ridwan, yaitu : Perahu Pustaka diperuntukkan untuk daerah pulau, Becak Pustaka untuk daerah daratan, sedangkan Motor Pustaka diperuntukkan untuk daerah bukit dan pegunungan.
Tidak heran jika apa yang dilakukan Ridwan Alimuddin sejauh ini sangat diberikan apresiasi oleh masyarakat sekitar yang ikut menikmati manfaat atas sarana pustaka yang dibuatnya. Semakin banyak orang yang membaca, pengetahuan bertambah, ilmu pun bisa tersebar, dan kurang lebih itulah yang sangat ingin diwujudkan Ridwan.

5. Kuda Poni Pustaka emoticon-Kaskus Banget


image sharing sites

Ridwan Sururi (42), pria kelahiran 13 April 1973, merupakan warga RT 2 RW 3 Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah ini merupakan pengasuh kuda poni pustaka bernama Luna, yang awalnya seekor kuda liar namun berhasil ia jinakkan. Hebatnya, kuda pustaka ini sempat menjadi berita nasional dan internasional pada awal tahun 2015.

Ridwan, yang merupakan pengasuh sekaligus pemilik Luna, awalnya menemukan ide membuat Kuda Pustaka saat bercengkerama dengan temannya yang sesama pecinta kuda, Nirwan Arsuka. Saat itu mereka bertanya-tanya hal berguna apa yang bisa mereka lakukan untuk masyarakat dengan menggunakan kuda?. Nah, dari situlah Nirwan menimpali dengan ide membuat perpustakaan keliling. Ridwan pun setuju, karena ia turut prihatin melihat kondisi kebanyakan anak yang lebih menyukai bermain handphone, netbook, menonton tv, dibandingkan membaca buku.

Berawal dari situlah, si kuda poni bernama Luna berubah menjadi Kuda Pustaka. Setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis, kuda ini akan berkeliling ke sekolah-sekolah setempat sambil membawa dua rak berisi berbagai jenis buku. Mulai dari majalah, buku cerita, komik, dan sebagainya. Tidak hanya mengunjungi sekolah formal, tapi sekolah informal seperti TPQ pun kuda pustaka kunjungi. Bedanya, sekolah formal dikunjung saat pagi dan siang hari, sedangkan sekolah informal dikunjungi saat sore hari.
Ridwan pun berharap agar di masa depan ia memiliki lebih banyak kuda sendiri dan menjadikannya Kuda Pustaka, begitu juga dengan koleksi buku yang ia miliki. Hal ini, tidak lain agar keinginannya menciptakan anak-anak yang gemar membaca bisa tercapai, karena semakin banyak membaca maka semakin pintar.

6. Bendi Pustaka emoticon-Kaskus Banget


screen shot windows

Sama halnya dengan pembuat ide Perahu Pustaka, Muhammad Rahmat si pembuat ide Bendi Pustaka juga berasal daru Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Rahmat membuat Bendi Pustaka miliknya hanya berbekal bendi tua. Bendi inilah yang ia sulap menjadi perpustakaan dan ia bawa berkeliling kampung dari desa ke desa di Kecamatan Balanipa dan Tinambung, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Rahmat berkeliling dengan Bendi Pustaka miliknya setiap hari, kecuali Minggu. Sasarannya sendiri ia pusatkan untuk anak-anak pedalaman yang miskin sarana belajar. Karenanya, ia biasa menyambangi sekolah dan tempat bermain anak di desa yang ia kelilingi. Ia pun melengkapi Bendi Pustaka miliknya dengan membawa peralatan kesenian tradisional Calon, dengan tujuan agar kegiatan membaca para anak tidak membosankan dan alat tersebut bisa jadi pengalihan pembelajaran dikala anak-anak mulai bosan membaca.

Buku yang disediakan Rahmat pun cukup beragam dan berjumlah ribuan eksemplar buku ia miliki, hasil dari beberapa sumbangan. Tidak heran jika saat Bendi Pustakanya datang, anak-anak berebutan untuk memilih dan membaca bukunya. Tempat mereka membaca pun dapat dikatakan sangat menyenangkan karena bersifat outdoor beralaskan terpal berukuran 10×5 meter. Tidak berbeda dengan para pencetus pustaka lainnya, Rahmat yang merupakan salah satu sarjana seni di perguruan tinggi Yogyakarta turut diberikan apresiasi yang sangat besar oleh masyarakat karena aksi sosialnya ini. Ia pun berharap, dengan Bendi Pustakanya itu semangat membaca di kalangan anak-anak bisa menjadi jendela pengetahuan untuk mengembangkan diri mereka kelak.

Nah, itulah para anak bangsa di pelosok negeri ini yang memiliki jiwa dan semangat yang besar untuk menjadikan anak-anak generasi bangsa berikutnya menjadi cerdas melalui kegiatan membaca. Sungguh patut diapresiasi.

Sekian Gan emoticon-Kaskus Banget

Mampir Ke Trit Ane Gan emoticon-Kaskus Banget
KLIK



SEKIAN DAN TERIMA KASIH







Diubah oleh enda.roses 01-01-2016 06:52
0
80.4K
610
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan