lifeonceAvatar border
TS
lifeonce
maaf saya cuma mau cerita dan butuh saran
saya berusia 24 th, saya menikah dengan duda beranak 1 yang terpaut usia dari saya 9th. desember ini pernikahan kami genap 1 tahun 1 bulan. dia laki2 yang luar biasa, saya akui itu. dia berpendidikan, cerdas dan terbuka. Saya tahu dia memiliki anak tepat seminggu sebelum pernikahan kami, disitu dia menangis2 di kaki saya dan berkata bahwa anaknya tidak akan menganggu karena ikut ibunya, dan saya pun luluh.

sedari awal menikah kami memutuskan untuk mandiri, tidak tergantung siapapun dan benar2 menyelesaikan masalah kami sendiri. kami ngekos tak jauh dari rumah ibu saya yang hanya berjarak30-40 menit. jangan dipikir saya memilih dia karena harta, karena kami memulai
segalanya dari awal.

awal-awal pernikahan kami bahagia, kami saling beradaptasi satu sama lain. masalah kecil dan rintangan lainnya bisa kami hadapi. walaupun orangtua saya kurang setuju karena dia duda, tapi saya yakinkan bahwa dia lelaki yang baik. kami memutuskan membuka usaha dikota lain walaupun masih dipulau yang sama. sebulan sekali saya temui dia mengunjungi anaknya, saya berusaha bersikap baik walaupun anaknya ketusnya bukan main pada saya. bukan sekali dua kali anaknya membanding-bandingkan saya dengan ibunya, dan saya hanya tersenyum. memang anak ini benar2 pintar disekolah, semua peringkat pertama, nilai pun hampir semua 100, saya pun tak jarang memuji dia.

4 bulan menikah, tanpa sepengetahuan saya dan persetujuan saya, dia mengajak adik perempuannya yang berumur hampir 30 th untuk tinggal bersama kami. saya kaget karena dari awal komitmen kami menikah tanpa diganggu siapapun, benar2 mandiri dari awal, apalagi usaha kami belum sepenuhnya menghasilkan keuntungan. dia memarahi saya didepan adiknya, padahal saya menanyakan kenapa dia tidak memberitahu sebelumnya di dalam kamar kami. setelah itu dia memanggil adiknya dan memarahi saya disitu. saya cuma bisa diam.

semenjak tinggal bersama adiknya, sikap dia berubah. yang dulunya kalem, pengertian, dan memanjakan saya, kini berubah jadi egois, keras dan saya tidak lagi ditanggapi. semua itu dengan alasan kasihan kalau adik perempuannya cemburu. saya memang bukan orang yg gampang akrab, jadi saya lebih banyak menghabiskan waktu dikamar, dan kebetulan pekerjaan saya memang hanya didepan laptop, tetapi saya tetap bersikap ramah dg adiknya, saya tetap menyapa, saya ajak masak ber2 dll.

sampai suatu hari, saya benar2 merasa marah dan terganggu. kebiasaan suami dan saya memang setelah shubuhan tidur lagi, dan baru bangun jm 8-9 pagi, kami berdua sama2 bekerja online. disitu adiknya mulai lapor ke mertua saya, dan saudara suami yg lain, dibilang saya pemalas lah, istri gak bener, macam2 pokoknya. saya yang tahu masalah itu marah ke suami saya, kenapa begitu mencampuri urusan dapur kita, yang ada malah suami saya balik teriak dan kasar ke saya, dibilang saya istri bikin malu. saya kaget, bener2 kaget, dia gak pernah sekasar ini, hingga terucaplah "kenapa sih kamu berubah setelah ada adikmu?" dari mulut saya, dan adiknya ternyata nguping didepan kamar sehingga mendengar. ya bisa ditebak, setelah itu dia nangis2 dan mengancam akan lapor orang tuanya. suami saya tambah bentak2 saya . saya akhirnya berkata, lebih baik saya pulang daripada ganggu kalian, tetap saja saya yg salah, masalah selesai dg singkat dan tidak jelas. saya yang minta maaf, ok saya minta maaf. eh, 2 hr kemudian adiknya kabur dari rumah kami dan lapor ke mertua dan keluarga besar suami kalau saya mengusirnya, rusak sudah hub saya dg mereka.


waktu berjalan, sampai desember ini, banyak masalah kecil dan besar terjadi dalam kurun waktu itu, tapi kami berdua bisa mengatasinya. saya merasa suami kembali lagi ke sifatnya ketika kami menikah dan hanya hidup berdua. suami saya yg agamis, kalem, dan berpendidikan. jujur,saya memilih dia karena saya nyaman dengannya karena kami selalu nyambung ngobrol apapun.

awal desember ini, kami memutuskan untuk tinggal dirumah kontrak yg berada dikota anaknya, otomatis kami sering menginap dengan anaknya. disitu saya merasa nelangsa banget, entah atau saya kah yg terlalu sensi. anaknya sudah kelas 3 smp, tapi benar2 tidak mandiri. setiap kali makan tidak pernah mau mencuci piring sendiri, bahkan makanan yg berceceran di meja makan pun dia tak mau membersihkan. kasur bangun tidur tidak pernah mau merapikan, apa2 harus disiapkan, bahkan makan sekalipun. jujur saya nangis karena saya merasa diperlakukan seperti pembantu. saya ingatkan untuk beres2 setelah makan ataupun tidur dia tak pernah menggubris. saya masih positif thinking, dia anak suami saya, anak saya juga.

akhirnya saya usulkan mengajak dia liburan ke singapore. saya yg urus semuanya, dari tiket, hotel, bus ke kuala lumpur, semua saya yg urus, mereka cuma tinggal berangkat jalan. tapi saya merasa tidak ada terimakasih disitu, sampai disingapore saya merasa tambah gak dihargai. makan pun selalu saya yg ambilkan buat mereka, mana ada ayahnya minta anaknya untuk membantu saya. ambil minum atau beli minum juga saya, tanpa ada kata tolong ataupun terimakasih. saya masih diam. paginya, dibangunkan baik2, jam 10 malah balik bentak, "bisa diem gak sih? kepala ***** sakit. nanti bangun !!". itu yang bangunin ayahnya dia begitu. saya diam benar2 diam seharian itu. suami saya bertanya kenapa saya diam seharian, saya bilang gak apa2. malah dia yang balik marah, maksa saya kenapa saya diam. saya diam dan terus melanjutkan jalan. sampai di merlion, dia bentak2 saya didepan orang banyak, saya langsung bilang," ok kalau begini saya pulang saja", saya didorong sampe jatuh dan nyaris jatuh dari tangga yang kearah merlion, bukannya membantu malah dia pergi. didepan anaknya saya dikatakan sampah, dikatakan rendahan, bajingan, banyak lagi. astagfirullah, baru kali ini saya dibegitukan. saya mencoba minta maaf, karena saya sedang hamil muda, saya pikir kasian anak saya nanti kl jadi korban perceraian. dia bukannya luluh malah banyak kata2 kotor yg diucapkan ke saya didepan anaknya, bahkn dia berkata menceraikan saya dan akan menikahi kekasih dia sebelumnya.

saya akhirnya yakin, saya memutuskan pulang sendiri walau perjalanan kami masih jauh seminggu kedepan. saya pack barang2 saya, dan saya ijin baik2 ke dia, saya bilang saya tunggu gugatan cerai kamu. disitu dia merayu2 saya, dan meminta maaf. saya kekeuh mau pulang.
semenjak dari stasiun mrt menuju hotel, perut saya sudah sakit. saya cek, pinggang belakang saya lebam akibat didorong sampai jatuh, malamnya saya keguguran. saya cuma bisa menangis, dan saya katakan ke suami saya, bahwa saya tetap ingin cerai. saya sekarang dibandara, saya sedang menunggu pesawat ke jakarta.

saya tidak pernah tahu bagaimana perceraian itu, bagaimana mereka yg bercerai bisa survive. bagaimana dan bagaimana lagi lainnya.
tapi saya tidak ingin berada dalam hubungan yang sakit macam ini. jujur bimbang hati saya, karena kalau mengingat segala kebaikan dia, rasanya cinta itu masih ada, tapi kalau mengingat yg dia lakukan, saya sakit sampai tidak bisa menangis lagi.

maaf saya cerita panjang lebar, maaf kalau tulisan saya berantakan, saya cuma mau meluapkan isi hati saya.
bagi temen2 yg pernah punya masalah seperti saya, apa jalan keluar yg kalian ambil?
trimakasih
tata604
tata604 memberi reputasi
1
6.8K
73
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan