- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Garing, Gusar dan Bonbin
TS
masonred
Garing, Gusar dan Bonbin
Quote:
Dengan segala keberanian, ane-saya-gue ngebuat Thread ini...
Cuap - Cuap Pembukaan
Quote:
Kalian tahu tidak? Di dunia ini penuh dengan hal-hal ganjil tapi selalu digenapkan oleh Tuhan sehingga menjadi sempurna. Gak percaya? Coba hitung jarimu di tangan kanan ada berapa? (Ada Lima…) Terus dijari tangan kirimu ada berapa? (Lima juga kan…) Terus kalo dijumlah jadi berapa? Nah genap kan..
Lalu coba perhatikan matahari, kalau dia sendirian pasti bumi ini kita akan ganjil karena siang terus… Makanya Tuhan menciptakan bulan buat disisi sebelah nya biar genap. Biar kita juga merasakan adanya malam…
Satu lagi yang ane yakini.. Bintang-bintang dilangit yang konon berjumlah ratusan juta sekian-kian itu pasti jumlahnya genap. Karena ane percaya Tuhan pasti akan menggenapkannya. Kalau gak percaya hitung aja sendiri.. hehe..
Ya begitulah hidup ane… Ganjil. Tapi berkat 2 sahabat ane. Ane merasa genap. Karena mereka melengkapi ane. Dua sahabat ane itu bernama Gusar dan Bonbin. Kalau ane sendiri bernama Garing.
Kami bertiga sahabatan gara-gara kami sama-sama merasa makhluk yang aneh. Dan jika kami hadir pada suatu acara atau komunitas, kami adalah orang-orang yang paling diacuhkan. Kami seolah-olah makhluk yang hadir tapi dianggap tidak hadir. Ada dan tiada...
Ah sudahlah… daripada kalian pada ganjil baca pembukaan diatas. Lebih baik saya genapkan dengan menceritakan kejadian-kejadian ganjil kami…
Sup Jagung Juara
Quote:
Pada saat kami masih kelas satu sma, kelas kami sedang mengadakan kegiatan praktek penyajian makanan. Kami satu kelompok dengan 2 orang cewek Intan dan Jenny. Kami beruntung satu kelompok dengan Intan yang orang tuanya jago masak dan Jenny yang memiliki restoran. Tapi bagi Intan dan Jenny, mereka merasa bernasib sial satu kelompok dengan kami. Menurut mereka, kami hanya menjadi beban saja, dan tiga cecunguk seperti kami seharusnya disate saja, bakar-bakar! (Busyet, kejam amat!)
Dari hasil rapat kelompok sebelumnya yang diwarnai berbagai interupsi, tukar pendapat yang tidak pernah selesai karena lebih banyak diisi acara ngegosipnya. Akhirnya disepakati secara mufakat bahwa yang menjadi ketua kelompok adalah Gusar. Doi dipilih sebagai ketua bukan karena doi pintar, bukan karena doi ganteng, bukan pula karena perutnya buncit. Tapi doi dipilih karena super duper doyan makan! Makan apa saja doi doyan, sampai makan beling kaca pun doi demen! (waktu kesurupan dikuda lumping). Hingga tak heran jika emaknya dirumah sering parau suaranya. Bukan karena apa-apa, tapi karena suaranya habis mengomeli Gusar yang menghabiskan nasi jatah tiga hari hanya dalam satu kali makan. Maka tak heran bila keadaan dirumah Gusar sangat jomplang, Babe, Emak serta adeknya berbadan kurus sedangkan Gusar gemprot aujubile. Makanya jika ada yang berniat menjadikan Gusar sebagai korban di Idhul Adha, Emak bakal senang hati melepasnya. Itung-itung berpahala, karena korban yang dikorbankan ini berbadan besar, cocok untuk dijadikan sate, lalu dibakar! (Eh, kok kayak dejavu ya?)
Kembali ke Taufik Rahman bin Topik…
Di tugas kelompok ini, guru memberikan perintah agar setiap kelompok diminta untuk menyajikan makanan dan semuanya harus disusun diatas meja secara rapi, menarik dan sesuai dengan teori menyajikan makanan secara benar. Mengenai sajiannya, kelompok Gusar yang terdiri dari tiga lelaki unyu dan dua perempuan cantik sepakat untuk menyajikan sup jagung, kue kroket dan es buah.
Bonbin yang rambutnya keriting dan berkulit hitam bertugas membuat es buah, Gusar menggoreng kue kroket, sedang Ane membuat sup jagung bersama Intan dan Jenny. Bonbin senang bukan main, karena doi tipenya suka dengan air dan memang cocok bekerja yang ada hubungannya dengan air, persis seperti iklan peramal ganjil ditivi. Terlebih lagi Gusar, doi juga senang banget. Saking senangnya, dari tiga puluh kue kroket yang dibawa oleh Intan dari rumah, hanya jadi delapan belas saja. Bagaimana tidak, begitu selesai digoreng Gusar langsung memakannya panas-panas. Awalnya ingin mencoba, lama-lama lupa bahwa seharusnya itu digoreng untuk tugas bukan untuk dimakan sendiri. Jika saja Intan tidak beringas menyadarkan Gusar, tentu saja kroket itu pasti sudah ludes, habis, dan hanya menyisakan minyak gorengnya saja.
Terus Ane gimana? Ane yang tugasnya membantu Intan dan Jenny malah merasa bagai dineraka. Ane merasa dibully oleh dua putri kerajaan itu.
“Garing, nyalain kompor!”
“Garing, potong jagung!”
“Garing, angkat air!”
“Garing, kupas bawang!”
“Garing, ambil garam!”
“Garing, tolong pedikur medikur kami berdua!”
“Garing, mati aja kamu! Eh salah, matikan kompornya!”
Dua putri kerajaan itu menganggap Ane bagai pelayan mereka berdua. Padahal ane sudah memelas, tapi kedua putri itu makin beringas. Terpaksa ane hanya bisa pasrah saja ketika disuruh ini dan itu.
Hampir setengah jam kemudian, makanan sudah matang dan siap untuk disajikan. Karena penyajiannya diruang yang berbeda, Gusar, Bonbin, dan Jenny pun pergi meninggalkan ane berdua dengan Intan untuk menjaga sup jagung yang masih dihangatkan diatas kompor.
Disaat ane tinggal berdua dengan Intan, terjadi sesuatu yang sangat mencengangkan. Bukan penembakkan cinta, bukan rayuan-rayuan, bukan pula saling bermanja-manja ria. Tapi yang terjadi adalah saat Intan menaruh sup jagung dilantai, ane yang entah melamun atau kesurupan tiba-tiba menginjak sup jagung yang masih panas itu. Satu kaki ane nyemplung didalam panci. Ane kaget bukan kepalang. Intan yang melihat hal itu ikutan panik juga, begitu doi ingin berteriak ane buru-buru menutup mulutnya. Intan megap-megap karena tangan ane bau asam. Maklum, habis ngelap keringat di ketek.
“Garing, bagaimana ini?” tanya Intan dengan cemas.
“Sstt.. kita diam aja, pura-pura tidak terjadi apa-apa!” jawab ane berusaha tenang.
“Pura-pura gimana? Itu sup sudah tercemar!” Intan menunjuk-nunjuk sup yang tidak berdaya dilantai setelah habis dirudapaksa sama kaki ane.
“Iya ane tahu, tapi mau bagaimana lagi? Ini adalah sup satu-satunya yang kita punya!” Ane berusaha untuk tetap tenang.
“Garing, tapi itu sudah tercamar. Apa kita harus tutup mata?” Intan semakin sewot mendengar Garing yang menganggap remeh.
“Iya! Mau bagaimana lagi? Apa mau kelompok kita dapat nol?” Ane langsung to the point.
“Terus bagaimana teman-teman yang lain?” Intan yang sebelumnya terlihat sewot kini mulai melunak.
“Sudah, kita diam aja! Cukup hanya kita bertiga saja yang tahu”, Ane berusaha sok bijaksana.
“Bertiga?” tanya Intan secara reflek.
“Iya, aku, kamu dan Tuhan!” jawab ane secara diplomatis. Intan langsung melongos.
Akhirnya, Ane dan Intan mau tidak mau menyembunyikan kejadian ini. Kami membersihkan sisa-sisa tumpahan sup.
Saat itu, Intan memasang muka cemberut sedang Ane memasang muka sedih. Sedih karena sepatu ane basah dan membuat kaki ane lembab. Ane yakin, jamur dikaki sedang berjoget ria seperti iklan ganjil salep obat panu di tv.
Beberapa waktu kemudian, Ane, Gusar, Bonbin, Intan dan Jenny sudah berbaris rapi disamping meja tempat penyajian. Sup jagung, kue kroket dan es buah sudah tersusun rapi, cantik dan menggoda untuk dilihat. Ternyata diluar dugaan, guru kelas memanggil kepala sekolah sebagai juri tamu dalam penliaian. (ane rasa ini modus kepala sekolah aja, biar dapat makanan gratis… huff!)
Kelompok kami adalah kelompok yang paling terakhir dinilai. Saat guru kelas dan kepala sekolah menuju meja kami, Gusar dengan senyum yang lebar dan penuh rasa percaya diri menyambut kedua dewan juri tersebut bak protokoler presiden.
“Ini sup jagung istimewa kami, Pak!” ucap Gusar dengan lantang.
Gusar menunjukkan sup jagung yang terletak ditengah sebagai menu andalan. Kepala sekolah lalu mengambil mangkuk dan menuang sup jagung tersebut.
“Enak! Betul-betul sedap! Sup jagung kalian begitu terasa segar, rasanya pas!” Ane dan Intan kaget mendengar ucapan bapak kepala sekolah.
Guru kelas pun karena penasaran akhirnya ikut mencicipi. Lalu berbagai pujian pun mengalir. Gusar makin besar kepalanya karena pujian tersebut. Bonbin dan Jenny saling tos menandakan mereka sukses besar.
Begitu usai penilaian, kelompok kami terpilih sebagai juaranya dengan nilai paling tinggi. Kemudian setiap kelompok akhirnya diperbolehkan untuk menyatap sajian mereka masing-masing. Gusar bukan kepalang lahapnya memakan sup jagung tersebut. Jatah Bonbin sampai diambil paksa. Bonbin marah-marah kepada Gusar. Jenny mencoba menenangkan kedua lelaki ganjil tersebut.
Ane dan Intan tidak memakan sup jagung tersebut. Ane lebih memilih untuk pergi keluar ruangan. Sesaat sebelum ane dan Intan keluar dari kelas, terdengar teriakkan Gusar. “Garing, Intan, jatah sup kalian aku ambil ya!”
“YAAA! Silahkan, ambil saja!” Ane dan Intan kompak menjawab sambil teriak kencang. Lalu kabur…
***
Besoknya, ane mendapat kabar bahwa Kepala Sekolah sakit keras. Kabar menyebutkan bahwa Kepala Sekolah sakit berak-berak alias mencret kecipirit bin diare. Bonbin dan Jenny juga ikutan sakit perut. Tapi anehnya Gusar tetap sehat seolah tidak terjadi apa-apa. Intan yang dari tadi pergi mencari ane, lalu datang mentoyor kepala ane. Dengan aura ingin membunuh intan mengucapkan kalimat sakti. “Garing, kaki elu toe ye benar-benar mirip mulut komodo. Penuh berbagai bakteri berbahaya! Elu toe ye, blablabla…”
Tak ingin mendengar kata-kata Intan yang lain. Ane langsung pergi menjauh…
Dilanjut besok lagi yaa gaann...
anasabila memberi reputasi
1
2.1K
Kutip
14
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan