kecrek.saunk
TS
kecrek.saunk
subsidi bbm kata Kwik Kian Gie
Soal Subsidi BBM, Kwik Kian Gie Ibaratkan Logika Kebun Cabai
Dhanu Akbar Muhamad Daeng - Kamis, 25-09-2014 12:05


Soal Subsidi BBM, Kwik Kian Gie Ibaratkan Logika Kebun Cabai : aktual.co
Kwik Kian Gie (Foto: Aktual.co/Istimewa)

Namun tiga macam pemasukan tersebut tidak pernah disebut dan tidak pernah dikemukakan, sehingga kepada rakyat digambarkan bahwa pemerintah harus keluar uang sebesar Rp291,11 triliun untuk “mensubsidi BBM”, sedangkan Pemerintah sendiri menulis dalam Nota Keuangan bahwa pengeluaran neto yang ada kaitannya dengan bensin premium dan LPG 3 kg hanya Rp1,4 trliun.

Jakarta, Aktual.co — Mantan Menko Ekonomi Kwik Kian Gie menyebut bahwa pemerintah saat ini tidak jujur dalam persoalan Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Ia menegaskan bahwa tidak benar jika disebut-sebut Pemerintah memberikan subsidi dalam bentuk uang tunai yang harus dikeluarkan sehingga APBN jebol.

Guna memudahkan penjelasan terkait hal tersebut, Kwik menganalogikan dengan logika kebun cabai. Sehingga semua orang dapat dengan cepat menangkap konyolnya pikiran para elit di Tanah Air. Berikut analogi yang dipaparkan Kwik Kian Gie melalui pesan singkatnya kepada Aktual.co, Kamis (25/9).

Rumah tempat tinggal keluarga pak Amad punya kebun kecil yang setiap harinya menghasilkan 1 kg cabai. Keluarganya beserta para pembantunya cukup besar. Keluarga ini mengkonsumsi 1 kg cabai setiap harinya. Seperti kita ketahui, ketika itu kalau produksi cabai yang setiap harinya 1 kg itu dijual, pak Amad akan mendapat uang sebesar Rp15.000 setiap harinya. Tetapi 1 kg cabai itu dibutuhkan untuk konsumsi keluarganya sendiri.

Biaya dalam bentuk uang tunai yang harus dikeluarkan oleh pak Amad untuk menyiram dan memberi pupuk sekedarnya setiap harinya Rp1.000. Pak Amad setiap harinya ngomel, menggerutu mengatakan bahwa dia sangat sedih, karena harus mensubsidi keluarganya sebesar Rp15.000 per hari, karena harus memberi cabai hasil kebunnya kepada keluarganya, yang harganya di pasar Rp15.000 per kg.

Akhirnya seluruh keluarga sepakat mengumpulkan uang semampunya, (urunan) sebanyak Rp5.000 yang diberikan kepada pak Amad sebagai penggantian untuk cabainya yang tidak dijual di pasar. Pak Amad masih menggerutu, mengatakan bahwa dia memberi subsidi untuk cabai sebesar Rp10.000 setiap hari.

Lantas tidak hanya menggerutu, dia berteriak-teriak bahwa dompetnya akan jebol, karena uang tunai keluar terus sebanyak Rp10.000 setiap harinya. Dalam kenyataannya, dia keluar uang Rp1.000 dan memperoleh Rp5.000 setiap harinya. Jadi setiap hari kantongnya kemasukan uang tunai sebesar Rp4.000.

Akhirnya, pada suatu hari dia teriak bahwa kantongnya penuh dengan surat utang, karena setiap hari dia harus mengeluarkan uang sebesar Rp4.000, sambil merogoh kantongnya untuk diperlihatkan. Yang keluar bukan surat utang, tetapi banyak uang tunai sebagai hasil akumulasi dari Rp4.000 setiap harinya.

Ketika saya menceriterakan ini, rakyat jelata yang minta penjelasan kepada saya mengatakan: “Iya pak, kok aneh ya, punya cabai di kebunnya sendiri, harganya meningkat tinggi kok sedih, ngamuk, mengatakan kantongnya jebol, uang mengalir keluar, padahal yang keluar hanya Rp1.000 per hari, dia memperoleh Rp5.000 per harinya.”

Boleh dikatakan semua orang beranggapan bahwa harga bensin premium yang sekarang Rp6.500 per liter itu mengakibatkan pemerintah merugi sangat besar, sehingga untuk pemakaian bensin premium pemerintah memberi subsidi kepada penggunanya dengan jumlah uang yang sangat besar pula.

Dalam RAPBN tahun 2015, pada sisi Pengeluaran terdapat pos yang bernama “Subsidi Energi BBM dan LPG 3 kg” sebesar Rp291,11 triliun. Angka inilah yang selalu ditonjolkan sebagai pengeluaran tunai untuk memberi subsidi kepada pengguna bensin premium, sehingga APBN akan jebol.

Pada sisi Pemasukan terdapat pos “Pemasukan dari SDA” dengan rincian antara lain: Pajak Penghasilan Migas Rp82,91 triliun, Pemasukan dari Minyak Bumi Rp156,35 triliun dan Pemasukan dari Gas Alam Rp50,45 triliun. Jumlah tiga pemasukan uang dari Migas tersebut sebesar Rp289,71 triliun. Kalau jumlah ini dikurangi dengan pos “Subsidi” sebesar Rp291,11 triliun, hasilnya minus Rp1,4 triliun. Namun tiga macam pemasukan tersebut tidak pernah disebut dan tidak pernah dikemukakan, sehingga kepada rakyat digambarkan bahwa pemerintah harus keluar uang sebesar Rp291,11 triliun untuk “mensubsidi BBM”, sedangkan Pemerintah sendiri menulis dalam Nota Keuangan bahwa pengeluaran neto yang ada kaitannya dengan bensin premium dan LPG 3 kg hanya Rp1,4 trliun.
Ismed Eka Kusuma -

http://www.aktual.co/ekonomibisnis/1...ka-kebun-cabai
Diubah oleh kecrek.saunk 07-11-2014 08:53
0
2K
19
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan