Kucoba untuk menulis bait pertama
Tapi sedang berkecamuk perang baratayudha
Kulihat werkodana sedang menantang duryodana
Dimana arjuna sibuk adu tajam anak panah dengan guru drona
Dan puntadewa sibuk adu mulut sama bisma
Oh nakula sadewa, dimana engkau berada?
Jangan bilang engkau sedang nyari labu buat hallowen
Lalu kemana rimbanya si gatot kaca?
Apa gpsnya rusak sehingga dia nyasar sebelum nyampe amarta pura?

Ah bait pertama benar benar tak bermakna
Kucoba merangkai kata untuk bait kedua
Hanya saja
Kulihat laksamana sedang memijit kaki rama
Sementara sinta ngeluh karena udah lama ninggalin ayodya
Ah hanoman ada dimana engkau sekarang?
Kurindu engkau memainkan gada dengan garang
Apa mungkin engkau sedang bermain catur dengan rahwana?
Ataukah engkau sedang adu panco dengan sugriwa?

Ah makin malam semua ini makin tak jelas arah
Semua buyar oleh sinema mahadewa
Alkisah parwati galau pengen punya rumah
Bingung batara siwa dibuatnya
Karena agung podomoro belum buka cabang di khayangan

Maaf untukmu
Kuhaturkan menemani mimpimu
Sebagai pengganti rindu
Dari pria yang kentut mulu karena
kebanyakan makan ubi cilembu

Ingin kuhujami kau dengan berjuta kata manis
Menyerang pertahanan hatimu yang paling paling dasar
Yang bisa membuat muka manismu makin merona
Namun tak kuasa kulakukan saat ini
Karena ku tak bisa menjaga tidurmu dari gangguan semut semut nakal

Sengaja kutulis semua ini tak beraturan
Tak . .
Sama sekali tak indah
Karena keindahan mana yang bisa
menyaingi apa yang kau punya

Sebenarnya banyak yang ingin kusampaikan
Berjuta kata indah layaknya don juan
Tapi apa daya aku sungkan
Setelah ngaca ternyata aku mirip tempayan

Oh cobalah lihat langit malam ini
Sama sekali tak ada bintang
Mungkin bintang malas menyinari
Karena kamu sedang cantik cantiknya

Maaf
semua ini terkesan memaksa
Tapi ini adalah bagian dari usaha
Jika nanti saya gagal
Tenang saya ga akan bikin dpr tandingan




-Udin Sukoco, 30 oktober 2014-




sumur