ridlosyamsulAvatar border
TS
ridlosyamsul
Menampar Para Ahli dan Pakar Lewat Ibu Susi Pudjiastuti


Pakar dari ITB berkoar-koar tentang menteri Kelautaan dan Perikanan, ibu Susi Pudjiastuti. Pakar ITB tersebut mempertanyakan apakah ibu menteri ini bakalan bisa memimpin kementrian sedangkan ibu Susi SMA saja tidak lulus. Sebenarnya sebab ibu Susi cuma berijazah SMP, dia memutuskan berhenti dari bangku kelas 2 di SMAN I Yogyakarta setelah dikeluarkan oleh sekolah karena aktif dalam gerakan golput pada masa itu. Pada tahun 1980-an atau era Orde Baru, gerakan golput adalah hal yang terlarang.

Setelah tidak bersekolah lagi, Susi memulai profesi sebagai pengepul ikan di Pangandaran. Dengan modal Rp 750 ribu hasil menjual perhiasan, pada 1983 Susi memulai bisnisnya. Pada 1996 dia kemudian mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster dengan merek “Susi Brand”.

Ketika bisnis pengolahan ikannya meluas dengan pasar hingga ke Asia dan Amerika, Susi memerlukan sarana transportasi udara yang dapat dengan cepat mengangkut lobster, ikan, dan hasil laut lain kepada pembeli dalam keadaan masih segar.

Walaupun hanya lulusan SMP, Susi menerima banyak penghargaan antara lain Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat tahun 2004, Young Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia tahun 2005, serta Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden Republik Indonesia. [merdeka.com]

Beliau bisa bangun perusahaan segitu hebatnya loh, mulai dari nol. Bukan seperti para pakar-pakar yang bisanya membuat suatu konsep dan beropini doang. Kalau memang dia seorang pakar dan bisa berbuat lebih dari seorang tukang pengepul ikan pasti dialah yang dipilih. Ternyata Presiden Jokowi memilih menterinya bukan karena titel yang tinggi, melainkan hasil dari kerja kerasnya dan hasil yang sudah pernah ia peroleh sudah bisa dirasakan manfaatnya. Hebat!

Tadi pagi aku bikin status tentang pakar dari ITB yang koar-koar soal menteri Kelautan dan Perikanan yang tak lulus SMA. Ternyata bukan hanya si pakar dari ITB saja yang gerah melihat fenomena ini, tapi banyak juga pakar-pakar lainnya juga yang ikut angkat bicara. Salah seorang pakar di bidang Safety Nuclear lulusan Kyoto University Jepang dan telah menyelesaikan gelar doktoralnya di Universitas Indonesia Dr. Mulya Juarsa juga ikut angkat bicara. Menurut beliau Susi sang phenomenon “Sakti bener nih orang. Bahwa kerja keras, dedikasi dan kemauan untuk berubah jauh lebih utama“.
Sepertinya Presiden Jokowi ingin menampar para ahli dan pakar-pakar yang ada di Indonesia yang seabrek itu, seharusnya mereka tidak hanya membuat suatu konsep-konsep saja dari hasil penelitiannya yang hebat itu tapi juga bisa mengaplikasikannya langsung dilapangan atau membuat sebuah perubahan dan kerja nyata yang bisa langsung dimanfaatkan oleh banyak orang, bangsa dan negara. Kalau boleh bilang di Indonesia itu banyak sekali orang yang pintar dan cerdas dalam berbagai bidang, namun hanya beberapa saja yang bisa menerapkannya langsung dilapangan dengan kerja nyata. Karena saat ini negara tercinta kita itu sudah tidak butuh lagi seseorang pemimpin yang hanya jago dalam membuat konsep namun kerja nyatalah yang dibutuhkan. Kita sudah sangat tertinggal oleh negara-negara tetangga. Sampai kapan keadaan seperti ini dibiarkan berlarut-larut terus. Butuh kerja sangat keras, bekerja siang malam untuk kesejahteraan rakyat indonesia. Kerja kerja kerja. [Presiden Jokowi]. (/rdl)

Sumber: www.kompasiana.com
Diubah oleh ridlosyamsul 30-10-2014 03:27
0
8.6K
74
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan