Suara.com - Merokok dan tato, dua hal itu yang tengah menjadi perbincangan publik terhadap sosok Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti. Presdir Susi Air itu langsung menjadi ‘buah bibir’ ketika fotonya yang tengah merokok sambil melayani pertanyaan jurnalis di Istana Merdeka beredar di dunia maya.
Susi memang tidak tamat SMP, tetapi dia adalah seorang pekerja keras yang sukses membesarkan Susi Air, penerbangan perintis pertama yang membuka wilayah terpencil di Papua. Berikut sepenggal kisah hidup Susi Pudjiastuti yang dikutip dari buku “Surat untuk Calon Pemimpin” yang dibuat oleh Tempo Institute. Buku itu berisi surat dari para pemimpin di berbagai bidang seperti politikus, pengusaha, budayawan, sastrawan dan juga jurnalis untuk anak-anak muda.
Saya mengenal dunia usaha sejak remaja. Tepatnya sejak saya memutuskan untuk meninggalkan bangku sekolah tahun 1982. Waktu itu saya baru kelas 2 SMA.
Saya sadar dengan hanya berbekal ijazah SMP, tak akan ada satupun perusahaan yang mau mempekerjakan saya. Kalaupun ada hanya sebatas sebagai cleaning service.
Tapi pada saat itu saya yakin bahwa putus sekolah bukanlah akhir dari segalanya. Meskipun mungkin keputusan itu salah; saya tidak pernah menyesalinya.
Yang saya sangat tahu waktu itu adalah “School was just not my thing”. Saya selalu punya keyakinan kalau kita mau berbuat sesuatu pasti akan ada jalan, saya selalu percaya bahwa manusia diberi pilihan untuk menciptakan jalan hidup yang dipilihnya.
Saya ciptakan sebuah usaha, pekerjaan yang yakin akan menghasilkan uang, di mana akhirnya saya tidak harus bergantung dengan orang lain.
Saya tidak suka ketergantungan, karena ketergantungan akan mengurangi kemandirian. Tanpa kemandirian kita akan selalu dalam keterbatasan dalam menciptakan atau mengerjakan sesuatu, sehingga akhirnya hasilnya tidak sesuai dengan yang kita rencanakan.
Kehidupan nelayan di Pangandaran dan pesisir Pantai Selatan Jawa, begitu keras dan penuh resiko, dinihari melaut siang/sore baru pulang, setiap hari tidak peduli ombak atau cuaca untuk sebuah keyakinan.
Ini banyak memberikan kepada saya keyakinan & lebih mengerti makna hidup adalah sebuah keyakinan.
Masa-masa itu untuk bertahan hidup saya jualan Bed Cover, cengkeh, hingga akhirnya menjual ikan hasil tangkapan para nelayan. Pokoknya apa saja yang bisa saya kerjakan akan saya kerjakan.
Ketika pada akhirnya saya fokus di bisnis hasil tangkapan Lobster nelayan, peluang besar itu akhirnya datang. Tantangannya adalah saya harus membawa Lobster hidup dari Pangadaran ke Jakarta untuk diekspor ke luar negeri.
Perjalanan yang jauh, berjam-jam membuat angka kematian sangat tinggi. Hal ini membuat saya bertekad menerbangkan lobster-lobster hidup tadi dengan pesawat kecil ke Jakarta.
Para pemimpin masa depan, dalam hidup ini kita juga harus berani mengambil resiko.
Ini terjadi ketika saya kembali nekat memutuskan mendaratkan pesawat kecil saya di Meulaboh dan Pulau Simeuleu, setelah tsunami menggerus pesisir timur propinsi NAD.
Semua orang tergerak untuk membantu, termasuk saya. Tanpa izin terbang bahkan ijin operasi, tanpa kepastian bisa mendarat atau tidak, saya akhirnya bisa meyakinkan semua pihak, Meulaboh bisa ditembus lewat udara.
Dan sejak hari itu bantuan mengalir ke sana. Ini bukanlah kisah heroik saya.
Namun, ada perasaan “Hangat” (saya merasakan “good feeling” yang luar biasa!) menyusup ke dalam hati kita, ketika kita mampu berbuat sesuatu untuk orang lain karena kita bisa & memutuskan untuk melakukannya.
Keyakinan, keberanian seperti inilah yang membuat saya bertahan dan menjadi seperti sekarang ini; membawa pesawat-pesawat kecil saya menembus pedalaman, pelosok Indonesia.
Pemimpin masa depan, saya tahu tidaklah mudah memulai sebuah usaha di negeri kita tercinta ini.
Begitu banyak barikade yang harus kita hadapi, dari regulasi yang tidak fleksibel, paper work exercise yang berlapis yang mencekik kita, bahkan setelah kita menjadi sebesar sekarang.
Tapi itulah tantangan kita, untuk membuat lingkungan usaha lebih kondusif bagi semua pihak, untuk menciptakan lapangan kerja dan kesempatan untuk lebih banyak anak bangsa.
Yang saya lakukan hanyalah sebagian dari tujuan kita untuk menjadi bagian Indonesia. Memudahkan, mendekatkan anak-anak bangsa dengan ibu kota, atau kabupaten dengan propinsi.
Mengubah hari perjalanan menjadi hanya satu jam atau dua jam saja. Ikut berpartisipasi menjaga NKRI.
Pesan saya untuk para pemimpin masa depan: mulailah ubah pola pikir kita, untuk selalu mau bekerja keras jangan berleha-leha.
Sangatlah tidak pantas di negeri yang kaya raya; kita menjadi miskin. Seperti tikus mati di lumbung padi. Sumber daya apa yang kita tidak punyai di negeri ini?
Saya tahu saya orang yang tidak mau diatur, diperintah atau disuruh untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan hati nurani, tapi itulah yang membuat saya menjadi manusia dengan pikiran merdeka.
Pemimpin masa depan, yakinlah keberhasilan kita untuk masa depan bangsa kita hanya kita dapatkan dengan jiwa & pikiran yang merdeka & mandiri.
Memang pemilihan Bu Susi jadi menteri itu sebuah pro kontra, dan ini bisa jadi boomerang sendiri buat Jokowi, contoh gampangnya, misalkan Jokowi mengharuskan pendidikan minimal anak Indonesia hingga tamatan SMA, tapi menterinya sendiri ada yang tak lulus SMA.
Polemik akan terus bergulir, karena meskipun Bu Susi bilang "school wasn't my thing", Bu Susi gak salah, karena hidup dia sendiri dia yang berhak memutuskan. Tapi rakyat yang masih belum bisa memilah-milih mana jalan yang harus ditempuh untuk hidup mereka dikhawatirkan akan membawa Indonesia makin terpuruk.
Misalnya lagi keluarga dengan ekonomi pas-pasan cenderung kebawah, punya anak 4, ngerasa gak mampu biayain sekolah anaknya, takutnya jalan yang diambil "yaudah nak gak usah sekolah, usaha aja kayak Bu Susi", tanpa ada niatan keukeh untuk mempertahankan agar anak-anaknya tetap bersekolah.
Kecuali, kalau orang Indonesia sudah dewasa dan bisa memilih mana yang terbaik dan mana yang gak patut di ambil contoh dari Bu Susi. Tatoan dan ngerokok, itu gak usah dijadikan panutan. Usaha, kerja keras, pantang menyerah, ane rasa itu bisa dijadikan contoh dan motivasi.
Nah, jadi sekarang kalo ane pribadi sih masih gak bisa mengkritik atau menyanjung Bu Susi secara berlebihan, tapi lebih bagaimana nanti melihat kinerja beliau kedepannya. Selamat bekerja
DAN YANG SATU INI JANGAN DILUPAKAN GAN
Spoiler for YANG INI NAMANYA JUGA SUSI GAN /:D/:
Diubah oleh oktawulan898 29-10-2014 07:58
tien212700 memberi reputasi
1
2.8K
Kutip
7
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru