sikepomanAvatar border
TS
sikepoman
[OPINI] SANG RAJA BLUNDER
Sang Raja Blunder



Jika Pilpres 2014 diibaratkan hubungan suami istri, saya gagal mencapai ejakulasi. Tidak ada klimaks. Nikmatnya hajatan ini terganggu lantaran rengek bayi tetangga yang meraung keras. Akhirnya si anu kendur sebelum waktunya. Ya, klimaks Pilpres 2014 ini seakan diserap oleh ketidak dewasaan salah satu peserta yang menolak pesta demokrasi rakyat.

Seperti tak punya malu, meskipun kerapkali berujar akan menerima hasil kontestasi ini, apapun bentuknya, tanpa sungkan ia malah asyik menjilati ludahnya sendiri dengan pernyataannya untuk menarik diri dari dan menolak hasil resmi pemerintah. Para pengikutnya malah sumringah, mendukung keputusan sang tuan--menjerumuskan si pandir lebih dalam lagi, melempar kotoran lebih banyak lagi ke wajahnya. Sungguh, ini adalah teladan terkonyol, melebihi kekonyolan anggota DPR religius yang tertangkap kamera menikmati tayangan syahwat

Blunder maning, blunder maning
Kalau ada satu hal dimana ia lebih unggul dari lawan kompetisinya, hal itu tak lain tak bukan adalah kemampuan blundernya yang tak kenal batas. Pilpres kali ini, ia berhasil mensejajarkan dirinya dengan Sule atau Tukul dalam menyajikan lawakan original lewat beberapa kesempatan kampanye. Beberapa blunder yang mungkin akan dikenang adalah kala ia melempar tahi ke wajah pasangannya yang adalah mpunya masalah ekonomi dengan mengatakan "kebocoran 1000 Trilyun" pada APBN. Atau pujian beliau pada segenap bangsa ini dengan mengatakan betapa lucu dan guobloknya kita semua dan betapa orang Timur sana yang brutal dan kuat makan. Atau keberhasilan beliau dalam melabeli dirinya sebagai sosok inklusif bagi para jelata dengan gempita helikopter dan tunggangan kuda senilai ratusan papan untuk rakyat pada kampanyenya. Dan tentu saja masterpiece yang takkan lekang oleh masa, penghargaan Kalpataru.

Atraksi personal adalah keahliannya. Namun sang pandir juga lihai dalam blunder berjamaah. Kejeniusannya dalam hal blunder terbukti dari pilihannya pada komposisi dan koalisi dan pendukung-pendukungnya. Seperti pramuria yang sedang dikejar subuh, siapapun bisa ikut serta, tanpa peduli apakah ia mengidap penyakit. Tak ayal, ia dihadiahi gol-gol emas. Sebut saja si tampan Fadli Zon. Sosoknya amat lekat pada citra pengulum kemaluan sang tuan. Bagi pejuang reformasi ini, hitam putih dalam beropini sudah amat samar. Jeritan-jeritannya di dunia maya amat dangkal, jauh dari santun dan berangkat dari emosi primata semata. Lalu ada Fahri Hamzah, sang pentolan partai pencari nikmat akherat. Lewat ungkapan "sintingnya", ia berhasil memberikan sejumlah besar suara pada lawannya. Atau Sang Bapak Reformasi, Amin Rais, yang berhasil menanamkan citra garis keras lewat ungkapan Pilpres = Perang Badar sehingga kaum moderat dengan berat hati harus beralih ke kubu lawan. Atau pilihan pada Rhoma Irama, sang Satria Bergitar, yang akhirnya mengantarkan banyak suara kaum hawa ke pasangan musuh.

Seakan masih tak cukup dengan prestasi blundernya selama ini, ia berniat melangkah lebih jauh lagi. Semua menjadi saksi betapa dengan tegas ia menolak buah dari pesta rakyat ini. Namun baru saja terdengar akan ada gugatan ke MK terkait hal ini. Tanpa malu, para gundik-gundiknya pun sigap menjilati tahi sang raja. Hajat ini cacat, , "Beliau hanya kecewa." " , "Ini ada campur tangan pemerintah."" , "Ada Cina bermain." .

Lebih jauh lagi, ia bahkan mengulang legenda Tangkuban Perahu dengan menyiapkan DUA JUTA LEMBAR BUKTI DUGAAN CURANG atau setara 10 buah mobil truk sebagai rujukan MK. Ia hanya perlu dua hari untuk membawa gunung dokumen itu. Luar biasa! Sayangnya, ketika akhirnya semua tudingannya tak terbukti, ia sekali lagi mencetak plakat piala sebagai kumpulan manusia blunder paling fenomenal se Nusantara. Namun, katakanlah, pesta rakyat ini diulang. Dengan semua yang telah ia lakukan, masihkah rakyat berkenan? Sudikah rakyat dipimpin olehnya?

Menggali Kubur Sendiri
Bangsa ini ahistoris--mudah melupakan sejarahnya sendiri. Tapi percayalah, bangsa ini bukan bangsa yang mudah memaafkan. Jika ada yang berkesah, forum maya ini penuh caci maki dan menjadikan salah satu pendukung pasangan bulan-bulanan, ini adalah bukti nyata betapa bangsa ini tak mudah memberi ruang maaf. Sanksi sosial bagi para pendukungnya adalah keniscayaan. Kemarin kredibilitas mereka telah dipertaruhkan, saat ini kredibilitas mereka pudar, esok kredibiltas mereka akan sangat dipertanyakan. Tak heran jika pada 2019 besok, kebodohan mereka hari ini akan digunakan sebagai senjata untuk menyerang. Segala yang mereka lakukan hanya akan dihadiahi cibiran dan tatapan ketus rakyatnya.

Lantas, dengan segala risiko yang ada, banyak yang akan berpikir mengapa juragan kuda ini begitu ngotot ingin menduduki tahta tertinggi? Selama rentang sebulan kemarin, lewat [URL="http://www.gatra.com/pemilu-capres/54130-pengamat-jokowi-diserang-25-kali-black-campaign,-prabowo-2-kali.html "]tindak tanduknya yang berbudi,[/URL] lewat ujarnya yang berketetapan, lewat bincang-bincangnya yang rendah hati, ia menyodorkan penilaian akan dirinya. Yang jelas bukan kebesaran hati. Picik dan kerdil adalah ungkapan yang tepat. Manusia picik tidak ingin membangun bangsa, namun membangun kerajaannya sendiri. Manusia kerdil tak ingin memakmurkan sesama, namun menambah pundi harta diri. Mungkin ia sedang banyak hutang. Mungkin ia ingin lebih berkuasa. Mungkin ia ingin lebih kaya. Entahlah. Tapi tak mungkin ia ingin membangun bangsa. Jika ia betul ingin membangun, menjadi nomor satu bukan satu-satunya jalan. Memberikan ketidakpastian pada para jelata sungguh tak elok. Jika ia betul ingin memajukan bangsa, tak mungkin ia mengajak sampah-sampah ikut ke gerbongnya.

Namun sudahlah. Pada akhirnya toh ini tak lebih dari suguhan lawak semata.

Dan lagian, pilihan saya telah memenangi Piala Dunia kemarin.
Diubah oleh sikepoman 07-08-2014 04:54
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
12.3K
119
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan