All hands,
Eksistensi alutsista dalam jajaran Angkatan Bersenjata suatu negara adalah untuk menimbulkan deterrence di masa damai dan mampu melumpuhkan lawan di masa perang. Untuk mencapai kondisi tersebut, dibutuhkan adanya komitmen anggaran yang kuat dan konsistensi agar alutsista yang dibeli ditopang pula oleh ketersediaan anggaran pemeliharan dan perbaikan yang memadai. Sehingga alutsista yang ada memiliki tingkat kesiapan yang tinggi sesuai dengan JOP JOG yang sesungguhnya.
Isu kesiapan operasional alutsista adalah pekerjaan rumah yang hingga kini belum mampu diselesaikan oleh Indonesia, walaupun dalam beberapa tahun terakhir anggaran pertahanan terus mengalami peningkatan. Latihan puncak tingkat Angkatan dan latihan gabungan TNI tidak dapat dijadikan parameter tingkat kesiapan sesungguhnya alutsista yang dipunyai oleh militer negeri ini.
Begitu pula parade dan defile alutsista pada HUT TNI. Bahkan tak dapat dipungkiri adanya nada minor bahwa pengadaan alutsista ditujukan untuk kepentingan parade dan defile belaka, bukan untuk kepentingan operasional sesungguhnya. Nada minor demikian tak dapat disalahkan karena berangkat dari kenyataan yang ada. Tantangan ke depan adalah bagaimana membalikkan keadaan sehingga nada minor demikian tak lagi muncul di masa depan.

Pencapaian Semu MEF
All hands,
Saat ini pembangunan kekuatan pertahanan Indonesia tengah dilakukan dilakukan melalui program MEF. Dalam MEF, dilaksanakan pengadaan berbagai sistem senjata baru guna menggantikan sistem senjata yang sudah seharusnya menjadi koleksi museum. Penggantian sistem senjata itu memang patut untuk dihargai.
Akan tetapi ada pula matra militer dalam program MEF yang lebih banyak melaksanakan perbaikan atau modernisasi sistem senjata lama daripada pengadaan sistem senjata baru. Tak menjadi masalah kalau sistem senjata yang diperbaiki baru berusia dua puluh tahun. Kenyataannya, sistem senjata yang diperbaiki usianya terbentang antara 30-46 tahun.
Kalau ditinjau dari sisi ekonomis, sistem senjata yang berusia 30-46 tahun lebih murah apabila dimasukkan ke dalam museum daripada diperbaiki atau modernisasi lagi. Apalagi fakta menunjukkan bahwa modernisasi yang dilaksanakan bersifat setengah hati. Sebagai contoh adalah penggantian sistem radar dengan teknologi radar yang kurang tepat digunakan untuk sistem senjata jenis tertentu. Contoh berikutnya adalah adanya subsistem senjata yang tak diprioritaskan untuk dimodernisasi walaupun sebenarnya dibutuhkan untuk kepentingan operasional.
Berdasarkan hal tersebut, pencapaian MEF selama ini sebenarnya bersifat semu selama dalam program MEF masih memberikan toleransi pada kehadiran sistem senjata yang sudah melebihi perhitungan ekonomis. Indikator keberhasilan MEF tak bisa hanya dilihat dari keberhasilan satu atau dua matra militer dalam melaksanakan pengadaan sistem senjata baru, tetapi harus melihat semua matra terkait. Bukan suatu hal yang dapat disebut sebagai pencapaian apabila ada matra yang masih mengandalkan sistem senjata yang sudah seharusnya menghuni museum dalam program MEF. Seharusnya MEF lebih menekankan pada modernisasi sistem senjata, dalam arti pengadaan sistem senjata baru, pada semua matra militer.
http://damnthetorpedo-2.blogspot.com...-semu-mef.html

Seharusnya Matra Laut itu lebih besar anggarannya daripada yang lain, ntah yang salah AL itu sendiri atau orang2 Mabes TNI/Kemenhan dalam menentukan kebijakan. .