bryanrafarellioAvatar border
TS
bryanrafarellio
Apakah Kita Membeli Terlalu Banyak?
Spoiler for membeli terlalu banyak:

Dalam Thread ini, cari tahu bagaimana membeli terlalu banyak bisa memengaruhi Agan dan apa yang bisa Agan lakukan agar pengeluaran tetap terkendali.

Mengapa Kita Membeli?
Spoiler for Mengapa kita membeli:

Dalam sebuah survei global yang dirilis pada 2012, setengah dari respondennya mengaku membeli barang yang benar-benar tidak mereka butuhkan. Dua pertiganya khawatir bahwa para konsumen terlalu royal membeli. Keprihatinan seperti itu bisa jadi beralasan. Banyak konsumen terjebak dalam utang yang terus menumpuk. Para periset mengatakan bahwa alih-alih membuat kita lebih puas, tingkat konsumsi yang tinggi bisa berujung pada meningkatnya stres dan ketidakbahagiaan! Lantas, mengapa kita membeli begitu banyak?

SEBAGAI konsumen, kita dihadapkan pada rentetan promosi pemasaran yang tak ada habisnya. Apa tujuan para pemasar? Mengubah keinginan menjadi kebutuhan. Para pemasar tahu bahwa perilaku konsumen umumnya digerakkan oleh emosi. Jadi, iklan dan pengalaman berbelanja itu sendiri dirancang untuk memikat emosi secara maksimal.

Buku Why People Buy Things They Don’t Need mengatakan, ”Sewaktu merencanakan pembelian, konsumen sering berkhayal berlebihan soal mencari suatu barang, menemukannya, dan menjadikan itu miliknya.” Beberapa pakar menduga bahwa pembeli bisa begitu antusiasnya berbelanja sampai-sampai adrenalinnya terpicu. Pakar pemasaran Jim Pooler menjelaskan, ”Jika pedagang bisa mengenali keadaan emosi ini, ia bisa memanfaatkannya dan mengambil keuntungan dari nafsu konsumen yang membuncah dan pertahanannya yang melemah.”

Bagaimana Agan bisa melindungi diri agar tidak menjadi korban para pemasar yang pintar? Jangan turuti emosi, dan bandingkan iming-iming pemasaran dengan fakta.

IMING-IMING: ”Tingkatkan Mutu Hidup Agan”

Wajarlah jika kita menginginkan hidup yang lebih baik. Para pengiklan membombardir kita dengan pesan bahwa segala hal yang kita dambakan—kesehatan yang lebih baik, keamanan, bebas stres, dan hubungan yang lebih akrab—bisa diraih dengan melakukan pembelian yang tepat.

FAKTANYA:

Seraya jumlah harta benda kita bertambah, mutu hidup kita malah bisa merosot. Diperlukan lebih banyak waktu dan uang untuk mengurus materi yang membanyak. Kadar stres meningkat karena tekanan utang, dan waktu untuk keluarga dan teman-teman pun berkurang.

Seraya jumlah harta benda kita bertambah, mutu hidup kita malah bisa merosot



IMING-IMING: ”Dapatkan Status dan Prestise”

Tidak banyak orang mau mengakui bahwa mereka membeli untuk membuat orang lain terkesan. Namun, Jim Pooler menyatakan, ”Sewaktu berbelanja, aspek yang sangat penting dari perilaku orang-orang adalah persaingan dengan teman, tetangga, rekan sekerja, dan kerabat.” Karena itu, iklan-iklan kerap menampilkan orang yang sukses dan kaya sedang menikmati suatu produk. Pesan yang disampaikan iklan seperti itu kepada konsumen adalah, ”Agan juga bisa!”

FAKTANYA:

Menilai harga diri kita melalui perbandingan dengan orang lain akan menciptakan siklus ketidakpuasan yang takkan pernah berakhir. Ketika satu keinginan sudah tercapai, kita langsung menginginkan sesuatu yang lebih lagi.

Prinsip: ”Orang yang mencintai perak tidak akan dipuaskan dengan perak.”—Pengkhotbah 5:10.

IMING-IMING: ”Buktikan Jati Diri Agan”

Buku Shiny Objects menjelaskan, ”Biasanya, cara kita memberi tahu orang lain siapa kita (atau kita ingin menjadi seperti siapa) adalah dengan menggunakan dan memamerkan harta materi.” Para pemasar menyadari hal ini dan berupaya mengaitkan merek produk—khususnya merek yang luks—dengan gaya hidup dan nilai-nilai tertentu.

Bagaimana Agan memandang diri sendiri, dan bagaimana Agan ingin orang lain memandang Agan? Modis? Atletis? Citra apa pun yang Agan inginkan, pemasaran mengiming-iming bahwa jika Agan membeli merek yang tepat, Agan bisa menjadikan identitas merek itu sebagai jati diri Agan.

FAKTANYA:

Pembelian barang apa pun tidak bisa mengubah diri kita yang sebenarnya atau memberi kita sifat-sifat terpuji, seperti kejujuran dan integritas.

emoticon-Blue Guy Cendol (L)
Spoiler for Pandangan yang Seimbang Akan Harta Benda:


Spoiler for Metode Pemasaran Modern:


emoticon-Blue Guy Cendol (L)emoticon-Blue Guy Cendol (L)emoticon-Blue Guy Cendol (L)


Spoiler for Bagaimana Mengendalikan Pengeluaran Agan:

Bagaimana Mengendalikan Pengeluaran Agan


Selain tekanan dari luar yang kita hadapi dari pemasaran, perasaan dan kebiasaan kita sendiri bisa turut menyebabkan pengeluaran yang berlebihan. Berikut enam saran untuk membantu agar pengeluaran Agan tetap terkendali.

Tahan keinginan untuk membeli seturut dorongan hati.Apakah Agan menyukai serunya berbelanja dan mencari barang diskon? Jika demikian, Agan mungkin cenderung membeli seturut dorongan hati. Untuk melawannya, jangan terburu-buru dan pikirkanlah secara realistis konsekuensi jangka panjang dari membeli, memiliki, dan merawat barang yang Agan rencanakan untuk beli. Merenunglah sejenak dan ingat saat terakhir kali Agan membeli seturut dorongan hati yang belakangan Agan sesali. Tenangkan diri Agan untuk beberapa waktu sebelum membuat keputusan akhir.

Jangan belanja untuk mengubah suasana hati. Berbelanja bisa untuk sementara menyingkirkan suasana hati yang buruk. Tetapi, sewaktu perasaan negatif muncul kembali, Agan mungkin merasakan tekanan yang lebih kuat untuk mencari kelegaan dengan berbelanja. Alih-alih berbelanja untuk memperbaiki suasana hati, cari teman-teman yang mendukung atau lakukan gerak badan, seperti berjalan kaki.

Jangan belanja untuk rekreasi. Mal yang mewah telah mengubah berbelanja menjadi hiburan. Meski Agan mungkin datang ke mal atau berselancar di Internet sekadar untuk hiburan, kebanyakan dari apa yang Agan lihat dirancang untuk memicu hasrat berbelanja Agan. Berbelanjalah hanya jika memang ada yang perlu Agan beli, dan berpeganglah pada rencana Agan.

Hati-hati memilih teman bergaul. Gaya hidup dan obrolan teman-teman Agan sangat memengaruhi hasrat Agan. Jika Agan royal berbelanja agar bisa sama seperti teman-teman Agan, pilihlah teman-teman yang tidak terlalu mementingkan uang dan hal materi.

Gunakan kartu kredit dengan bijak. Kartu kredit membuat Agan lebih gampang membeli tanpa memedulikan konsekuensinya. Upayakan untuk membayar lunas tagihan kartu kredit tiap bulan. Ketahuilah suku bunga dan iuran kartu kredit Agan, dan bandingkan berbagai tawaran kredit untuk mencari tahu kartu yang paling terjangkau. Waspadailah kartu premium yang biaya pinjamannya lebih tinggi dan menawarkan manfaat yang tidak Agan butuhkan. Alih-alih membeli secara kredit, menabunglah untuk pembelian yang lebih besar dan bayarlah secara tunai.

Ketahui kondisi keuangan Agan. Pengeluaran Agan cenderung berlebihan jika Agan tidak tahu pasti kondisi keuangan Agan. Simpan catatan terkini, dan ketahuilah seluruh kondisi keuangan Agan. Buat anggaran pengeluaran bulanan yang realistis berdasarkan pendapatan Agan dan pengeluaran sebelumnya. Catat pengeluaran Agan, dan bandingkan itu dengan anggaran Agan. Minta seorang teman tepercaya membantu Agan memahami seluk-beluk keuangan yang belum Agan ketahui.

Spoiler for Melindungi Anak-Anak dari Budaya Konsumen:


emoticon-Blue Guy Cendol (L)
emoticon-Blue Guy Cendol (L)emoticon-Blue Guy Cendol (L)emoticon-Blue Guy Cendol (L)emoticon-Blue Guy Cendol (L)emoticon-Blue Guy Cendol (L)emoticon-Blue Guy Cendol (L)
0
2.5K
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan