blueboxapparelAvatar border
TS
blueboxapparel
BLABLABLA
Diambil dari catatan : Indra Panigoro

"Terkadang, aku iri dengan mereka. Ya, mereka yang sedang hangat-hangatnya saling memanjakan pasangannya dengan hal yang disebut cinta. Cinta yang katanya sangat indah rasanya. Kata mereka".

"Sudah ratusan wujud yang kutemui dalam sebuah hubungan, pahit, manis, suka-duka maupun nafsu birahi. Tapi rasanya belum ku temui apa itu cinta. Belum. Atau mungkin, hal yang terakhir ku sebutkan barusan sedikit menyerempet kearah cinta? Karena tak ada hal lain yang membuatku merasa bergairah, bersemangat, dan seakan 'inilah surga duniaku' saat sedang bercinta tentunya". Sambil menyeruput teh tarik yang masih panas Bimo membatin dalam hatinya.

Ini adalah bagian yang paling ia benci, dimana pada saat jam istirahat, lelaki berjambang dan berjanggut tipis itu harus menikmati makan siangnya sendirian di kantin dekat kampusnya. Ia seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas negeri di Bandung.

Oh hampir ketinggalan, tentu saja ia sangat tersiksa melihat gadis-gadis cantik yang kerap lewat dengan keseksiannya. Pakaian mereka tak terlalu terbuka, hanya jeans ketat dan t-shirt tipis. Tapi mereka sangat menarik. Ditambah lagi dengan rambutnya yang hitam nan lurus. Diikat dan berponi, sangat menggairahkan. Namun ia kembali mengingat statusnya yang single alias jomblo akut, lalu melamun.

"Heh, ngapain lo ngelamun terus?". Tiba-tiba Ressa datang membuyarkan semua fantasinya tentang wanita idamannya.
"Eh sialan lo, hobi lu ye ngagetin gue?". Bimo yang agak kesal mencubit hidung gadis manis berperawakan mungil tersebut.

Ressa hanya tersenyum sambil meminum teh dari cangkir bimo yang masih lumayan penuh. Gadis bermata agak sipit itu tersenyum lagi dengan pipi yang memerah. Senyumnya sangat manis, bibirnya tipis melebar, dan matanya nyaris tertutup membentuk dua garis yang sangat indah.

"Nyengir lo, itu teh siapa lo minum?". Dengan wajah sarkastiknya Bimo bertanya.
"Punya lo kan? Jangan bilang ini punya orang!". Ressa mulai cemas, takut cangkir itu bekas bibir orang, bukan bibir Si kumis.
Bimo memalingkan wajahnya kearah lain, dia tak kuasa menahan tawanya melihat reaksi Si sipit yang mulai terlihat panik. Pria berjambul ikal itu memang jahil, teman sekelasnya pasti pernah merasakan kejahilannya. Contohnya ketika ia memasukan obat pelancar haid ditambah obat perangsang kedalam botol minuman ringan. Tadinya minuman itu ditujukan untuk dosennya yang pelit nilai dan super duper killer "Pak Dono" (namanya donovan) keturunan kanada. Namun sialnya, minuman ringan yang ia pegang dengan tangan kirinya tersebut malah ditolak oleh Pak Dono. Alasannya tidak sopan memberi dengan tangan kiri. Dengan terpaksa Bimo memberikan minuman yang ada di tangan kanannya (minuman ringan murni tanpa oplosan). Alhasil satu jam kemudian Bimo berada di WC umum dalam keadaan bergairah dan mencret-mencret. Akibat ulahnya sendiri.

"Ya tuhan, monyet satu ini ko cantik sekali" Bimo memujinya dalam hati.

Bimo memang menyimpan rasa yang agak sedikit lebih terhadap sahabatnya ini. Perasaan yang Bimo sendiri tak tahu tepatnya perasaan apa itu. Mengingat pertemuan mereka beberapa tahun lalu, pertemuan yang tentunya agak aneh. Sejak saat itulah perasaan Bimo timbul.

Saat itu Bimo berencana mengunjungi neneknya yang sedang dirawat di tempat terapi patah tulang tradisional. Tempatnya berada di Desa Mayang, sebuah desa terpencil di daerah Kab.subang.
"Oke, skip..."
Setelah Bimo sampai di sana, ia melihat sebuah rumah dengan kasur berjejer mirip bangsal di sebuah rumah sakit. Ia mencari wajah neneknya yang nyaris mirip Julia Perez itu (tapi versi udah peotnya ya inget).

"Nah itu dia Julia perez gue". Cowo tengil itu langsung menghampiri sang nenek.

Tapi, tunggu dulu. Perhatiannya lebih teralih ke perempuan yang sedang ganti perban disebelah kasur neneknya. Dia meringis sambil menggigit sebuah boneka Teddy bear.
"Cantik, cantik cantiiiik sekali. Dia lagi ngeden tapi tetep cantik ya Tuhaaan". Bimo malah berdiri diam dan melongo, mirip kebo dongo.
Oke, setelah 10 detik dia masih belum sadar juga. Dia malah melamun, menjadi seorang dokter.
"Sebelah mana yang sakit cantik?" Dengan muka genit mirip om-om fedopil.
"Sebelah sini dok, yang sakit dihati aku"
"Sini dokter sun dulu biar sembuh". Bibirnya maju seperti di adegan Squidward saat akan mencoba kraby patty. Mirip kuda lagi nyengir

"Aduh-aduh si Bimo, ngapain lu monyong-monyong segala!" Teriakan si Julia Perez membuatnya lompat mundur ke belakang.

Bimo kemudian menghampiri sang nenek, mencium tangannya dan keningnya. Oya, kamu tau siapa gadis disebelah itu?

"Tetooot" jawaban kamu salah, dia adalah seorang emak gatal beranak dua dengan tahi lalat di bibirnya yang monyong. Gak lah! Tentu saja dia Ressa, mau siapa lagi coba.

Udah ah, dari tadi flashback terus. Jadi, intinya adalah Bimo sangat mengagumi Ressa dan sepertinya Ressa pun punya rasa yang sama. Mereka sangat cocok bila menjadi pasangan. Tapi sayangnya, Ressa sudah dijodohkan oleh ayahnya kepada seorang kepala Yayasan dari beberapa SMK swasta. "Aaaaaaw kasian".

Tiba-tiba bimo berdiri dari bangkunya, menyodorkan lengannya kepada Ressa. Sebuah ajakan untuk meninggalkan tempat itu. Sicantik menurut saja, ia beranjak bediri. Lantas digandenglah lengan gorila putih itu. Mesra sekali.

"Aku nyaman deket kamu, Bimo"

"Aku suka banget cara kamu manjain aku". Tapi, kata-kata itu hanya mampu Ressa simpan dalam tempat paling tersembunyi di sebuah kotak, di bagian terdalam dari hatinya. Juga tidak lupa pake pasword.

"Sumpah gue hampir gila kepikiran lo tiap saat sa"

"Gue lupa bawa nyali, gue ga berani bilang kalo gue sebenernya..."

Bimo ragu, Bimo putus asa, Bimo cemas dan ketakutan. Hantu di masa lalu yang sering menghantuinya setiap malam tiba. Apakah Ressa bisa menerima masa lalunya sebagai penjahat kelamin? Kerjaannya mabuk-mabukan, pesta sex, tukar pasangan, arisan gadis SMA, sampai kebiasaannya itu membuahkan hasil. Ya, 2 orang anak kembar. Hasil hubungan semalamnya dengan seorang wanita pekerja toko kelontong. Sepasang anak itu sangat mirip dengan ayahnya. Bimo.

Semenjak kejadian itu, bimo pensiun dari dunia gemerlap malam. Yang tersisa kini hanyalah penyesalan dikala malam. "Bukan, itu bukan penyesalan. Tapi sebuah pelajaran. Pelajaran mahal". Ia sering menyangkalnya demikian.

Sepasang sahabat itu kini berada di atap gedung bertingkat 7. gedung fakultas ekonomi. Ya, tempat itu menjadi tempat favorit mereka melepas penat selesai kuliah.

Bimo menyodorkan rokok yang baru ia hisap ke bibir manis Ressa. Ia menghirupnya dengan nikmat. Sambil memandangi awan yang berjalan tenang, nikmat sekali.

"Sa, lo tau kan masa lalu gue kaya gimana?". Tiba-tiba bimo nyeletuk.
"Tau dong nyet, kenapa?"

"Lo tau gue udah punya dua jagoan?"

"Mereka udah kaya anak gue kali nyet!". Ressa sepertinya sudah mulai paham kemana arah pertanyaan Bimo setelah pertanyaan keduanya ini. Namun ia memilih untuk mengikuti permainan Bimo.

"Lo inget kan kalo lo udah dijodohin sama orangtua lo?"

"Inget lah, kenapa sih nyet? Pertanyaan lo norak banget, asli!". Ressa mulai penasaran, apa yang akan bimo katakan selanjutnya.

"Emmmm..."

"Lo rela nggak nolak perjodohan lo? Gue pengen lo jadi ibu dari anak-anak gue kelak sa!"

"Punya rumah sederhana di desa, kita miara beberapa anjing kecil,

Pernyataan terakhir Bimo tersebut seakan menamparnya. Pipi yang mulus itu nampak memerah. Mata sipitnya berkaca-kaca. Ressa tak kuasa menahan kantung matanya yang sudah penuh dengan air mata. Bibirnya tersenyum, lalu ia dekap tubuh Bimo dengan sekuat tenaga. Seakan bimo sudah seutuhnya ia miliki. Bimo beserta kekurangannya.

Langit masih biru, awan pun bentuknya masih tidak jelas. Tapi yang kini bimo yakini, inilah indahnya cinta. Jawaban atas pertanyaannya selama ini adalah sahabatnya sendiri, ressa.
catros
catros memberi reputasi
1
2.1K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan