10 Lagu Protes Lokal Terbaik ini dibuat oleh salah seorang punggawa HOMICIDE yang biasa dikenal dengan nama Ucok a.k.a Morgue Vanguard. Dia disuruh menulis oleh salah satu media di Indonesia membuat daftar lagu-lagu protes lokal. Namun karena satu dan lain hal, tulisan ini tidak dimuat secara utuh di media tersebut. Maka dia (Ucok) memutuskan dipasang di blognya sebagai pengarsipan.
Indonesia kaya akan lagu politis, maklum sejarah panjang dikentuti rezim melahirkan juga kondisi dimana karya-karya demikian hadir. Namun, entah kenapa lagu-lagu bertemakan sosial-politik itu kebanyakan hanya berupa reportase saja. ‘Oh, tanah air ku dijarah’, ‘Oh di tanahku ada yang mati ditembak’, ‘Oh negeriku banyak orang serakah’ dan reportase sejenis lainnya yang tidak saya anggap sebagai lagu protes. Jarang ditemukan lagu yang menginspirasi, memprovokasi dan mengajak orang lain untuk berbuat. Terlebih lagu protes yang keren. Namun, sepuluh berikut saya rasa mewakili, so here we go
Spoiler for 10:
JERUJI- FUCK OFF POLICE
Lagu punk 3 chord dengan lirik terdiri dari tiga kata “Fuck Off Police!” diulang-ulang. Semua orang bisa membuatnya, yang membedakan adalah nyali melakukannya di era Indonesia dijajah Harto, Haatzai Artikelen mengangkangi dan polisi bisa seenaknya membuat BAP (Eh, yang ini masih ya sampe sekarang?). Jeruji melakukannya berulang-ulang di panggung sebelum kemudian merilisnya dalam album debut mereka di 1998 dengan raw & uncut tanpa kehilangan nyawanya sedikitpun lengkap dengan vokal Themfuck yang terdengar seperti babi di pajagalan dan grinding part yang dieksekusi sempurna Exploited style. R.I.P Heru Usenk.
Spoiler for 09:
ROTOR - PLUIT PHOBIA/GATHOLOCO
Sebenarnya ini masuk ke dalam kategori lagu ‘reportase’ dalam kamus saya, namun cara mereka mengeksekusinya (termasuk vokal dengan nada kemarahan yang kentara) menambah kekuatan protes pada lagu ini dan menginjeksi satu dua dosis provokasi pada para pendengarnya. Dua lagu berbeda dengan musik yang sama. Keduanya memiliki kekuatan yang seimbang meski beda tema. ‘Gatholoco’ bercerita tentang kebobrokan sistem dalam bahasa jawa, sedangkan ‘Pluit Phobia’ tentang korupnya departemen kepolisian dalam bahasa Indonesia. Bisa dibilang ini lagu spesifik anti-polisi pertama di Indonesia. Berasal dari album “Behind The 8th Ball” tahun 1992, album legendaris yang memiliki keajaiban tersendiri di khazanah musik lokal. Mempopulerkan thrash super geber ala Sepultura era “Morbid Vison” di tahun orang-orang masih memuja hair metal merupakan kepeloporan tanpa kompromi.
Spoiler for 08:
THE GANG OF HARRY ROESLI – MALARIA
Saya tak pernah serius mendengar karya almarhum Harry Roesli sampai satu hari saya mengobrak-abrik koleksi PH Bapak untuk mencari bahan sampling buat lagu-lagu saya, dan menemukan album Harry Roesli and The Philosophy Gang ini. Seperti lagu-lagu lainnya dalam album ini bersuara, ‘Malaria’ terdengar melampaui zamannya. Gado-gado abrasif dari musik rock, folk, hingga funk yang kentara, blues hingga jazz dan membuat saya melihat tetangga saya, Om Harry Pochang, berbeda sejak mendengar permainan harmonika nya yang nyerempet War di album ini. Banyak yang berpendapat ‘Peacock Dog’ adalah lagu politis terbaik di album ini, namun saya pikir justru ‘Malaria’ lah yang juara. Terlebih untuk potongan lirik provokatif ini; “Apakah kau seekor monyet yang hanya dapat bergaya / Kosong sudah hidup ini bila kau hanya bicara/ Lantai kamarmu kan berkata mengapa Nona pengecut?”. Tak jelas memang untuk siapa lirik itu ditujukan, namun jika melihat sejarah pembangkangan sipil di Indonesia yang penuh dengan cerita kepengecutan kelas menengahnya, nampaknya lirik ini diperuntukkan bagi mereka.
Spoiler for 07:
MILISI KECOA - MARAH
“Kau coba dominasi hidup kami. Bungkam dan jinakkan kami. Mengapa kami harus diam saja?!”, Milisi Kecoa adalah representasi generasi terkini punk Bandung meski beranggotakan scenester lama. Salah satu dari sedikit saja sisa band punk lokal hari ini yang mempertahankan punk sebagai ancaman. Dengan judul album ‘Kalian memang Menyedihkan’, mereka tidak sedang bermain-main dengan metafor untuk menyerang semua yang memuakkan. Dari ormas hingga pemerintah hingga kultur punk lokal yang konformis dan menggelikan. Lagu ini contoh sempurnanya, hymne anti-otoritas instan di acara-acara DIY yang mereka kunjungi. Lirik pendek yang frontal, langsung menyasar dengan bersenjatakan gembrengan distorsi gitar kering, ritme cepat ala Circle Jerks dan The Germs, dan Tremor –sang vokalis- meneriakkan frase ‘Kami Marah’ dengan intonasi yang Ian Mackeye pakai pada ‘In My Eyes’ tiga dekade lalu kala Minor Threat mengkudeta pemaknaan punk dari Sex Pistol.
Spoiler for 06:
PUPPEN - SISTEM
Selintas lirik lagu ini tidak seperti lagu protes, gang shout “Mungkin Kita..!!” yang mengawali lagu ini terdengar seperti ambiguitas. Namun tidak begitu halnya bagi mereka yang berada di tengah pit dan bernyanyi bersama kala Arian-Robin cs membawakan lagu ini dari panggung ke panggung di era Suharto. Menjadi anak muda tanpa pendidikan politik di tengah represifitas (budaya maupun politik) dan kemunafikan di era P4 dahulu, kalimat “Masih terjajah dalam bentuk baru” dan “Terkendali bagai boneka” diteriakkan dengan kesumat di tenggorokan, terutama di atas musik mosh-style hardcore ala Sick of It All dan Judge yang terdengar sangat menyegarkan di zaman lagu protes didominasi balada model Iwan Fals atau almarhum Franky Sahilatua. Meski dirilis pada tahun 1995 sebagai bagian dari debut “Not A Pup” EP, saya mendengarnya jauh hari dari bootleg rekaman radio. Dirilis juga di album kedua mereka “MK II” di tahun keruntuhan Suharto, namun saya lebih menyukai versi pertama yang lebih raw. Salah satu lagu terbaik mereka yang selalu dibawakan dalam setiap panggung dan crowd selalu ikut bernyanyi bersama. Well, setelah ‘Freedom to Defecate’ memang.
Sebelum ‘Punx N Skins’ dirilis, lagu protes Indonesia cenderung selalu bernada patriotik dan ditulis dalam kerangka ‘bela negara’. Anarkisme lebih sering dikenal sebagai kata yang mengerikan dibanding sebuah ide tentang perjuangan melawan penindasan negara. Dalam hal ini, Runtah lebih dari sekedar salah satu band punk pertama di Indonesia, mereka band pertama yang mengusung Anarkisme sebagai sebuah ide, memperkenalkan penindasan otoritas dan korporasi pada para punk yang mulai menjamur pasca skena independen di Bandung meledak di pertengahan 90an. Mulai mempopulerkannya lewat panggung, album dan fanzine untuk kemudian menginspirasi gelombang generasi anarko punk selanjutnya di seantero nusantara. Album ini bisa jadi salah satu album punk terbaik di tanah air sepanjang masa, menggerus apapun mulai dari pemerintahan, sekolah, mengangkat gelas bir, hingga lirik tentang menampar penyiar radio. Pam, Awing dkk membuat sebuah cetak biru bagaimana membuat sebuah album punk di tataran lokal. Lagu ini pembuka album tersebut. Dengan musik yang menyambar The Vandals dan Buzzcocks, memiliki lirik berbahasa inggris, namun nampaknya menerjemahkan kalimat seperti “Government is full of shit” bukan perkara sulit. Sebagai catatan tambahan ini dilakukan di era Suharto masih berjaya, meski album mereka dirilis di awal 1998 lewat Riotic Records.
Spoiler for 04:
HARK! ITS A CRAWLING TARTAR – SYAMSUL BAHRI MENGGUGAT
Salah satu band terbaik di tanah air yang tak berumur lama, melahirkan album dahsyat yang ironisnya tak pernah secara resmi dirilis disini. Meminjam narasi novel legendaris Siti Nurbaya karya Marah Rusli, Hark! menempatkan Samsul Bahri sebagai simbol kekinian untuk mengacungkan jari tengah pada tradisi. Semangat tersebut kali ini tidak datang dengan latar belakang musik Minang, namun dengan sound down-tuned Scandinavian Hardcore ala Tragedy/From Ashes Rise lengkap dengan intro super-catchy sebelum masuk pada bagian d-beat crust gaspol khas Anti-Cimex dimana Ari Ernesto sang vokalis meneriakkan kalimat-kalimat seperti “Menggiring lanskap feodal ke meja hijau!” dan “Pertanyai buku suci, ludahi tradisi!”. Hark! melahirkan lagu kebangsaan anti-konservatisme dan anti-feodalisme baru bagi generasi ini. Album “Dorr Darr Gelap Communiqué” dirilis tahun 2006 oleh Thrash Steady Syndicate, label DIY Singapura. Atas nama usaha pemakaman feodalisme yang berkelanjutan di tanah air, nampaknya seseorang harus merilis ulang album semata wayang mereka di Indonesia sebagai bahan menyusun kurikulum pendidikan anti-raja dan anti-sultan bagi anak-anak kita.
Nggak muat gan lanjut bawah ya..
Diubah oleh yoedie88 28-02-2013 10:23
0
14.7K
Kutip
53
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru