4 MARET 2011
Investigasi majalah Tempo

http://majalah.tempointeraktif.com//...136183.id.html

Impor Renyah ‘Daging Berjanggut’

Sambungan dari twitter @ariefz

Ini Dia, Investigasi Skandal ‘Daging Berjanggut’ yang Libatkan Presiden PKS
Skandal suap impor daging sapi yang diduga melibatkan Presiden Partai Keadilan Sejatera (PKS) Luthfi Hasan sejatinya pernah diungkap majalah Tempo. Pada edisi 14 Maret 2011, Tempo menurunkan laporan utama bertajuk ‘Impor Renyah Daging Berjanggut’.
Dalam tulisan itu, diungkap sepak terjang para makelar izin impor yang leluasa bermain di Kementerian Pertanian. Bahkan disebutkan dalam tulisan itu, seorang mekelar sukses bermain karena bisa merapat ke anggota Majelis Syura PKS, Suripto. Memang belakangan, mantan anggota Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN) itu membantah tulisan itu.

Melalui akun Twitter ‏@arifz_tempo, wartawan senior Tempo, Arif Zulkifli kembali membeberkan hasil investigasi tim Tempo itu.

Arif mengisahkan, investigasi soal ‘Daging Berjanggut’ itu dimulai dari pertemuan Tempo dengan seorang importir daging sapi yang kesal karena jatah impornya dipotong. Didapat informasi, keputusan pihak-pihak yang menerima kuoto daging ditentukan secara sepihak oleh Kementerian Pertanian. Singkatnya, tidak ada proposal serius, dan tak ada pengecekan lapangan.

Fakta lainnya, importir daging yang tidak punya jalur distribusi dan gudang penyimpan justru diberi jatah yang lebih besar. Sementara yang punya jalur distribusi dan gudang malah dipotong. Akibatnya, importir daging yang jatahnya dipotong ambil jalan pintas, yakni: beli kuota!. Harga daging per kilonya dibanderol Rp 5 ribu.

Berawal dari informasi itu tim Tempo melakukan penelusuran, pihak-pihak yang membeli kuota. Salah satu pembeli kuato itu adalah PT IGU (yang belakangan ketahuan memberikan suap). Dari investigasi itu ditemukan data, ternyata jatah kuota sudah ditentukan jauh-jauh hari.

“Kami temukan data proyeksi penerima kuota satu tahun ke depan. Tempat teratas penerima kuota impor daging adalah perusahaan yang terafiliasi partai: mereka yang diduga bayar, pemegang saham orang partai atau onderbouw,” tulis ‏@arifz_tempo.

Menurut Arif, karena masih proyeksi, data itu masih bisa berubah. Itulah sebabnya, Tempo digugat ke Dewan Pers oleh ‘lembaga terkait partai’. “Merak bantah data itu dan ajukan data lain. Memang beda, karena kami tulis proyeksi, meraka tulis realisasi. Ketika itu tahun sudah berganti,” tulis @arifz_tempo.

Konflik Tempo itu diakhiri dengan pemberian hak jawab. Tetapi, paling tidak liputan ‘Daging Berjanggut I’ bisa menguak borok di Kementan. Setelah tulisan itu, Tempo banyak mendapat masukan data, terutama dari birokrat yang sakit hati.

Akibatnya, muncul konflik terbuka Menteri Pertanian dan Dirjen Peternakan. Dirjen Peternakan merasa wewenangnya dipotong ‘orang partai’. ‘Orang orang partai’ itu menuding Dirjen Peternakan main api. Sehingga, Dirjen Peternakan sempat berniat mundur.

Konflik terbuka pun muncul di media massa. Pada 2012, Tempo kembali menurunkan tulisan ‘Daging Berjanggut Jilid II’. Dalam liputan itu dijelaskan identitas dan latar belakang PT Indonesiauna. Hingga akhirnya, muncullah berita penetapan tersangka Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq.
.

http://indonesiacompanynews.wordpres...ng-berjanggut/

majalah.tempo.co/2011/03/14/620/cover1402