binbin1979Avatar border
TS
binbin1979
Brigade Infantri 4 Dewa Ratna dan Pengabdiannya
Quote:


Spoiler for wujud bukunya:


Sekilas Sejarah Pembentukan

Brigade Infanteri 4 Dewa Ratna diresmikan pada tanggal 1 0ktober 1961, dan sejalan dengan dinamika yang terus berkembang, Brigif 4 Dewa Ratna ini sempat dibekukan pada tahun 1984, dan baru pada 12 April 2007, Brigif 4 Dewa Ratna kembali diaktifkan.
Brigif-4/Dewa Ratna merupakan satuan tempur yang berada dibawah komando langsung Kodam IV/Diponegoro. Brigif-4/Dewa Ratna sesuai TOP ROI 95 mempunyai susunan yang terdiri dari 1 Detasemen Markas yang dikomandani oleh seorang Mayor dan 3 Yonif yang dikomandani oleh seorang Mayor atau Letkol, sedangkan yang mengomandani Brigif 4/Dewa Ratna adalah seorang Kolonel. Pengaktifan kembali Brigif - 4/Dewa Ratna sebagai satuan tempur yang memperkuat Kodam IV/Diponegoro dalam rangka mengemban tugas pokok TNI AD.

Batalyon organik
Semenjak diresmikan pada tanggal 12 April 2007 bersamaan dengan itu pula terjadi alih status untuk tiga batalyon infanteri dari Korem 071/Wijayakusuma ke Satuan Organik Brigif - 4/Dewa Ratna, ketiga batalyon tersebut adalah:
1. Batalyon Infanteri 405/Surya Kusuma
2. Batalyon Infanteri 406/Candra Kusuma
3. Batalyon Infanteri 407/Padma Kusuma


PENUMPASAN DI/TII DI JAWA TENGAH
a. KOMANDO OPERASI G.B.N.
Untuk meningkatkan Operasi penumpasan Dl/TII DI daerah Pekalongan. Kolonel Gatot Subroto selaku Panglima Divisi III/Gubernur Militer 111 mengeluarkan instruksi siasat Nomer : 130/PS/KS/MOBI1979. tanggal.30 Desember 1949 guna membentuk Komando Operasi Satuan Tugas Gabungan.
Kemudian pada bulan Januari 1950 dIbentuklah Komando Operasi Satuan tugas yang dIsebut Komando Operasi Gerakan Banteng Nasional yang terkenal dengan nama G.B.N. dengan Staf Komando berkedudukan di Slawi sebagai Komandan GBN ditunjuk Letkol M. Sarbini. GBN adalah Komando Operasi Satuan tugas gabungan yang satuan tempumya terdiri dari Satuan-satuan tempur Divisi Siliwangi, Divisi Diponegoro dan Divisi Brawijaya.
Tujuan ulama dibentuknya Komando Operasi GBN adalah untuk memisahkan antara DI Amir Fatah di daerah Jawa Tengah dengan DI Kartosuwiryo di Jawa Barat dan kemudian menghancurkan sampai ke akar•akamya.
Operasi penumpasan DI/TII dilancarkan terus menerus sehingga tidak ada kesempatan istirahat bagi Dl/TII, sedang ruang gerak mereka makin sempit dan karena tekanan tekanan yang terus menerus dari pihak TNI, moril DI/ TII makin merosot. Keadaan demikian berlangsung terus sampai bulan Agustus 1950.
Karena pukulan terus menerus yang dilancarkan oleh TNI , akhirnya kekuatan DI/ TII menjadi kocar kacir, banyak yang terbunuh dan tertawan, maka DII/ TII mulai melakukan teror terhadap rakyat. Gerakan Operasi dari TNI terus berjalan sehingga mengakibatkan kekuatan DI/TII secara operasionil lumpuh.

b. PENUMPASAN PEMBERONTAKAN AOI DI KEBUMEN.
Kekuatan DI/ TII yang telah terpecah belah tidaklah berarti DI telah hancur sama sekali, sebab pada pertengahan 1950 mereka berhasil melakukan infiltrasi ke daerah Kebumen dan berhasil mempengaruhi Angkalan Oemat Islam (AOI). Pasukan AOI yang diIpimpin oleh K. SOMOLANGU akhirnya dapat dItumpas dan K. Somolangu sendiri tewas bersama anak buahnya di Gunung Srandil. Dengan bergabungnya sisa AOI dengan DI/TII maka kekuatan Amir Falah makin bertambah. Situasi daerah GBN makin berlambah gawat lagi, karenanya Operasi yang dilancarkan oleh TNI makin ditingkatkan. Pada saat itu didalam tubuh Divisi DIponegoro terjadi penyempumaan kembali organisasi.

Sesuai Surat Seputusan Organisasi Panglima Divisi Diponegoro Terr IV Nomer : 37/64/0111/1950 tanggal 10 Oktober 1950.

I). Mulai tanggal 26 September 1950 Teritorium Jawa Tengah dibagi menjadi 5 (lima) Sub Teritorium:
a). Sub Teritorium I.
b). Sub Teritorium II.
cI. Sub Teritorium III.
d). Sub Teritorium IV.
d. Sub Teritorium V.
Sub Teritorium I meliputi daerah-daerah Kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Cilacap, Banyumas, Purbolinggo dan Banjamegara.

2). Mulai tanggal 5 Oktober 1950 Divisi Teritorium Jawa Tengah bernama Divisi III alau Divisi Diponegoro dan Panglima Divisi tetap dijabat oleh Kolonel Gatot Subroto yang terdiri dari 5 Brigade dan 26 Balalyon.

Balalyon-401 sId 407 Taktis Administratif dibawah Brigade N yang berlokasi didaerah Sub Ter I dibawah Letkol Moh Bahrun dan Slaf Komando berkedudukan di Slawi. Pada saat itu juga Komandan GBN beralih dari Letkol Sarbini kepada Letkol Bahrun. Operasi berjalan dengan lancar dan berhasil dengan memuaskan, kekuatan DII/TII dapat dicerai beraikan, banyak yang tertawan dan menyerah. Sisa•sisa gerombolan yang tidak mau menyerah terus di desak sampai ke hultan•hultan yang sulit dapat dijangkau olch Operasi TNI. Dan saat itu Operasi Tempur mulai secara bertahap dlalihkan menjadi Operasi Teritorial. dari hasil operasi lahun 1950 yang sangat menonjol adalah menyerahnya Amir Fatah bersama 100 orang pengikutnya di desa Cisayang-Ciawi daerah Tasikmalaya pada tanggal 20 Desember 1950.
Pada tanggal 26 Oktober 1951 pimpinan Komandan Operasi GBN diserah terimakan dari Letkol Moh. Sahrun kepada Letkol A. Yani.
Hancurnya kekuatlan DII/ TII di daerah Tegal Brebes dan menyerahnya Amir Fatah bukanlah berarti bahwa DI/TII telah hancur sama sekali. Sisa•sisa DI/TII yang masih ada terus menerus melanjutkan cita•cita mereka dengan melakukan infiltrasi ke daerah•daerah lain diluar Tegal, Brebes.

e. PENUMPASAN PEMBERONTAKAN YON -426.
Infiltrasi DI/TII ke luar daerah Tegal, Brebes berhasil masuk ke daerah Kudus dan berhasill mempengaruhi Yon-426. Ini terbukti dengan tertembaknya Mayor TII Mughny di suatu tempat di selatan Brebes dapat diketemukan dokumen yang berisikan :
I). Perintah kepada Mayor TII Mughny untuk menarik Yon 423 pimpinan Mayor Basuno yang saat itu sedang bertugas di derah GBN.
2). Laporan hasil pelaksanaan tugas dari Mayor TII Mughny.
Setelah diadakan penyelidikan secara cermat maka atas perintah Panglima Divisi Diponegoro ditangkap 3 orang Perwira Yon-423 untuk dilakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan 3 orang Perwira tersebut mengakui sebagai penghubung antara DI dan Yon-423 yang tersingkap pula bahwa didalam tubuh Yon-426 terdapat beberapa Perwira yang terlibat DI/ TII. Dari hasil pemeriksaan itu maka Panglima Divisi Diponegoro pada tanggal 7 Desember 1951 memerintahkan Mayor Munawar dan Kapten Sufjan selaku Komandan dan Wakil Komandan Batalyon 426 untuk menghadap. Ternyata hanya Mayor Munawar sendiri yang menghadap. sedangkan Kapten Sufjan membangkang bahkan menyatakan berani menanggung segala resiko akibat tindakannya dengan nada yang menantang.
Untuk menghadapi gejala-gejala pemberontakan tersebut, pada tanggal 7 Desember 1951, Panglima Divisi Diponegoro mengeluarkan Keputusan siasat Nomer 15-D/K-I1/o-II1/1951 yang ditunjukan kepada Komandan-Komandan Brigade. Keputusan siasat Panglima Divisi Diponegoro segera dilaksanakan dan dimulai saat itu Komandan•komandan Brigade segera menggerakkan satuan-satuan bawahannya.
Pada tanggal 8 Desember J951 jam 05.00 Komandan Batalyon-424 memberikan ultimatum kepada Kapten Sufjan untuk menyerahkan diri. Dari fihak Batalyon-426 minta waktu 10 menit untuk berpikir. Pada waktu Markas Batalyon-426 dikepung oleh 3 Batalyon, belum lagi 10 menit sudah mulai terdengar tembakan-tembakan Batalyon-426. Pengepungan sampai petang hari, tetapi tidak ada tanda-tanda berhasil. Waktu itu hujan turun dengan derasnya. Kesempatan ini digunakan oleh Batalyon-426, dengan diam-diam mereka meloloskan diri melalui selokan belakang asrama guna melebarkan sayapnya.
Setelah mereka lolos dan pengepungan maka Batalyon-424 terus melakukan pengejaran tanpa memberikan istirahat kepada Batalyon-426. Pada tanggal 20 Desember 1951 Batalyon-426 berhasil pula meloloskan diri dari daerah Semarang, Pati menuju Surakarta dan selanjutnya ke daerah Klaten.
Menghadapi pemberontakan Batalyon-426 didaerah Surakarta ini berdasarkan Instruksi Siasat Panglima Divisi Diponegoro No : 16/0/K-II/B•III/1951 tanggal 19 Desember 1951, maka tugas pengejaran dan penghancuran dibebankan kepada Brigade Mangkubumi, P. Senopati dan Pragola. Gerakan ini disebut Operasi Sapta Marga Merdeka Timur V (OMT V) dan langsung dipimpin oleh Kepala Staf Divisi Diponegoro Letkol M. Bahrun. Pengejaran terus dilaksanakan dan terjadilah pertempuran yang sengit pada tanggal 5-1-1952 di daerah Tanggalan Pedan. Komandan Batalyon 417 Mayor Sunaryo gugur sebagai Kusuma Bangsa sedang dipihak pemberontak juga banyak menderita korban, bahkan ex Kapten Sufjan sendiri luka berat terkena tembakan dan akhirnya tewas disuatu tempat yang dirahasiakan oleh pemberontak.
Pada tanggal 5 Januari 1952 Komandan OMT V menyiapkan semua Satuan yang ada dalam OMT V uptuk melancarkan Operasi besar-besaran akhirnya pada tanggal 18 Januari 1952 musuh menjadi pecah dan bercerai berai. Untuk mengakhiri petualangan Batalyon-426 maka diadakanlah operasi bersama antara OMT V dan AURI di daerah Simo, Boyolali. Operasi berhasil dengan sangat memuaskan. karena tekanan yang terus-menerus dari TNI maka sisa pemberontakan dibawah Mochjidin, Yuslam dan AG. Ismail berusaha meloloskan diri ke daerah GBN. Pengejaran terus dilakukan Batalyon 413, 408 dan 414. Namun demikian dengan susah payah dan banyak menderita korban sisa pemberontak Batalyon-426 akhirnya dapat masuk dan bergabung dengan DI/TII di daerah Tegal, Brebes.

Diubah oleh binbin1979 03-01-2013 03:52
0
27.5K
33
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan