23rivalAvatar border
TS
23rival
Aksi Percaloan di Terminal Pulo Gadung Meresahkan!!


Aksi percaloan di terminal Pulo Gadung sangat meresahkan. Banyak calon penumpang menjadi korban aksi percaloan yang dilakukan secara berkelompok menjelang libur panjang natal dan tahun baru.

Seorang purnawirawan TNI, Suparlan, yang bermaksud pulang ke Pekalongan, Jawa Tengah, pada Jumat pagi, 21 Desember 2012, menjadi korbannya.

Suparlan menceritakan, semula dirinya disambut baik-baik oleh orang yang mengaku petugas tiket dan mengantarnya ke loket. Setelah menyepakati mobil yang akan dinaikinya, Suparlan kemudian diminta membayar Rp145 ribu.

Tanpa pikir panjang, anggota organisasi Forum Pertahanan Nasional (Fortanas) ini segera membayar. Tapi saat bus datang, ternyata mobil itu tidak seperti yang disepakati saat pembayaran.

"Busnya seperti bus sayur, kecil dan penuh sesak. Saya lalu minta turun," katanya saat ditemui VIVAnews di depan loket Terminal Pulo Gadung, Jakarta Timur, Jumat, 21 Desember 2012.

Suparlan kemudian memprotes dengan meminta bus yang pantas dengan uang yang dibayarkan. Namun orang yang mengaku sebagai petugas tiket itu justru meminta tambahan uang sebesar Rp50 ribu, jika Suparlan ingin naik bus yang layak.

"Ini penipuan. Bagaimana dengan orang lain, saya yang mantan tentara saja ditipu begini," katanya.

Suparlan berharap Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, bersedia menertibkan aksi premanisme dan percaloan di terminal Pulogadung. Kondisi terminal yang seperti itu sudah tidak kondusif bagi para calon penumpang dan masyarakat secara umum.

"Harus ada operasi pembersihan. Bukan sidak lagi. Gubernur harus turun tangan. Ini yang salah bukan pemilik busnya. Tapi sistem pembelian tiket. Orang-orang yang di lapangan ini yang perlu ditindak," katanya.

Bersama dengan Suparlan, VIVAnews kemudian mengkroscek harga-harga resmi yang dipatok bus-bus antar provinsi seperti Pahala Kencana, PO Haryanto dan lainnya. Untuk tujuan Jawa Tengah, seperti Pekalongan, Semarang dan Kudus, harga tiketnya sebesar Rp150 ribu.

Menurut seorang penjual tiket bus, harga naik beberapa persen dari sebelumnya yang berkisar Rp90 ribu sampai dengan Rp110 ribu karena menjelang Natal.

Cerita serupa hampir dialami Udin, yang akan pulang ke Kudus, Jawa Tengah. Begitu sampai di terminal, dia disambut dengan ramah seorang calo dan diantarkan ke loket. Di sana seorang wanita pengurus tiket dan seorang laki-laki berperawakan besar langsung menyambut.

Udin lalu bertanya harga tiket ke Kudus. Petugas loket dengan diwakili seorang lelaki mengatakan harga tiketnya Rp95 ribu. Namun begitu uang sebesar Rp100 ribu diserahkan, orang itu meminta tambahan Rp95 ribu lagi.

Merasa ada yang tidak beres, Udin menolak dan meminta uang Rp100 ribu miliknya dikembalikan, tetapi pria tersebut justru mengancamnya.

"Ini hari raya, anda mau diturunkan di tengah jalan? Cepat bayar Rp95 ribu lagi," kata Udin menirukan ucapan pria itu.

Dengan baik-baik, Udin yang mengaku merantau di Jakarta ini mengatakan uang di dompetnya tidak cukup untuk memberi tambahan uang Rp95 ribu yang diminta. Tetapi sayangnya, pria preman di loket terminal itu tetap menolak. Bahkan, petugas perempuan di loket juga tidak bereaksi ketika uang Rp100 ribu dimintanya lagi.

"Mereka lantas meminta uang Rp10 ribu sebelum menyerahkan uang Rp100 ribu milik saya," katanya.

Tak hanya mereka berdua, satu calon penumpang tujuan Madiun, Jawa Timur, yang tidak mau disebut namanya juga mengalami kejadian serupa. Bahkan ketika uang Rp200 ribu yang dia minta kembali karena bus yang datang tidak cocok, sejumlah orang di loket mengajaknya berkelahi. "Mau jadi jagoan kau, mau nantang?" katanya menceritakan.

Sementara itu, Kapolsek Pulo Gadung Kompol R Hari Purnomo menyatakan siap menindak aksi-aksi premanisme para calo tiket di Terminal Pulo Gadung. Dia mengimbau para penumpang untuk tidak ragu melaporkan tindakan para calo itu karena sudah masuk pidana.

"Kalau ada yang merasa diperlakukan seperti itu, datang saja ke Pospol di sana. Nanti kami akan koordinasi dengan agennya, kami tegur. Ada Pospol gunakan itu," jelasnya.

Hari mengungkapkan sejauh ini belum ada laporan mengenai kelakuan kasar orang-orang di terminal. Padahal tindakan itu bisa masuk ranah pidana seperti perbuatan tidak menyenangkan, pemaksaan, pemerasan bahkan sampai pada kekerasan dan lainnya.

"Biasanya mereka tidak lapor karena tidak mau direpotkan atau takut ketinggalan bus," katanya.

Sumber
0
6.9K
39
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan