leosingo
TS
leosingo
P.S. Sin Lam Ba




SEJARAH PERGURUAN SILAT SIN LAM BA

Assalammu’alaikum wr. wb.

Sejarah Ilmu Sin Lam Ba berasal dari H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten. Syekh Abdul Karim Banten, tokoh tarekat Qadiriyyah yang terkenal di Asia Tenggara di akhir abad 19 (salah satu Imam Masjid di Mekah, berdasarkan keterangan keluarga beliau). Setelah pecahnya perang Banten yang digagalkan Belanda 1888, putra-putra beliau menyingkir ke pedalaman Kerawang Utara (tujuan pertamanya ingin ke Sultan Agung di Demak, karena suatu hal mereka terdampar di daerah Karawang Pantai Pakis Kertajaya) sekitar 15 KM Timur Laut Rengas Dengklok dan mendirikan sebuah pesantren.

Rombongan ini di pimpin putra beliau yang belakangan di kenal dengan nama H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten (wafat ± 1939-an dalam usia hampir 100 tahun) yang kemudian memberikan pengajaran ilmu Hikmah kepada Pak Toha bin Sieng dari Betawi (Tebet-Menteng Dalam) dan dilanjutkan (oleh salah satu muridnya Alm. H. Harun Achmad).

Sebelumnya, Pak Toha bin Sieng yang lahir pada tanggal 15 Agustus 1889 dan wafat pada tanggal 8 Desember 1957, merupakan opsir Belanda Desersi (seorang tokoh pendekar yang disegani di Betawi), dan kemudian berniat pergi mencari ilmu Hikmah (sekitar tahun 1934) ke daerah Kulon (Banten). Ditengah perjalanan di dalam kereta api, Pak Toha bin Sieng bertemu dengan seorang kakek-kakek/sosok orang tua, dia menyuruh Pak Toha untuk pergi ke daerah Wetan (Karawang). Konon setelah memberitahu kepada Pak Toha, kakek-kakek/orang tua tersebut menghilang/dicari lagi sudah tidak ada ditempatnya. Akhirnya Pak Toha bin Sieng menuruti nasehatnya untuk pergi ke suatu tempat yang ternyata pesantren milik bapak H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten dengan tujuan untuk menuntut ilmu Hikmah karena secara ilmu kependekaran (istilahnya) bapak Toha merasa sudah cukup, karena konon di Betawi dia sudah dikenal di dunia persilatan pada masa itu (pendekar Toha dari Betawi).

Singkat cerita di pesantren tersebut Pak Toha bin Sieng tidak langsung diberi ilmu Hikmah, melainkan beliau diberi tugas sebagai Marbot (penjaga masjid), yang bertugas untuk membersihkan masjid dan mengisi air untuk berwudhu. Setelah 2 tahun 10 bulan (Dua Tahun Sepuluh Bulan) berselang, barulah. H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten mengijinkan Pak Toha bin Sieng (dan enam putra H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten). Untuk mengambil salah satu Manuskrip/kitab (gulungan rokok kaung) yang ada di langit-langit masjid (dilakukan pada waktu malam Jum’at pada saat Nisfu syah’ban menjelang bulan Ramadhan). Gulungan yang terdapat di dalam salah satu kumpulan kaleng rokok kaung (kumpulan kulit jagung) salah satu gulungan yang diambil bertulisan huruf arab gundul yang dapat diartikan “ Intisari dari ilmu keberkahan dunia dan akhirat “ dan “ ilmu yang bekerja jika dizalimi orang lain “ merupakan salah satu ilmu yang terkandung di dalamnya, kemudian H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten memberikan wejangan dan amalan (Zikir) kepada Pak Toha bin Sieng.

Setelah 2 tahun 10 bulan (dua tahun sepuluh bulan) meninggalkan Betawi, Pak Toha bin Sieng kembali ke Betawi (Tebet) sekitar tahun 1937. Sesampainya di Tebet keluarganya kaget melihat kedatangan Pak Toha bin Sieng yang dikira telah meninggal. Setelah itu Pak Toha bin Sieng bertemu dengan adiknya yang sudah lama mencarinya. Adiknya yang juga seorang jawara, penasaran akan ilmu yang didapat oleh kakaknya itu. Setelah menceritakan tentang ilmu yang didapat dari H. Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten, Pak Toha bin Sieng masih belum bisa mengerti atau memahami fungsi dan kegunaan ilmu tersebut. Sang adik pun disuruh oleh Pak Toha bin Sieng untuk menyerangnya dari dapur (serangan pukulan jarak jauh), tiba-tiba dari ruangan tamu, Pak Toha bin Sieng terkejut mendengar suara gaduh dari arah dapur. Di lihatnya sang adik menggelepar seperti ayam terpotong di dapur (dekat tungku). Dengan kebingungan Pak Toha bin Sieng menyembuhkannya secara spontan dengan menyebut Bismillah, Istighfar dan Allahu Akbar, lalu mengusapkan (dikebet) tangannya ke tubuh adiknya itu, setelah itu adiknya kembali sadar seperti semula.

Dan dari peristiwa itu Pak Toha bin Sieng baru menyadari salah satu manfaat ilmu yang didapat dari H.Oddo bin Syekh Abdul Karim Banten. Setelah itu barulah Pak Toha bin Sieng mengajarkan dan mengembangkan jurus silat tangan kosong dan jurus golok muka dua (jurus Pak Toha (1938-1957). Selain itu Pak Toha juga mengajarkan Ilmu Hikmah (Tenaga Dalam), yang didapatkan dari H. Oddo bin Syekh Abdul Karim. Tak lama berselang dalam tafakur malamnya ± 40 hari, Pak Toha menciptakan suatu jurus tenaga dalam Ilmu Hikmah, yang niat awalnya untuk mempersatukan semua murid yang belajar ilmu silat luar (tangan kosong/jurus golok) dan tenaga dalam (Ilmu Hikmah) baik dari kalangan keluarga maupun masyarakat umum. Jurus itu bernama Langkah Lima, dan hingga sekarang jurus itu dipakai sebagai jurus wajib bagi setiap ikhwan/akhwad (murid-murid) PS. Sin Lam Ba di seluruh pelosok nusantara.

Ada beberapa periode perjalanan & perkembangan PS. Sin Lam Ba, yaitu :

1. Periode Kepemimpinan Bpak Moh. Toha bin Sieng.

Pada saat itu Pak Toha belum memberikan nama Sin Lam Ba. Masyarakat umum lebih banyak mengenal ilmu yang diajarkan Pak Toha itu sebagai ilmu kontak, Ilmu Bathin, Ilmu Setrum, Ilmu Lembu Sekilan, Ilmu Jeblak, dan lain –lain.

Sekitar tahun 1952 atas saran adik ipar Pak Toha bin Sieng yaitu H. Harun Achmad bin Achmad, yang lahir pada tanggal 12 Desember 1923 dan wafat pada tanggal 24 Oktober 1997, beliau berserta murid lainnya mengadakan suatu pertemuan yang berlangsung di Tebet Timur – Jakarta Selatan. Pertemuan itu membahas masalah nama perguruan. Atas saran dari H. Toyib bin Fulan (seorang tokoh ulama dari Tebet Timur/guru ngajinya H. Harun Achmad bin Achmad), maka terbentuklah suatu nama perguruan yaitu “Sin Lam Ba” (Saudara Lahir Batin). Semenjak itu meluaslah nama Sin Lam Ba ke setiap daerah Nusantara, termasuk dikalangan warga keturunan Cina di daerah Kota, Golodok – Jakarta. Dan semenjak itu pula kalangan perguruan silat Tenaga Dalam mengakui bahwa Sin Lam Ba merupakan perguruan Tenaga Dalam tertua di Betawi (Jakarta).

Sebagai perguruan Tenaga Dalam yang tertua, maka wajar jika Sin Lam Ba dapat disebut sebagai sumber inpirasi dari perguruan-perguruan Tenaga Dalam yang berkibar setelah era 1950-an. Salah satu perguruan Tenaga Dalam (Ilmu Hikmah) yang masih dibawah garis keilmuan/kepewarisan dengan Sin Lam Ba yaitu perguruan “Al-Hikmah “ yang didirikan oleh H. Syaki Abdul Syukur/Abah Syaki/Ki Syaki dari Cisoka. Abah Syaki mendapat ilmu dari H. Iri. H. Iri sendiri merupakan salah satu murid dari Pak Toha bin Sieng. (bisa dibilang H. Iri adalah murid generasi ke-III pak Toha). Jadi, Abah Syaki/Ki Syaki TIDAK BEAJAR LANGSUNG dengan Pa Toha bin Sieng. (sebagaimana yang dijelaskan H. Abdul Rauf Achmad sebagai adik ipar sekaligus assistennya pa Toha bin Sieng kemanapun pa Toha mengajar silat dari Jakarta-Bogor-Bekasi dan sekitarnya)

Dan sekaligus men-klarifikasi bahwa di daerah Kebon Baru – Tebet Jak-Sel, ada orang yang bernama Toha juga namun bukan Toha bin Sieng. Pa Toha Kebon Baru memang benar belajar ilmu ini dari seorang guru Al Hikmah sehingga ada kerancuan dikalangan masyarkat dunia persilatan bahwa pa Toha bin Sieng (Moh Toha bin Sieng) belajar Al Hikmah atw PS. Sin Lam Ba bersumber dari Perguruan Al Hikmah, itu SALAH.

Pada zaman Pa Toha bin Sieng, perkembangan perguruan Saudara Lahir Batin (Sin Lam Ba) waktu itu sangat luas sehingga tidak menutup kemungkinan adanya anggota2 yg benar2 ingin belajar dan yg ingin tahu saja serta yg punyab misi khusus, seperti menambah bekal ilmu silatnya untuk dikembangkan lagi ditempat ia belajar silat agar lebih lengkap seklain silat fisiknya sehingga pd zaman itu pula ada bebrapa anggota yg mndirikan perguruan sendiri dgn pelajarn yg mirip dgn yg diajarkan pa Toha dan saat itu ada yg bisa diselasaikan secara kekeluargaan namun ada juga yg tdk bisa.

Pada zaman kepemimpinan Pa Toha bin Sieng, penerimaan anggota/murid sangat terbuka bagi siapa saja sehingga semakin banyaklah orang-orang yang ingin mempelajari ilmu kontak dari Pa Toha bin Sieng. Sehingga saking terbukanya penerimaan anggota pada saat itu maka tidak menutup kemungkinan, para pendekar/jawara dan ahli silat dari segala penjuru tanah air berdatangan ingin memperoleh ilmu tersebut. Karena tidak adanya filter/proteksi pada zaman itu maka tidaklah heran banyak beberapa perguruan silat/pelajaran tenaga dalam sekarang ini yang mirip2 dengan pelajaran PS. Sin Lam Ba saat ini. Ini karena zaman itu Indonesia masih mengalami penjajahan dari Belanda sehingga misi dari alm. pa Toha bin Sieng adalah memberi bekal tambahan kepada pemuda2/masyarakat dalam berjuang merebut & mempertahankan kemerdekaan.

Narasumber:

1. Cucu Alm. H. Oddo bin Syech Abdul Karim Banten di Karawang (di daerah makam H. Oddo bin Syech Abdul Karim Banten)
2. Alm. Hj. Dawiyah ( istri Alm. Pak Toha ) Bambu Apus Taman Mini-Jakarta Timur
3. Alm. H. Harun Achmad bin Achmad Kebon Baru-Tebet
4. Hj. Rohayah bin Moh. Toha (Anak kandung Alm. pa Toha bin Sieng), ustadzah/tokoh masyrakat di Bambu Apus, Jak-Tim
5. Keluarga Bapak alm. Sarbini Achmad ( Sesepuh Sin Lam Ba Tebet Timur – Jakarta Selatan)
6. H. Abdul Rauf Achmad (Ketua Dewan Perawat & Sesepuh PS. Sin Lam Ba)
7. Alidin (Ketua Dewan Pelatih Perguruan Silat Sin lam Ba) di Pusat, Tebet Jakarta.
0
126K
836
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan