Kurang sekali toko buku di Indonesia ini. IMO ini karena kurangnya subsidi dan dukungan dari pemerintah.

Mungkin pendapat saya akan masalah ini cukup sepele jika dibandingkan dengan seabrek masalah lain yang ada di Indonesia. Tapi minat baca dan tulis di Indonesia AMAT SANGAT menyedihkan, ini dari sudut pandang saya pribadi. Padahal, dengan tingginya minat baca DAN tulis di negara lain yang lebih maju, kita harus bisa mencontohnya, agar sedikit banyak kita ketularan maju. Tapi nyatanya tidak, yang banyak ditiru dari luar adalah budaya hedonis saja. Kalau seperti ini, yang saya bilang menyedihkan, boro-boro maju, bertahan saja sulit.

Ada 225 juta penduduk Indonesia, jumlah SDM yang cukup melimpah. Tapi di dalam negeri, hanya 8000 judul buku yang diproduksi setiap tahunnya (rata-rata). Saat ini di Indonesia kira-kira ada 700 toko buku besar dan kecil yang aktif. Ada sekitar 6400 perusahaan percetakan dan lebih dari 3700 perpustakaan. Jumlah itu masih kurang IMO, mengingat ada 100 juta lebih pembeli buku.

Sutan Takdir Alisjahbana pernah menuturkan, “salah satu ciri Modernitas bangsa adalah besarnya produksi buku, judul maupun eksemplar, ditunjang jumlah toko buku, perpustakaan, dan percetakan, dan tentu saja memiliki dampak pada penggila buku.”

Modernitas sebagai bangsa merupakan keniscayaan. Kita sebaiknya tidak terjebak pada jawaban klise menyangkut biaya. Ketersediaan alokasi biaya sebenarnya merupakan perwujudan tinggi/rendahnya penghargaan terhadap produk budaya ilmu pengetahuan. Dalam hal budaya baca dan tulis, kita di Indonesia memerlukan dekonstruksi terhadap kebijakan yang lebih memberikan kelonggaran bagi industri bisnis sekaligus industri idealisme ini. Budaya nonton dan budaya omong hanya memperlambat dan menghambat besarnya minat baca dan tulis.

Saya pribadi lebih menghormati teman yang membaca komik atau novel daripada yang setiap harinya menonton televisi yang isinya hanya sinetron dan infotainment gosip yang murahan itu.

Juga saya mencoba menaikkan minat baca di sekitar saya dengan memberikan kado pada saudara, teman, pacar/istri berupa buku. Sehingga sedikit banyak akan mempengaruhi budaya baca di sekitar kita.