Biasanya setelah komen lucu begini akan bermunculan komen lucu lainnya.... Apa lg yg mau dicari di negeri dgn hasil riset mendoan rebus. Ketika tidak bs memimpin dengan otak, berikan tawa ke rakyat lewat kelakuanmu. Katanya kalo ketawa, bikin g kerasa laper. :ultahhore
Sy tambahin satu, mengingat sy sebelumnya termasuk 'over-procrastinator' : Selalu ingat, 'done' is BETTER than perfect.
Diundang, ntar Ukraine jg diundang. Paling begitu. Anw, ttg poros, asline kepingin liat kita mampu tidak memoroskan diri kemana2. Itu bukan masalah kekuatan kok, liat aja contoh Thai dan Swiss. Diplomasi cerdas dan secure choking point(s) mungkin bs jadi starting steps yg bagus.
Lama g k formil, ada yg bahas ini. Bagus2. Secara geopolitis, akan kejadian proxy war di Indonesia, tp kalau sesuai sequence chain reactionnya. Tp yg jelas, posisi kita itu losing things by taking side, any side. Itu yang sebaiknya disadari dan dipahami pengambil kebijakan. Karena posisi kita ini
Bahasan menarik. Bagus mengangkat konsep ini. Konsep yg mungkin dianggap 'usang' di jaman ini. Sak Madya, Secukupnya. Itu ukuran hati dan seberapa kemampuan kita mengasahnya. Masalahe, sekarang budaya yg masuk itu kencang dengan model konsumerisme yg creednya 'greed is good' (seperti cheat jaman
Gabungin aja Gan. Toh, 'sak madya' itu ketika diterjemahkan bebas jadinya 'secukupnya'. Cukup ada ukuran di dalam bukan luar. Banyak sedikit luar bukan ukuran cukup. Duit banyak, tp hati blm bilang cukup, banyak yg bablas nyolong. Jd masalah. Contoh udeh banyak. Jd, mnrt sy g masalah misal ada p
Um.... Kata 'biasa' yang mungkin saja berbeda arti dengan 'biasa' yang kita temui sehari-hari. Salah satu contoh saja, di 'biasa' ybs mungkin ngomong kendaraan bermotor. Di pihak yg lain 'biasa' berarti berjalan kaki mendaki gunung lewati lembah, cuma untuk sekolah. Jd ya maklumi saja. Bukan niat...
Setelah satu per hari, akhirnya sampai di kesimpulan bahwa mungkin hukum itu ya para penegak hukum itu sendiri. Kereeennn.....
Ilmu dari Bapak, bikin apa2 minta urunan rakyat, gotong royong katanya. Tp pas pesta, rakyat g diundang. Wkwkwkw....
Ini peneliti BRIN masih yg di Indonesia atau yg afiliasi Papua Merdeka? Penelitian kok tendensius ke separatis? Begini lah, yg hrs dpt TWK lg.