Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

hyde13Avatar border
TS
hyde13
Kebijaksanaan Kolektif untuk Pemilu


Ada sebuah kompetisi yang di lakukan di sebuah kota Plymouth, Inggris oleh seorang ahli statistik dan Psikolog bernama Sir Francis Galtom.

Kompetisi itu juga sekaligus sebagai sebuah experimen untuk menebak berat dari seekor sapi jantan. Yang tebakannya tepat akan mendapatkan potongan daging sapi yang cukup banyak.


Dalam experimen itu terdapat 2 kategori peserta, peserta pertama adalah beberapa individu-individu yang sangat ahli dalam bidangnya, terdiri dari para penjagal dan pedagang sapi, yang setiap hari mereka selalu berinteraksi dengan sapi.

Kategori berikutnya adalah kumpulan 800 orang umum, yang jarang sekali berinteraksi dengan sapi, mereka hanya di suruh menebak secara acak berapa kira-kira berat dari sapi tersebut. Experimen pada hari itu pun di lakukan.


Sir Francis Galtom secara terkejut menemukan sebuah fakta unik, kalau kelompok ke dua yang terdiri dari 800 kumpulan orang biasa, saat jawaban mereka di jumlah lalu di rata-rata, ternyata memiliki akurasi jawaban mendekati benar, hanya selisih 1% di bandingkan berat asli dari sapi tersebut.

Bahkan dari kelompok pertama yang terdiri dari para ahli pun jawabnya masih jauh dari berat asli si sapi.

Dari experimen tersebut lalu di kenal dengan yang namanya “The Wisdom of Crowds" atau "Kebijaksanaan Kolektif".

Kebijaksanaan kolektif mengacu pada sebuah ide bahwa, gabungan dari berbagai pendapat atau prediksi kelompok orang dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik atau lebih akurat daripada keputusan yang dibuat oleh individu, bahkan jika individu tersebut adalah ahli dalam bidangnya.


Konsep ini lalu di gunakan dalam berbagai macam kondisi kehidupan, salah satunya adalah dalam PEMILU.

Saat kita menentukan sebuah keputusan, saat ingin memilih pemimpin yang terbaik, kebijaksanaan kolektif ini akan sangat bermanfaat, namun untuk mencapai yang namanya kebijakan kolektif ada beberapa syarat yang harus di penuhi.


Menurut buku berjudul The Wisdom of Crowds karya James Surowiecki, sebuah kelompok akan menjadi bijak jika memenuhi syarat berikut ini;

1. Beragam

2. Independent

Untuk Pemilu 2024 ini oke syarat nomer 1 sudah terpenuhi, warga Indonesia adalah kelompok warga yang sangat beragam, namun untuk nomer 2..


Dalam sebuah acara kuis Who Wants to be Millionaire, secara statistik bantuan "Ask-the-Audience" itu 91% jawabannya pasti benar di banding "Phone-a-Friend". Namun jika saat Ask the Audiance ada salah satu penonton yang berdiri dan berteriak sebuah jawaban A, maka kebijakan kolektif ini akan runtuh, karena jawaban orang yang teriak tersebut itu akan "mempengaruhi" orang-orang yang lainnya.

Saat ini kita semua ter-influence oleh berbagai macam faktor yang ada di sosial media, film dokumenter, serangan fajar, pemberitaan media, omongan pak RT dan lain-lain.

Dan menurut buku The Wisdom of Crowds, saat kelompok itu keputusannya sudah di pengaruhi oleh suatu pihak, maka pilihan yang di hasilkan oleh kelompok tersebut adalah pilihan yang paling buruk.


Saat berada di kantor saya kerap mendengar rekan kerja saya cerita, kalau dia dapat uang dari bapak A, bapak B dan C, maka dia akan terpaksa (karena tidak enak) memilih bapak-bapak tersebut, secara tidak sadar bukankah kita sedang memilih pemimpin-pemipin yang terburuk, dari yang paling buruk?

Jadi besok saat sudah ada di depan bilik suara, Bismillah hirohman nirohim, lupakan semuanya, pilih lah benar-benar dengan hati nurani.



Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Wisdom_of_the_crowd


rpm12345678Avatar border
rpm12345678 memberi reputasi
1
141
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan