Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

anton2019827Avatar border
TS
anton2019827
Antara Aku, Kamu dan Keyakinan Kita
Sesuatu yang sangat di dambakan oleh setiap insan manusia di muka bumi ini adalah pernikahan, karena di dalamnya begitu banyak keberkahan dan rahmat Allah akan selalu menyertainya, dalam setiap langkah dan perbuatan akan bernilai ibadah lhoo, masya Allah!

Menikah adalah sebuah proses dimana seorang laki-laki dan perempuan bersatu dalam ikatan yang suci nan sakral. Dalam prosesnya itu di hadiri oleh wali, saksi, keluarga kita dan seluruh makhluk yang ada dilangit maupun bumi. Saat wali, saksi dan semua yang hadir mengatakan 'Sah" maka terikatlah janji suci sehidup, semati dan selamanya.

Pernikahan juga merupakan salah satu bagian dari ibadah yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT, anjuran ini tercantu dalam Al-Qur'an  Surat An-Nur ayat 32 :


"Dan kimpoikanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (kimpoi) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampuhkan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui"


Pernikahan juga merupakan sunnah, maka kita sebagai umatnya sudah selayaknya untuk dapat menjalankannya, apalagi sunnahnya ini merupakan sesuatu yang sangat indah, menarik hati dan dibutuhkan oleh setiap insan dalam kehidupannya.

Namun apa yang terjadi jika pernikahan itu ternyata menyatukan dua perbedaan yang begitu besar dan mendasar? Ya, perbedaan keyakinan antara kedua mempelai. Banyak orang yang berkata bahwa perbedaan akan indah jika dipersatukan dalam sebuah pernikahan, karena dari keduanya akan saling melengkapi satu sama lainnya. Namun beda halnya dengan keyakinan, tidak ada saling melengkapi melainkan hanyalah toleransi yang harus ada di dalamnya.

Pernikahan dengan berbeda keyakinan sepintas terlihat biasa saja, dianggap biasa saja seperti pernikahan yang terjadi pada umumnya, padahal dalam kenyataannya akan banyak sekali tantangan dan bayak sekali perbedaan yang terjadi dalam perjalanan hidup rumah tangganya. Pedoman hidup yang berbeda akan menentukan kebiasaan dan gaya hidup yang berbeda pula. Dalam membina rumah tangga akan banyak sekali adanya benturan yang terjadi karena kehidupannya sudah tentu sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh agama dan masing-masing keluarganya.


Ya, masing-masing dari kita, 'aku pada do'a dan kepercayaanku' dan 'kamu pada do'a dan kepercayaanmu'. Sebenarnya kita sama memiliki tuhan, namun persepsi dan keyakinan itulah yang berbeda.
Apakah kita salah?
Kurasa tidak karena pada dasarnya tidak ada agama yang salah karena semua agama tentunya hanya meng-Esakan satu tuhan dengan tujuan untuk kebaikan umatnya.

Perlu kita ingat bahwa pernikahan bukan hanya mempersatukan dua insan saja, melainkan bersatunya pula dua keluarga besar. Jika tetap dipaksakan dengan perbedaan ini, maka pernikahan juga akan menjadi suatu "kebahagiaan" yang sekaligus "luka", karena pernikahan itu sudah pasti harus dengan restu tuhan, keluarga dan semua orang yang ada disekitar kehidupan kita, namun jika kita paksakan maka pernikahan kita tidak akan dapat memeluk restu semua orang, pastinya akan ada restu yang memang harus kita korbankan!.

Perlu kau ketahui, dalam ajaran agamaku syarat sah dari pernikahan itu, diantaranya:
1. Sama-sama beragama Islam
2. Bukan laki-laki muhrim bagi calon istri
3. Wali aqad nikah
4. Tidak sedang melaksanakan haji atau umroh
5. Bukan karena paksaan.

Nah, kan! agamaku sangat jelas mengharuskan menikah dengan seseorang yang se "iman", artinya harus sama-sama memeluk agama Islam. Pernyataan ini sesuai dengan potongan ayat 10 yang tercantum dalam Al-qur'an surat Al-Mumtahanah :


"Mereka (wanita-wanita muslimah) tiada halal bagi orang-orang non muslim itu dan orang-orang non muslim itu tidak halal pula bagi mereka".

Agamamu juga mengajarkan hal seperti itu, bukan?
Lalu apakah kita boleh untuk memaksakan itu? 
Bersatu dalam dua garis yang berbeda?
Bukankah kita akan menyakiti kepercayaan kita?
Akan menyakiti pula dua keluarga besar yang telah mendidik kita sedari kecil?

dan yang paling penting untuk kita ingat, jika kita memaksakan dengan kondisi perbedaan ini, lalu bagaimana keluarga kecil kita nanti akan di didik, apa sesuai dengan agamaku atau agamamu?

Pernikahan ini akan sah jika kamu mengikutiku kedalam agamaku, kedalam kepercayaanku, yaitu kedalam ajaran yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadits. Tapi, apa kamu rela mengorbankan keyakinanmu untuk aku? yang hanya seorang manusia biasa?. Karena pada dasarnya pernikahan berbeda agama itu harus ada salah satu yang mundur dan masuk ke agama salah satu kepercayaan kita. namun aku tetap akan bertahan dengan ajaranku, dan aku yakin kamu juga akan melakukan hal yang sama sepertiku!

Adalah hal yang bodoh mengorbankan tuhan demi cintanya kepada seseorang manusia biasa, banyak orang yang dengan mudahnya berkata bahwa "apakah kamu bisa mendapatkan laki-laki lain yang dapat kamu cintai karena Allah, yang sama-sama muslim sepertimu?... Seperti tidak ada laki-laki lain saja!".

Ya memang aku hanyalah seorang manusia biasa yang dibutakan oleh "cinta", namun bukankah kita tidak bisa memilih kepada siapa hati ini akan berlabuh?, kita tidak bisa merencanakan kepada siapa kita akan jatuh cinta?, sangat sulit rasanya menghindari rasa cinta yang menggelora saat ini. Namun dengan rasa ikhlas karena Allah dan demi keyakinanku pada Allah, aku rela untuk melepasmu!

Kamupun sama dengan rasa lapang dada harus mampu melepasku demi tuhanmu!, karena inilah yang terbaik bagi kita, melepaskannya dengan ikhlash demi mempertahankan keyakinan kita adalah bagian terbaik dari mencintai.


Meski tidak bisa memiliki, meski tidak saling mendampingi, meski tidak dapat saling berbagi kebahagiaan, meski tidak dipersatukan dalam ikatan yang sah, aku akan tetap memelukmu dalam setiap do'aku. Aku berharaf kamu akan temukan seseorang yang lebih pantas untuk menemani hidupmu dan yang terpenting dia memiliki do'a dan amin yang sama denganmu.

"Perbedaan apabila disatukan tidak selamanya indah, cinta bukan segalanya tentang menyatukan, saling mengikhlaskan adalah bentuk lain dari cinta itu"

"Diantara aku dan kamu ada tembok besar yang membatasi, itulah adalah keyakinan kita"

Penulis : Elsa Fadilah (Mahasiswi PAI FPIK Universitas Garut)
Editor : Anton Kaskuser


Diubah oleh anton2019827 07-11-2020 08:01
0
802
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan