Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nightstory770Avatar border
TS
nightstory770
KHUSUS "MEREKA"#1
KHUSUS “MEREKA” #1

Cerita ini bermula saat aku bekerja di mall daerah surabaya, disana aku ngekos di sebuah rumah yang memiliki 3 kamar tidur dan 2 kamar mandi. Kos ini dihuni oleh 5 orang jadi sebenarnya 1 kamar diisi 2 orang, kebetulan waktu itu teman sekamarku boyong pindah ke kos lain karena memang kos ini jauh dari tempat kerjanya.

Singkat cerita, saat berangkat dan pulang kerja aku melewati sebuah area dimana area tersebut terdapat rumah kosong. Memang kalau pagi atau siang hari area tersebut biasa saja karena banyak orang-orang yang lalu-lalang tapi kalau sudah menginjak pukul 10 malam daerah tersebut sudah sepi.

Aku sendiri sering pulang malam karena memang jam selesai kerjaku jam 8 malam, saat itu hari selasa pada saat perjalanan pulang dari arah kejauhan nampak sebuah lampu petromax bersinar setelah saya semakin dekat ternyata sebuah gerobak nasi goreng dan entah kenapa tiba-tiba perut ini lapar karena mencium bau masakan si abang nasi goreng ini.

“Pak nasinya masih ada?” Kataku.

“ Masih bos!” Kata abangnya.

“ Pesen 1 dimakan sini ya pak” jawabku

“ Oke mas, tapi tunggu bentar ya saya mau buatin  bapaknya dulu” Katanya.

“Bapaknya?” Pikirku.

Seketika itu juga aku tengok kanan-kiri dan amati lingkungan sekitar dan nggak ada yang orang sama sekali kecuali aku dan abang nasi gorengnya, yang lebih aku tidak sadari dari tadi ternyata abang penjual nasi goreng ini berhenti pas diseberang rumah kosong yang sering aku lewati.

“hmm.. emang bapaknya yang pesen kemana pak kok nggak ada?”. Kataku penasaran.

“nggak tau tadi pamit bentar masuk kerumah itu”. Jawab abang nasi goreng sambil menunjuk rumah kosong tersebut.

Akhirnya setelah makan aku menyodorkan uang kepada abangnya. Sembari membayar aku berkata pada abang nasi gorengnya.

“Mending orangnya dipanggil aja pak, daripada sampean nunggu lama” Kataku.

“Maunya sih gitu mas, tapi kok aku agak merinding yo” Jawabnya.

“Yowes pak, ayo tak temeni kesana”

Abang nasi goreng pun mengangguk setuju. Kamipun berjalan pelan-pelan menuju rumah tersebut. Sesampainya dipagar, aku berpikir “Ini rumah kalau malam siapa ya yang hidupin lampu terasnya? Katanya rumah kosong? Pikirku”.

“Ayo pak sampean yang manggil.” Kataku lirih.

“Eh iyo mas.” Jawab abang nasi goreng yang sepertinya dari tadi melamun melihat rumah itu.

“Pak..Pak..., nasi gorengnya udah jadi!” Teriak abang nasi goreng.

Abang nasi goreng berteriak berulang-ulang namun nggak ada jawaban. Aku pun berinisiatif untuk mengajak abangnya kembali ke gerobaknya yang ada diseberang jalan.

“Pak sampean yakin ta orang yang beli masuk ke rumah itu?” Kataku.

“Iyo mas, wong bapaknya tadi ada didepan pagar rumah itu waktu manggil saya.” Jawabnya

“Masalahnya pak rumah itu kosong nggak ada orang, saya itu kalau pulang kerja selalu lewat sini.” Kataku meyakinkan.

“Lah tapi itu lampunya hidup e mas?” Katanya.

“Setiap hari emang lampu terasnya hidup pak kalau malam, kalau itu saya nggak tau siapa yang hidupin, tapi bapak kan bisa lihat dari jendela rumahnya kalau dalamnya gelap.” Kataku.

“Walahh kok aku jadi merinding gini mas.”Katanya.

“Wes pak mending sampean pulang ae!” Jawabku.

“Haduhh Yoweslah mas.” Jawabnya lemas sambil melihat 5 bungkus nasi goreng yang ada dalam kresek.

Karena aku merasa kasihan, akhirnya aku menawarkan diri untuk membeli 5 bungkus nasi goreng tersebut dan membawanya pulang ke kos. Sesampainya dikos aku memberikannya kepada teman-temanku tapi mereka menjawab sudah kenyang, akhirnya aku taruh di dapur barangkali ada yang mau makan.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Waktu menunjukan pukul 01:00 malam, aku masih belum bisa tidur padahal besok kerja pagi. Saat aku mulai terlelap, tiba-tiba dari dapur terdengar suara klontang-klontang orang makan. “Tengah malam siapa ya yang makan?” Batinku. Karena aku sudah mengantuk aku tidak menghiraukan hal tersebut dan tidur.

Pagi hari sekitar pukul 07:00 aku bangun, tapi entah kenapa badan ini rasanya berat dan capek semua. Temanku si wahyu mengetuk pintu kamarku.

“Yon, kamu nggak kerja?” teriaknya dari luar.

“Iya aku udah bangun.” Jawabku lemas.

Aku berjalan menuju kamar mandi, saat melewati dapur aku melihat bungkusan nasi gorengku sudah habis dimakan namun bungkusannya berantakan tidak dibuang ditempat sampah. “Alhamdulillah ada yang makan tapi kurang ajar nih anak-anak, kok nggak dibuang di tempat sampah.” Batinku. Akhirnya aku beresin semua dan setelah itu aku mandi.

Pukul 02:00 aku sudah pulang, aku ijin pulang karena tidak enak badan. Sesampainya dikos aku menjumpai seorang teman kosku duduk sembari merokok di teras rumah.

“Jam segini kok uda pulang.” Kata temanku.

“Iya ijin, lagi nggak enak badan.” Balasku

“Kebanyakan nasi goreng kali.. hahaha.” Jawabnya sambil tertawa.

“Masak makan nasi goreng satu porsi bisa bikin sakit.” Kataku

“Loh... bukannya tuh nasi goreng kamu habisin semua ya?” Tanya temanku heran.

“Heh..., aku itu makan nasi goreng Cuma satu piring itupun dijalan gk dibungkus!” Jawabku.

Temanku Aldi tidak membalas omonganku, dia hanya diam dan menghisap rokok miliknya dengan mimik muka penasaran. Setelah melepas sepatu, akupun masuk kekamar dan tidur. Pintu kamarku sengaja aku buka supaya tidak pengap.

Entah kenapa. saat tidur aku merasa kamarku sangat panas dan sumpek. Akupun membuka mataku, saat aku membuka mata, aku melihat ada 5 orang yang tidak aku kenal berada di kamarku. Mereka semua berwajah pucat tapi tersenyum lebar padaku. Ada 2 laki-laki dewasa dan 3 perempuan dewasa. Salah satu dari perempuan itu duduk diatas dadaku dan yang lainnya tersenyum. Perempuan yang menindihku tadi masih tersenyum seram sambil berkata. “Pesenan kami kok dibawa pulang mas?”. Aku ingin sekali bangun saat itu tapi tak bisa, dan akupun mencoba tenang dan berpikir “Ini mungkin hanyalah mimpi”. Akhirnya aku berinisiatif memejamkan mataku kembali dan berharap mimpi ini berakhir. Tapi ternyata sia-sia, saat membuka mata kembali mereka masih ada di kamarku. Bagiku ini terlalu nyata untuk sebuah mimpi. Seluruh badanku kaku, aku teriak namun tak ada suara yang keluar dari mulutku. Aku kembali memejamkan mata dan berdoa. Entah berapa lama aku dalam keadaan seperti itu, sampai akhirnya aku tersadar dan bangun.

Suara adzan Maghrib berkumandang, aku masih shock atas kejadian tadi. Temanku  Aldy mendatangiku dan mengajak aku keluar kamar. Akupun berdiri dan menuruti ajakannya. Si Aldy mengajaku duduk-duduk di depan teras kontrakan.

“Kamu nggak apa-apa?” Tanya Aldy khawatir.

“Maksudnya?” Kataku heran sambil menoleh ke Aldy.

“Ya.., tanya aja soalnya mukamu pucat kurang sehat.” Jawabnya.

“Aku habis tindihan tadi, makanya rasanya capek.” Kataku lirih.

“Kalau tindihannya karena capek sih gak apa-apa, tapi kalau tindihannya karena yang lain?” Sambut Aldy serius.

“Yang lain maksudnya?” Tanyaku penasaran.

“Oke yon, aku mau cerita, tapi kamu nggak usah kaget..., Hmm ... jadi yang pertama aku kira yang makan nasi gorengmu itu adalah kamu dan ternyata setelah aku tanya ke kamu, kamu jawab enggak..., soalnya anak-anak lain juga jawab enggak.” Kata Aldy serius.

“Entah kenapa ya, aku sih biasanya masa bodoh dengan hal seperti ini... tapi beneran akhirnya aku penasaran..., dan rasa penasaranku pun terjawab..., nasi goreng yang kamu beli itu sebenarnya bukan untuk manusia.” Sambung Aldy.

Akupun kaget dan setengah tidak percaya. “Yang bener kamu Al.., kata siapa?” Kataku takut. Aldy tidak menjawab pertanyaanku, dia lalu mengajaku keluar dan pergi ke rumah pak suhar. Pak Suhar ini merupakan seorang tokoh masyrakat di kampung tempat aku mengontrak. Setelah kami masuk ke rumah pak Suhar dan berbincang-bincang, beliau mengatakan, “Jadi gini mas Dion, Temennya sampean nak Aldy ini diberi kelebihan oleh Allah untuk bisa melihat makhluk halus, dan kebetulan ada beberapa makhluk halus yang mengikuti sampean, bahkan kontak fisik dengan sampean”.

Akupun mulai serius dengan penjelasan pak Suhar dan Aldy serta menceritakan kronologi semuanya sampai ke peristiwa aku mengalami tindihan yang begitu hebat. Sampai akhirnya pak Suhar menyarankan malam ini kita ke tempat saya membeli nasi goreng tapi sebelumnya kita mampir dulu ke kontrakan, kata pak Suhar untuk mengambil “mereka” dan mengembalikannya ke tempat asal.

Sesampainya di depan pagar rumah kosong tempat aku membeli nasi goreng pak Suhar berkata “Nggak usah takut kalau ada kejadian aneh.” Aku dan Aldy pun mengangguk. Pak Suhar terlihat mengeluarkan sesuatu dari jaketnya dan sepertinya itu cincin akik. Sambil komat-kamit pak Suhar mengangkat tangan kanannya dan seketika terdengar suara cekikikan dan tertawa dari dalam rumah tersebut. Suara tertawa itu bukan hanya suara wanita tapi juga ada suara laki-laki.

“Yon, kamu dengarkan?” Bisik Aldy.

“Ssst, Iya aku dengar.” Jawabku sambil memberi kode pada Aldy agar tidak meneruskan obrolan.

Akhirnya setelah hampir 10 menit pak Suhar komat-kamit dan  mengangkat tangan kanan nya, pak Suhar berkata kepada kami.

“Sekarang Aldy tolong belikan 1 bungkus nasi goreng dan beri 5 kembang melati didalamnya.” Kata pak Suhar singkat.

“Belinya sama saya pak.” Kataku.

“Nggak usah, kamu disini aja temani saya.” Jawab pak Suhar sambil menyalakan rokoknya.

Aldy pun segera berangkat untuk membeli nasi goreng. Sekarang tinggal aku dan pak Suhar yang ada di depan rumah kosong tersebut. Sekarang pukul 11.30, angin malam mulai menusuk-nusuk di badanku padahal aku memakai jaket yang cukup tebal. Saat melihat jam tanganku yang dilengkapi dengan pengukur suhu, aku kaget, karena suhu menunjukan 17’ Celcius. “Ini sih kayak digunung” pikirku. Tak lama kemudian Aldy datang dan membawa sebungkus nasi goreng.

“Maaf pak lama, saya kesulitan mencari kembangnya, tapi akhirnya dapat kok.” Kata Aldy pada Pak Suhar.

“Nggak papa, kan belum lewat waktu Shubuh.” Jawab Pak Suhar menenangkan.

Nasi goreng tersebut dibuka dan ditaruh pas didepan pagar. Setelah pak Suhar berkomat-kamit, akhirnya kita bisa pulang. Saat tiba dirumah pak Suhar, beliau berkata “Diyon, Sekarang kamu bisa balik ke kosan sam Aldy, semuanya akan saya ceritakan besok.” Kata pak Suhar.




Keesokan harinya setelah pulang kerja, aku dan Aldy berangkat untuk menemui pak Suhar. Kala itu waktu menunjukan pukul 09:00 malam. Terlihat pak Suhar duduk-duduk diteras rumah sambil menikmati kopi hitamnya.
“Assalamualaikum pak,” Kataku sopan.
“Eh uda datang, monggo-monggo kita duduk-duduk disini aja ya.” Balas pak Suhar sambil mempersilahkan kami duduk kursi teras rumahnya.
“Jadi emm.., gimana pak yang tentang kemarin itu?” Tanyaku kikuk pada pak Suhar.
“Kemarin itu sampean sudah lancang memakan pesanan mereka.” Kata pak Suhar singkat.
Aku bingung dan memandang kepada Aldy, tapi tampaknya Aldy tidak merespon dan fokus pada obrolan pak Suhar.
“Sampean sudah memakan nasi goreng yang sudah dibungkus dan memang sudah dipersembahkan pada mereka, dan akhirnya mereka mengikuti sampean sampai ke kosan.” Kata pak Suhar santai.
Pikiranku langsung tertuju pada waktu aku membeli nasi goreng yang gerobaknya berhenti di depan rumah kosong tersebut. Aku benar-benar langsung ingat kejadian tersebut.
“Iya saya ingat pak kejadian itu, tapi pak yang dimaksud nasi goreng tersebut untuk mereka itu apa?” Tanyaku penasaran.
“Jadi memang penjual nasi goreng yang nasi gorengnya kamu beli, dia itu sebenarnya seorang pengusaha yang kaya, dirinya menggunakan pesugihan dan setiap malam tertentu dia akan berjualan nasi goreng keliling di sekitar rumah kosong tersebut.” Jawab Pak Suhar.
“Lalu hubungannya sama rumah kosong itu apa pak?” Kali ini Aldy iku bertanya.
Tatapan mata pak Suhar melihat ke arahku, sambil mengambil rokoknya di meja pak Suhar berkata, “5 orang yang mengganggu Diyon, mereka itu adalah tumbal yang mayatnya dikubur disitu oleh pengusaha kaya itu.”
Akupun terkejut sekaligus merinding mendengar penjelasan pak Suhar. Entah kenapa rasanya aku ingin tidur di rumah pak Suhar saja malam ini.
“Maksud bapak saya juga ingin dijadikan tumbal oleh orang itu soalnya saya kan beli nasi goreng dia?” Tanyaku takut.
“Oh tidak, masih terlalu lama untuk memperbaharui kontrak tumbalnya, masih ada sekitar 1 tahun lagi, dan setelah itu dia akan mencari tumbal lagi.” Jawab pak Suhar.
“Dan masalah kamu diganggu karena membeli nasi goreng dari dia, dia hanya ingin mempermainkan kamu.” Sambung pak Suhar senyum.
Semenjak kejadian itu berakhir, aku sudah bisa beraktifitas normal seperti biasanya. Pulang malam sudah menjadi hal yang normal lagi. Sampai pada akhirnya penjual nasi goreng tersebut muncul kembali di depan rumah kosong itu dan menatapku senyum saat aku melewatinya

TAMAT



DONGENG SELANJUTNYA..

SEKOLAHKU DIMALAM HARI
SEKOLAHKU DIMALAM HARI PART 2
SEKOLAHKU DI MALAM HARI "Part 3" [SAMPAI TAMAT]
Diubah oleh nightstory770 01-01-2020 06:07
lina.whAvatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
2.2K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan