Indonesia Kalah Lagi
Quote:
gilabola.com- Hasil UEA vs Indonesia usai 5-0 pada Jumat (11/10) dinihari untuk laga ketiga Garuda di penyisihan Grup G wilayah Asia Piala Dunia 2022.
Indonesia hanya mampu menahan tuan rumah Uni Emirat Arab selama 40 menit awal pertandingan di Stadion Al Maktoum, Dubai. Usai kebobolan gol pada menit 41 kita terlihat kewalahan dalam menahan serangan berulang tuan rumah pada babak kedua, dan gol kedua pun menyusul di awal paruh kedua. Skor akhir 5-0 untuk kemenangan UEA, yang kini menghuni puncak klasemen dengan poin sempurna, enam.
Apa yang mencolok dari 10 menit pertama laga di Uni Emirat Arab ini adalah betapa mudahnya para pemain kita kehilangan bola. Setidaknya tiga kali kita kehilangan bola di sekitar lapangan tengah. Namun lini belakang segera berbaris empat pemain sejajar setiap kali kehilangan bola. Sebenarnya bukan hanya empat orang tapi formasi 4-4-2 dijaga oleh tim Garuda secara rapat. Setiap kali dalam kondisi diserang, 10 pemain outfield mundur ke setengah lapangan sendiri, termasuk Beto Goncalves.
Peluang Terbaik Indonesia
Malam ini Hansamu Yama turun sebagai kapten Garuda setelah kiper Andritany dicadangkan dan Wawan Hendrawan masuk sebagai pengganti di bawah mistar. Peluang terbaik Indonesia terjadi pada menit 16 saat Beto berhasil menggiring bola dan sampai ke dalam kotak tapi ia menunggu sampai tiga detik lamanya menanti teman-temannya datang. Dan terbuang percuma karena terlanjur lima-enam pemain tuan rumah masuk ke dalam kotak.
Memasuki menit 25 sudah empat kali ada peluang yang cukup berbahaya dicatatkan oleh UEA namun belum sampai benar-benar membuat berkeringat kiper yang baru pertama kali diturunkan oleh Simon McMenemy, Wawan Hendrawan. Kiper baru ini beberapa kali memamerkan kemampuan membaca arah bola dengan baik, termasuk pada menit 33 saat menangkap bola sebuah serangan jarak jauh pemain UEA. Juga di menit 36 saat sebuah kesalahan membersihkan bola dilakukan kiper Wawan. Beruntung para pemain tuan rumah telat memanfaatkan kesalahan tadi.
Gawang Indonesia Akhirnya Jebol Juga!
Namun akhirnya tuan rumah berhasil menjebol gawang Indonesia. Gol ini berawal dari posisi Wawan yang sedikit terlalu maju. Bola jarak jauh diarahkan ke tiang jauh dan ditepis oleh kiper Wawan, namun bola muntah berhasil disambar oleh Khalil Ibrahim Al Hammadi dan mencetak gol jarak dekat. Pada detik-detik terakhir babak pertama kita memperoleh tendangan bebas setelah Irfan Bachdim dijatuhkan di luar kotak. Tidak ada gol lagi. Hasil UEA vs Indonesia pada akhir babak pertama 1-0.
Cuma selisih lima menit sejak babak kedua dimulai Ali Ahmed Mabkhout mengubah skor menjadi 2-0 setelah sebuah kesalahan umpan dari pemain Garuda disambar pemain tuan rumah. Dibandingkan paruh pertama pertandingan Stadion Al Maktoum, Dubai, ini tuan rumah lebih gigih melepaskan gelombang serangan demi serangan. Dan berbeda pula dari babak pertama, para pemain Garuda terlihat sedikit gugup.
Dan nasib buruk berubah menjadi bencana setelah kapten Hansamu Yama handball pada menit 62. Penalti! Dan tendangan dilepaskan oleh eksekutor Ali Ahmed Mabkhout secara dingin dan perlahan ke sisi lain dari arah bantingan tubuh kiper Wawan Hendrawan. Skor berubah 3-0. Dan beberapa saat setelahnya Stefano Lilipaly hampir saja mencetak gol dari titik tendangan bebas namun si bundar berhasil ditepis kiper Khalid Eisa Bilal ke atas mistar.
Menit 71 terjadi gol keempat oleh Ali Ahmed Mabkhout. Hanya dalam waktu 25 menit sudah terjadi empat gol ke gawang Indonesia. Kali ini ia mengecoh kiper Wawan Hendrawan saat ia mencoba maju untuk menutup ruang dan menembak dari sudut yang sangat sempit. Pada menit kedua injury time, saat kita sudah menantikan peluit panjang, justru gawang Indonesia bobol untuk kelima kalinya. Sungguh malam yang mengecewakan! Tak ada gol lagi. Hasil UEA vs Indonesia usai dengan skor 5-0. Tim Garuda kini menghuni dasar klasemen Grup G penyisihan wilayah Asia. Ini merupakan kekalahan ketiga Indonesia usai takluk 0-3 dari Thailand dan 2-3 di tangan Malaysia.
Starting XI UEA vs Indonesia
UEA : Khalid Eisa Bilal, Mohamed Saleh AlMenhali, W. Abbas, Mohammad Omar Alattas, Khalifa Mubarak Alhammadi, Ahmed Barman Alhmoudi, Ali Hassan Alblooshi, Khalil Ibrahim Alhammadi, Jassim Yaqoob Albalooshi, Ali Saleh Amro, Ali Ahmed Mabkhout.
Indonesia : Wawan Hendrawan, Yanto Basna, Gavin Kwan Adsit, Hansamu Yama, Ricky Fajrin, Zulfiandi, Dendi Santoso, Hanif Sjahbandi, Irfan Barchdim, Andik Vermansah, Beto Goncalves.
Ada apa dengan timnas senior, lawan malaysia kalah lawan thailand kalah, yang terbaru lawan UEA malah kena bantai 0-5
Menurut ane sistem sepakbola indonesia masih buruk, kenapa kita tidak meniru sistem sepakbola Jepang dan Korea
Mulai dari level junior mereka sudah ditempa untuk menjadi pemain sepak bola profesional
Quote:
artikel dari Rasyid Sayyari
Kompas edisi online menayangkan berita yang menarik. Sebuah wawancara dengan pelatih timnas U-22 Jepang, Yushasi Yoshida. Ia membeberkan beberapa cara agar sepakbola Indonesia bisa semaju Jepang. Kunci Kesuksesan Jepang Kunci kesuksesan Jepang dimulai dari tim nasional kelompok umur. Federasi Sepak bola Jepang (JFA) memiliki sistem pembinaan untuk beberapa kelompok umur, seperti U-10, U-13, U-14, dan U-16. Para anak akan dididik dan dipersiapkan untuk mencapai level lebih tinggi di timnas senior. Para pemain muda ini dilatih untuk memiliki teknik bermain yang baik dan berlatih setiap hari. “Ajari terus pemain sejak mereka masih muda”, ujarnya. Selain itu JFA juga membuat sistem kompetisi yang selalu mengadakan pertandinagn setiap minggu, untuk semua kelompok kategori umur. Hal ini dilakukan agar mereka memiliki jam terbang yang banyak, seperti yang juga dilakukan di Eropa. Untuk sistem timnas, ada dua kategori. Tim sepakbola pelajar dan satu lagi tim yang berasal dari klub. JFA membuat banyak pertandingan yang memungkinkan kedua timnas ini saling bertemu. Ada juga talent scout yang dimiliki oleh setiap klub dan akademi kelompok umur. Belajar dari Jepang Menarik sekali membaca berita tersebut. Ada banyak hal baik yang bisa dicontoh dari sepakbola Jepang. Jepang yang dulu dianggap sebelah mata kini menghasilkan pemain-pemain brilian yang bermain di liga-liga besar Eropa seperti Shinji Kagawa dan Keisuke Honda.
Kutipan Artikel dari kompasiana
Pada usia 10 tahun, anak-anak Jepang yang memiliki bakat atau minat pada Sepak Bola sudah diberikan "wadah" oleh JFA untuk mengasah bakat yang mereka miliki setiap hari, mereka sudah diasah sejak dini. Sistem inilah yang membuat Jepang yang dulunya tidak memiliki taring di Asia menjadi tim yang menakutkan di Asia bahkan bisa menantang Eropa.
Babak 16 besar piala dunia 2018 yang menjadi bukti keberhasilan sistem Sepak Bola Jepang.
Semoga Indonesia bisa mengikuti jejak Jepang dalam mengatur Sistem Sepak Bola.