Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Lazuardi496Avatar border
TS
Lazuardi496
Ketika Cahaya Menyapa Lagi
Sinopsis

Benarkah tidak ada kesempatan kedua? Siapa bilang? Kesempatan itu sering kali hadir, namun kita tidak menyadarinya. Tak terkecuali hidayah. Kadang ia hadir dalam bentuk yang tidak kita inginkan. Kadang ia hadir di waktu yang tidak kita duga. Saat ianya hadir, maka sambutlah dengan kelapangan hati. Jangan pernah engkau lepaskan lagi dari genggaman.

Adalah Ardi (Lazuardi), mantan aktifis da’wah yang kehidupannya sekarang jauh dari sentuhan islam. Kekecewaan yang mendalam terhadap da’wah, perlahan membuatnya semakin jauh dari dunia yang dahulu begitu dicintainya. Ardi mencoba mengisi kehampaan hatinya dengan mencari sosok kekasih hati.  Namun sengat cinta didapatnya setelah meneguk secicip manisnya asmara.

Sampai suatu ketika, dia dipertemukan dengan Ara (Tiara). Sosok Ara membuat Ardi begitu terpesona dan perlahan membawanya kembali ke dunia yang lama ditinggalkannya. Bagi Ardi, sosok Ara adalah kesempurnaan. Namun kesempurnaan adalah sesuatu yang sulit bahkan mustahil diraih. Tak dinyana, hadirnya Ara pada akhirnya justru membuat luka yang lebih dalam.       

Seolah tak percaya, Ardi bagai terperosok kedalam lubang yang sama. Dalam keterpurukan dan untuk menjauh dari sosok Ara, Ardi memutuskan untuk hijrah ke Jakarta. Di kota metropolitan ini, Ardi pelan-pelan larut dalam hingar bingar dunia malam. Nightclub dan party jadi rumah suci untuk tumpahkan duka dan sakit hati. Alkohol menjadi pelepas dahaga dari keresahan dan penat kehidupan. Wanita hanya transaksi bukan masalah hati.

Namun sosok angkuh Andini, membuat ego lelakinya bangkit. Dalam usaha menaklukkan Andini, banyak hal tak terduga terjadi. Keduanya hanyut dalam romansa yang mengharu-biru. Sampai akhirnya Ardi menyatakan cinta dan niatnya menikahi Andini sekaligus membawanya keluar dari dunia laknat yang selama ini dijalaninya. Sekali lagi Ardi harus menerima kenyataan pahit.

Dalam kekalutan dan depresi yang luar biasa, Ardi mengalami kecelakaan. Masa penyembuhan dilewati Ardi dalam keadaan tiada semangat hidup. Ternyata dalam titik nadir itu justru Ardi mengetahui siapa yang cinta dan peduli kepadanya. Disaat semangat hidup Ardi mulai bangkit, Ardi dihadapkan pada situasi yang rumit. Ardi mendapat kabar bahwa Ara berada dalam kondisi depresi berat. Antara perasaan khawatir akan luka lama dan perasaan kasihan, Ardi pergi menemui Ara.

Dalam kondisi yang sama-sama terluka, Ardi & Ara saling menguatkan. Bagaimana kelanjutan kisah Ardi & Ara? Apakah Ara jadi labuhan hati Ardi? Apakah Ardi akan bertemu kembali dengan Andini?

Pantengin aja yah gan/sis.emoticon-Shakehand2

1. Pertemuan Tak terduga

(Bagian Pertama)


Lazuardi POV

Sekilas kulihat wajahnya, damn... Cantik nian... Sepersekian detik kami beradu pandang, lalu kemudian dia menunduk dan mengalihkan pandangannya. Dipakainya kembali masker yang tadi terlepas saat berjibaku mempertahankan tas dari tangan jambret. Aku bantu membereskan barang-barang isi tasnya yang berserakan. Laptop, handphone, buku agenda, tissue, dan beberapa alat tulis.

“Sekali lagi, terimakasih atas bantuannya mas, semoga Allah membalas semua dengan yang lebih baik,” ujarnya sambil menunduk. “Oh iya mba, terimakasih atas doanya. Tadi kebetulan saya lewat daerah sini,” balasku sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Sejatinya tidak ada yang kebetulan dalam dunia ini mas. Semua sudah ada diatur oleh Allah SWT.” Hmm, seperti mendengarkan ceramah, batinku bergumam.

“Saya pamit mas, Assalamu’alaikum.” Lalu gadis itu pun memacu motor Mio merahnya meninggalkanku. “Wa’alaikum salam,” jawabku hampir tak terdengar. Tanpa sadar aku terus memandangi gadis itu sampai tak terlihat lagi. Ah, aku sampai lupa menanyakan namanya. Untuk sementara sebut saja Zahra. Lho, biasanya sebut saja dia Bunga? Kan artinya sama saja.

Sesaat sebelum kupacu V-ixion putihku, kulihat benda berwarna putih tergeletak tak jauh dari tempatku berdiri. Sebuah flashdriveternyata. Sepertinya milik si cantik yang luput. Kuraih benda tersebut, lalu memasukkannya dalam saku kemeja. Kupacu kuda besiku menembus angin senja dengan nuansa lembayung jingga. Kupacu motor sambil melamun.

Benakku dipenuhi wajah cantik si pemilik Mio merah tadi. Garis wajahnya seakan terlukis di kanvas mega. Mata jelinya masih terekam jelas dalam imaji anganku. Halus dan rona merah pipinya masih terbersit dalam khayalku. Aku masih hanyut dalam lamunan, hingga lantunan adzan maghrib menyadarkanku. Segera kucari masjid terdekat untuk sholat maghrib.

Kuparkirkan motorku diposisi sudut, dekat dengan tempat wudhu. Kuberi kunci gembok tambahan, karena daerah ini rawan kriminalitas. Kuambil air wudhu, lalu kutunaikan sholat sunnah rawatib. Selesai sholat rawatib, aku berdoa, karena salah satu waktu mustajab untuk berdoa adalah diantara adzan dan iqomah.

Aku berdoa memohon ampun atas segala dosa, kebahagiaan hidup dunia akhirat, kemudahan atas segala urusan, dan tak lupa agar pemilik mio merah tadi menjadi jodohku. He.. he.. Namanya juga usaha, ngga ada salahnya dong. Kalau minta sama Allah tuh jangan tanggung-tanggung.

Sholat maghrib dimasjid ini ramai sekali jamaahnya, sampai teras masjid pun terisi. Bacaan imamnya pun sangat merdu. Surat Al Bayyinah yang cukup panjang, terasa ringan saja. Sejenak aku pun larut dalam kontemplasi yang syahdu. Damai terasa sampai ke jiwa.

Saat sujud, mungkin saat yang paling dekat antara seorang hamba dan Tuhannya. Disaat itulah kepala yang selalu dijunjung, sama rendahnya dengan kaki. 3 rakaat dalam waktu 12 menit, lumayan lama tapi tak terasa.

Kulanjutkan dengan dzikir sejenak. Mengapa setelah sholat wajib, disunnahkan untuk beristighfar? Aku tak tahu pasti jawabannya, tapi menurutku karena manusia tempatnya salah dan dosa. Bahkan dalam sholat pun masih bisa berbuat dosa. Contohnya aku sendiri.. He.. he.. Masih teringat si cantik pemilik mio merah saat sholat.

Selesai zikir, segera kulakukan sholat sunnah rawatib ba’da maghrib. Setelah itu kembali meluncur dengan tungganganku menuju rumah makan padang favoritku untuk membeli nasi ayam pop sebagai menu makan malam.             

* * *

Kunyalakan notebook kesayanganku, lalu kupasang flashdriveyang kutemukan. Kulihat apa saja isi file yang ada didalamnya. Ada 5 folder: skripsi, foto, organisasi, tarbiyah, film. Ah, ada satu file yang berada diluar folder, Application Letter & CV. Kubuka file-nya, dan kubaca seluruh isinya. Ternyata surat lamaran menjadi relawan sebuah lembaga filantropi. Ada pas foto tertera didalamnya. Benar, pemilik flashdrive ini si cantik yang kutemui petang tadi.

Hmm... Namanya Tiara Artamevia Larasati Attamimi. Nama yang indah, seindah pemilik nama itu. Mahasiswa semester akhir Fakultas Kedokteran, Universitas Negeri Lampung. Lahir 22 tahun lalu di Menggala. Beralamat di sebuah komplek perumahan elit dikota ini. Sudah sholehah, cantik, pintar, tajir pula. Perfecto..! Hobinya memasak & travelling. Pengalaman organisasinya segudang. Melihat profil si cantik, entah mengapa aku termotivasi untuk menikah.

Kucatat nomor telfon, whatsapp, id line dan akun instagram serta facebook si cantik. Tak lupa juga kusalin semua isi flashdrive kedalam sebuah folder di laptopku. Kuberi nama folder-nya dengan nama My Project, agar tiada yang curiga.

Kubuka kontak whatsapp si cantik, segera kukirim chat. “Assalamu’alaikum mba Tiara, saya Ardi. Kita bertemu tadi sore. Saya menemukan flashdrive, sepertinya milik mba Tiara. setelah saya lihat isi file-nya, saya langsung menghubungi mba Tiara.”   

Tak berapa lama, datang balasannya. “Wa’alaikum salam. Wah, saya pikir sudah hilang, terimakasih mas Ardi. Flashdrive-nya sih ngga seberapa harganya, tapi banyak file penting disitu,” balas Tiara.

“Saya mau kembalikan ke mba Tiara, kira-kira bisa ketemuan dimana?” tanyaku.
“Aduh saya jadi ngga enak nih sudah merepotkan. Kalau tidak memberatkan, tolong antarkan ke rumah besok sore. Alamatnya sudah tau kan?”
“Sudah tau mba. OK, sekitar jam 5 saya antar ke rumah mba Tiara.”
“Baik mas Ardi, jazakallah.”

Hatiku gembira, riang tak terkira. Esok aku akan menyambangi kediaman si cantik. Pikiranku mulai merancang agar pertemuan esok membuat kesan yang tak terlupakan. Kubunuh laptopku, lalu kurebahkan tubuhku diatas ranjang. Jalan pikiranku mulai merancang ini dan itu sampai akhirnya kuterlelap.


* * *

Wow... Ini rumah atau gedung? Besar sekali. Rumah megah dengan gaya mediterania berwarna putih seakan berdiri angkuh didepanku. Agak ragu, kutekan bel yang terpasang di pagar. Tak lama kemudian muncul seorang pria paruh baya keluar. “ Mau ketemu siapa mas?” tanyanya. “Mau ketemu mba Tiara pak, sudah janjian.” jawabku sambil tersenyum. “Oh, ini mas Ardi yah. Tadi neng Ara sudah pesan ke saya. Silahkan masuk, motornya diparkir didalam saja.” Lalu pria itu membuka pintu gerbang dan mempersilahkanku masuk.


Aku lalu masuk dan memarkirkan motorku di garasi yang kukira muat untuk diisi 6 mobil. Sempat kulirik ada mobil New Pajero Sport dan All New Civic terparkir di garasi. Lalu kumelangkah menuju teras dan pria paruh baya tadi mempersilahkanku masuk dan duduk di ruang tamu. “Tunggu sebentar yah mas, saya panggilkan neng Ara di dapur.”

Ruang tamunya begitu luas, jauh lebih luas dari kamar kontrakanku. Aku duduk di sofa putih yang empuk sekali. Dindingnya dipenuhi lukisan abstrak yang tak kumengerti apa maksudnya. Disudut ruang tamu ada aquarium besar yang dihias indah. Ikan arwana berwarna merah dan perak serta ikan-ikan lain yang tak kutahu namanya ada disitu. Mataku tertuju pada tumpukan majalah di meja. “Hmm... majalah bisnis & ekonomi... tidak menarik,“ batinku.

Setelah sekitar 5 menit menunggu, akhirnya keluar juga yang ditunggu. “Aduh, afwanyah mas Ardi, lagi bikin kue di dapur” ujar Tiara penuh penyesalan. “Afwan itu apa artinya yah mba?” kataku sambil pura-pura mikir. “Eh iya, salah ucap. Kebiasaan dikampus, maksudnya maaf mas Ardi”.

“Ooh, ngga apa-apa mba, santai aja” jawabku sambil pasang wajah cool. “Mau minum apa mas Ardi?”
“Apa aja deh.”
“Kalau gitu air kobokan aja yah” jawab Tiara bercanda.
“Ya udah, air kobokan, tapi yang spesial.” ujarku menimpali. 

Ternyata tidak seperti dugaanku. Kupikir Tiara itu orangnya dingin dan kaku, ternyata ramah dan bisa bercanda juga. Tak lama kemudian Tiara keluar dengan membawa nampan berisi hidangan. “Diminum mas Ardi, itu kopi asli dari Lampung Barat, diracik oleh buatan barista amatir. Gula & krim-nya silahkan tuang sendiri sesuai selera.”

Aku lalu meminum kopi yang disajikan Tiara, sebelumnya kuhirup dulu aromanya. Aku bukan pecinta kopi, yang dengan mencicipi bahkan menghirup aromanya, bisa tahu jenis kopi apa. Aku bahkan tidak tahu bedanya espresso, cappucino, latte, dan moccacino.

“Dicicipi mas kuenya, jangan malu-malu.”
“Eh, jangan panggil mas dong, saya kan bukan orang Jawa.”
“Terus panggil apa dong? Abang? Abang tukang bakso apa abang tukang somay?” tanya Ara sambil tersenyum.

“Mmm... panggil Aa aja, saya kan orang Sunda.” Padahal panggilan Aa bagiku hanya untuk keluarga dan orang-orang dekat saja. Kuharap Ara bisa jadi orang dekat suatu hari nanti. Aamiin.

“Oh, urang sunda geuningan, sami atuh,” balas Ara dengan logat Sunda yang agak kaku menurutku. 
“Oh iya, ini flashdrive-nya.” Kuserahkan benda berwarna putih itu kepada Tiara.
“Ah, ini dia yang dicari-cari.

Diubah oleh Lazuardi496 27-09-2019 09:16
doctorkelinciAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan doctorkelinci memberi reputasi
2
697
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan