Bait terakhir dari lagu Desember menggema di sebuah kamarku, meskipun hanya diputar di komputer tapi liriknya terasa merasuk ke dalam relung kalbu. Tuhan mengetahui apa yang sedang dirasakan olehku, dengan turunnya rintik-rintik air hujan, seakan mencoba membasuh setiap lukaku. Baru saja aku berpisah dengan seorang gadis, yang menjadi kekasih hati atau bahkan sudah kuanggap belahan jiwa. Menikmati pemandangan tetesan air hujan yang membasahi tanah dari jendela kamar sembari mencoba kembali mengingat semua kejadian yang pernah aku alami dengan Vina.


Sebelumnya kenalkan namaku Anto. Empat tahun lalu ketika baru lulus SMA, aku memutuskan untuk kuliah di kota asalku dengan pertimbangan biaya yang lebih murah daripada kuliah di Surabaya atau Malang, tepatnya aku kuliah di UN PGRI fakultas ekonomi jurusan akuntansi. Saat itulah dia mengenal sosok Vina, teman satu fakultas tapi beda jurusan, yang akhirnya aku "tembak" setelah cukup lama PDKT. Malam itu adalah malam yang tidak akan pernah terlupakan bagiku. Untuk pertama kalinya aku menyatakan cinta kepada seorang wanita. Aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri meski sudah disimpan rapat-rapat. Meskipun cintaku diterima, namun perjalanan cinta kami berdua penuh liku. Hari demi hari mereka lalui sebagai sesorang yang jatuh cinta, aku tak pernah merasa pengalaman jatuh cinta seperti itu. Yang ku tahu ya hanya cara membahagiakan Vina, menjadi bagian sedikit dari motivasiku kuliah. Hari-hari begitu indah kala itu, aku masih ingat, hadiah ulang tahun pertama dari Vina, yaitu sebuah bed cover bercorak logo Manchester United yang menjadi klub favoritku. Kata Vina saat itu, "Biar kamu selalu ingat aku meski saat kamu terlelap tidur." Hari demi hari berlalu tak terasa kuliah kami berdua sudah mau selesai. Ketika bimbingan skripsi, aku tak pernah sekalipun tinggal diam melihat Vina yang kesulitan mengerjakan skripsinya, meskipun saat itu aku sendiri juga menghadapi problem yang sama dengan Vina.


Sampai suatu saat menjelang wisuda Vina tiba-tiba menjadi sangat sulit untuk dihubungi dan ditemui. Aku berusaha mencari di kos Vina sampai nekad ke rumah Vina yang letaknya jauh dari kota tempat kami kuliah, semua berujung kegagalan. Orang tua Vina yang selama ini ramah denganku seperti diam seribu bahasa saat bertemu denganku. Sampai akhirnya tiga bulan kemudian saat aku membuka facebook, aku mengetahui bahwa Vina sudah menikah dengan lelaki lain yang sudah mapan. Hancurlah hatiku melihat pengorbananku selama ini mulai dari membantu Vina mengerjakan skripsi hingga menjadi tempat curhat. Aku merasa selama ini hanya menjadi BuCin Vina, bahkan aku menjadi korban ghosting. Setelah kejadian itu, pikiranku sangat gelap, tak bisa berfikir dengan rasional. Sedih, marah, dendam semua berkecamuk di hatiku, rasanya begitu terpuruk, hancur mental dan jiwaku, tubuhku boleh saja masih bergerak, namun hati dan jiwanya seakan berhenti. Ibu ku yang melihat anak laki-lakinya selalu termenung dan sering mengurung diri dalam kamar berusaha menghibur dan memberiku nasihat tapi aku tak mempedulikannya. Tapi setelah beberapa bulan berlalu aku sadar walaupun hati pernah tersakiti dan sulit untuk bisa membangun kepercayaan lagi, tapi itu bukan alasan hidup harus terhenti.

Kepada Tuhan, Sang pemilik jiwa, aku mengadukan keluh kesah.
Terima kasih karena kamu, aku merasakan apa itu patah hati.
Terima kasih karena kamu, mau tidak mau, aku jadi harus memahami ikhlas itu apa.