Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

darrenkiranaAvatar border
TS
darrenkirana
Buncah (Sebuah Cerpen Singkat)



Buncah

Suara bedug maghrib pun membangunkan ku, diikuti dengan suara adzan yang di toakan masjid2 sekitar. Tanda bagi para lelembut kota untuk berburu jiwa yang terlampau lemah digilas keras nya kehidupan sosial abad ini.

Walaupun disini toa masjid tidak diperbolehkan, setidaknya itulah yang kubayangkan dari balik layar kaca laptop Jumat sore ini. Ampas kopi bekas tadi siang pun kuseduh kembali, dengan rasa yang sedikit samar, ku hening dalam kegelapan ruangan.

Melihat keindahan (atau) kepalsuan hidup orang di beranda sosial media ditemani kopi gunting pun menjadi cemilan ku sore ini, dan (mungkin) sore-sore sebelumnya. Kutipan – kutipan motivasi yang turut membanjiri beranda dan nasihat para bijak pun selalu berbunyi bahwa semua itu hanya kepalsuan semata yang dibuat untuk menutupi gompalan hidupnya. Tetapi ku percaya bahwa itu tidak berlaku untuk nya.

Bagaimana tidak, senyum lebar yang selalu dipasang nya pagi dan malam, tawa tulus nya yang selalu terdengar dan teman – teman yang tak pernah melewatkan nya pun menjadi bumbu pelengkap kehidupan yang ku dambakan. Mungkin inilah alasan mengapa banyak lelaki yang menyukain nya, dan kau tahu, mungkin aku salah satunya.

Dan ku yakin, bahwa jika pilihan terkunci pada teman – teman sekeliling nya, akulah orang terakhir yang akan dipilihnya. Bukan karena fisik, melainkan sesuatu yang terbentuk karena tempaan waktu dan sifat lingkungan yang mengiringi sampai saat ini membentuk sesuatu yang disebut karakter. Humoris lah yang dipilihnya, itulah mengapa ku yakin menjadi si bontot.

Namun lama kelamaan ku curiga, seperti ada setan iri hati bersemayam didalam, mungkin rasa suka ini merupakan hasil daya tipu si setan pikir ku. Melihat hidup ‘sempurna’ nya, mungkin yang kucintai tak lain adalah kehidupan nya. Samar lah rasa cinta ini seperti kopi gunting pada seduhan kedua, walaupun tak sesamar pada seduhan ketiga yang kuteguk sekarang ini, entah seduhan keberapa rasa ini akan tanggal.

Tetapi si cinta dan si iri masih bergandengan tangan, menarik ku yang tak berdaya untuk membuka topengnya. Panggil aku bebal, panggil aku pecundang, karena setiap kata yang kau suratkan belum tentu dapat ku ejakan, karena sebelah mata ku masih terbutakan dengan yang namanya kenaifan.


'Besyukurlah, karena setiap rasa yang merasa merukpakan anugerah dari Nya'


Beijing




Sumber gambar: Gambar
Sumber tulisan: Pemikiran TS
Diubah oleh darrenkirana 05-10-2018 12:30
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.2K
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan