Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ary63Avatar border
TS
ary63
Kisah Unik Pemilihan Kepala Daerah dari Lapas Klas II Sibolga
[url=http://akuraS E N S O Rindeks?tag=Lapas][size=4][font=Roboto, sans-serif][color=#f9a01b][b]Lapas[/b][/color][/font][/size][/url] Klas II A [url=http://akuraS E N S O Rindeks?tag=Sibolga][size=4][font=Roboto, sans-serif][color=#f9a01b][b]Sibolga[/b][/color][/font][/size][/url] dari luar tampak lengang dan biasa-biasa saja, Jumat (27/6) sekitar pukul 10:00 WIB. Tak ada aktifitas mencolok. Kunjungan keluarga juga sedang tak ramai.


Tapi berbeda di dalam komplek, tepatnya di aula. Meski tak begitu ramai, aula itu sudah disulap menjadi sebuah Tempat Pemungutan Suara (TPS).


Di empat sisi aula sudah diatur sedemikian rupa. KPPS pada posisi depan dan pintu masuk, sementara sejumlah petugas panwas, saksi tim pasangan calon dan petugas Satpol PP juga terlihat duduk-duduk menyaksikan berjalannya proses pencoblosan.




Seorang Napi Tamping tampak berusia tua dibanding Napi lainnya bertugas mengawasi. Ia berdiri di sebuah tiang di depan pintu masuk aula. Ia memilah-milah para Napi pemilih DPT dan pemilih yang menggunakan Suket.


"Saya juga milih (nyoblos-red), tapi ini ngatur yang lain dulu," kata pria beruban itu.


Di dalam aula, antrian para narapidana pencoblos memasuki nomor ke 20, namanya Suirfan, narapidana yang sudah menghuni lapas selama 20 tahun. Usai mencoblos pria itu mencelupkan jarinya dan melangkah keluar aula.


Saat ditanyai Akurat.co, Suirfan mengaku senang bisa mencoblos. Menurut dia menyalurkan adalah hak yang harus disalurkan.


"Ya senang ya sebagai warga negara bisa menyalurkan hak kita," ujarnya saat ditanya Akurat.co.


Suirfan yang mengenakan celana panjang kemeja koko saat mencoblos ini mengaku, pengurusan agar bisa memilih tidaklah sulit.


"Kemarin memang ada datang dari KPU, ya mudah," ujarnya.


Soal apakah mengenali pasangan calon, pria beralamat di [url=http://akuraS E N S O Rindeks?tag=Sibolga][color=#f9a01b][b]Sibolga[/b][/color][/url] ini mengaku mengenali para calon dari berita-berita yang ia dengar.


"Ada juga dengar-dengar berita, ada juga datang KPU dan Panwaslu," katanya.


Bungsu Mando Nababan, napi lainnya terlihat masih asik duduk-duduk di emperan tak jauh dari aula. Ia melempar senyum kepada wartawan dan meminta sebatang rokok.


Bungsu masih menunggu antrian untuk mencoblos dan masih memilih bersantai dulu. Pria murah senyum ini mengaku puas bisa menyalurkan hak pilihnya.


"Puaslah, ya kenal sama pasangan calon," katanya.


Soal memilih, Bungsu berpendapat sama dengan Suirfan. Ia menegaskan mencoblos itu adalah hak yang tak boleh disia-siakan.


"Itu kan hak kita, gak ada dibayar, tanpa dibayar pun nyoblos juga kita bang," katanya.


Tak Milih Karena Banyak Gubernur Korupsi


Berbeda dengan prinsip kedua napi itu, Sukur Nyaman Laia Napi yang sudah menghuni [url=http://akuraS E N S O Rindeks?tag=Lapas][color=#f9a01b][b]Lapas[/b][/color][/url] itu sejak setahun lalu menyebut tak berniat memilih para calon Gubernur Sumut pada Pilkada kali ini.


Warga binaan yang mengaku beralamat di Santeong, Kota [url=http://akuraS E N S O Rindeks?tag=Sibolga][color=#f9a01b][b]Sibolga[/b][/color][/url] ini mengungkapkan, enggan mencoblos karena kabar-kabar korupsi para Gubernur terus terdengar.


Hak pilih yang dimiliki, kata Sukur, baru akan ia salurkan saat Pemilihan Presiden tahun 2019 nanti.

"Kalau presiden nanti baru, kalau gubernur kan nanti korupsi, presiden mana pernah kita lihat ada beritanya korupsi kan?" tuturnya dengan mimik wajah polos.


Nyaman Aceh, napi lainnya juga tak menyalurkan hak pilihnya. Nyaman mengaku sedang tak kefikiran soal Pilkada karena persoalan yang sedang ia jalani dan akhirnya menjadi warga binaan di dalam [url=http://akuraS E N S O Rindeks?tag=Lapas][color=#f9a01b][b]Lapas[/b][/color][/url].


"Gak milih bang, sedang gak kepikiran kesitu (nyoblos) bang, mau fokus selesaikan masalah disini saja dulu bang," kata Nyaman sembari berjalan pergi.


Pemilih di [url=http://akuraS E N S O Rindeks?tag=Lapas][color=#f9a01b]Lapas[/color][/url] Hanya 243 Orang


Di [url=http://akuraS E N S O Rindeks?tag=Lapas][color=#f9a01b][b]Lapas[/b][/color][/url] Klas II A [url=http://akuraS E N S O Rindeks?tag=Sibolga][color=#f9a01b][b]Sibolga[/b][/color][/url], Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang dikeluarkan hanya bagi 56 orang Napi saja. Kendati masih terdapat 177 Napi pemilih lainnya yang akan mencoblos menggunakan Surat Keterangan (Suket) atau sebagai DPTh.


"Yang kita usulkan itu 846 orang, tapi karena aturan KPU e-KTP harus direkam, yang terbit DPT cuma 56 orang," ujar ketua KPPS Hajanul P Siregar.


Plh Kalapas [url=http://akuraS E N S O Rindeks?tag=Sibolga][color=#f9a01b][b]Sibolga[/b][/color][/url] I Gusti Lanang ditemui diruangannya menyebutkan, selain 56 DPT dan 177 DPTh itu, terdapat 10 pemilih lainnya yang berasal dari para petugas.


"Yang sepuluh ini karena domisilinya di Medan," kata Gusti.


Gusti menerangkan, jumlah warga binaan di [url=http://akuraS E N S O Rindeks?tag=Lapas][color=#f9a01b][b]Lapas[/b][/color][/url] itu sebanyak 1.119 orang. Ratusan napi lainnya yang tak ikut mencoblos, disebabkan tak terdaftar di DPT atau tak mendapat Suket.


"Mereka yang memenuhi syarat ya sejumlah 200 an itu, warga lainnya tidak bisa menunjukkan e KTP atau formulir A5, dan c6 juga tidak bisa didatangkan dari rumah," katanya.


Gusti menerangkan tak ada pengamanan khusus selama pencoblosan berlangsung. Kendati para petugas luar seperti Satpol PP ikut membantu pengamanan.


"Karena kegiatan juga di dalam blok. Tapi ada dari luar membantu dari satpol PP," pungkas Gusti.[]



Sumber: [url=https://akuraS E N S O Rnews/id-244965-read-kisah-unik-pemilihan-kepala-daerah-dari-lapas-klas-ii-sibolga?catId=2]Kisah Unik Pemilihan Kepala Daerah dari Lapas Klas II Sibolga[/url]

emoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Ganemoticon-Cendol Gan

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.3K
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan