Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

frankfreakAvatar border
TS
frankfreak
[Cinta Indonesiaku] Binatang Jalang: Oase Di Tengah Gersang
Spoiler for :

WELCOME emoticon-Cool




Spoiler for Binatang Jalang:

Periode kesastraan Indonesia telah mengalami perkembangan dari masa ke masa. Berbagai sastrawan muncul dengan gaya penulisan dan karakteristik yang berbeda seiring zamannya. Dari sekian banyak, tersebut seorang penyair serampangan. Menyebut dirinya sendiri sebagai "Binatang Jalang", muda dan penuh gairah akan seni. Namanya Chairil Anwar.

Semasa hidup, sang binatang jalang diperkirakan telah menulis 96 karya yang didominasi puisi. Pada eranya, ia berperan besar dalam pembentukan konsep seniman yang mengedepankan kebebasan dalam berkarya. Konsep ini dibuat demi menentang sikap idealis yang dianggap membatasi kreativitas para seniman dalam berekspresi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, Chairil dinobatkan sebagai pelopor angkatan 45 sekaligus puisi modern indonesia.

Spoiler for Betapa pentingnya sastra:

Mengenal Chairil lewat puisinya yang energik, penuh pemberontakan namun kental akan rasa nasionalisme telah menggerakkanku untuk menumpahkan setiap impresi dan ekspresi pada berlembar kertas yang dulu terkesan kosong pada meja di sudut kamarku. Kesadaran akan pentingnya menulis entah apapun itu, aku sadari lewat sesosok chairil anwar. Karena kata-kata tak seperti manusia, ia tidak akan pernah mati.

Aku dan Chairil memang tiada hubungan darah. Kami lahir dan tumbuh di generasi yang berbeda, tanpa satupun kesamaan selain fakta bahwa kami dilahirkan di Kota yang sama. Kami bukanlah siapa siapa satu sama lain. Tapi untukku, chairil adalah seorang yang teramat pantas menjadi panutan. Aku bisa rasakan kerja keras dan semangat yang meletup-letup dalam karyanya. Sebagai pribadi yang sebelumnya tanpa gairah dalam hal apapun, chairil bagaikan sebuah oase ditengah-tengah hidupku yang teramat gersang.

"Hidup hanya menunda kekalahan"
Penggalan kalimat diatas diambil dari puisi "Derai-Derai Cemara" yang ditulis Chairil pada tahun 1949. Puisi ini menjadi karyanya yang terakhir, sebelum akhirnya ia 'menyerah' dengan hidupnya pada tahun yang sama karena berbagai penyakit. Keinginannya untuk hidup seribu tahun lagi bukanlah sekedar omong kosong. Raga mungkin mati namun karya tetap abadi, sang binatang jalang akan menjadi sebuah motivasiku maupun segenap kalangan sastra indonesia dalam berkarya hingga tahun-tahun mendatang.
Spoiler for Seribu tahun lagi:





Spoiler for Alasan:
Diubah oleh frankfreak 30-05-2017 18:57
tien212700Avatar border
tien212700 memberi reputasi
2
5.7K
34
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan