Akhir2 ini sepertinya Indonesia sedang diguncang oleh isu SARA dan berita-berita invasi Cina yang entah benar atau tidak tetapi telah meresahkan masyarakat, dan menurut pengetahuan saya yang dangkal ini semuanya bearawal dari pilkada DKI JAKARTA dan juga pemberitaan media massa, kita tahu kalau di jaman ini kita tidak bisa begitu saja mempercayai suatu berita, bahkan dari media massa nasional yang besar sekalipun karena kita sekarang tidak tau mana yang bisa dipercaya dan mana yang tidak, mereka memang tidak memberikan berita bohong, satu menunjukkan 90% kekurangan si A dan menunjukan 90% kelebihan si B sedang yang lainnya menunjukan sebaliknya yang bertujuan untuk menggiring opini publik ke arah kepentingan mereka masing-masing, lalu mana yang harus kita percaya?? Adakah saat ini yang mau netral menunjukan semuanya seutuhnya sehingga publik sendiri yang menilai tanpa campur tangan pihak yang berkepentingan??

Sedikit cerita tentang apa yang diamati penulis...

Beberapa bulan lalu semua media massa heboh dengan pemberitaan Ahok yang menistakan salah satu ayat Al-Qur'an, semuanya berawal dari postingan Buni Yani di Fb yang ternyata salah transkrip hingga memicu amarah kaum muslim Indonesia, ketika semua sudah terlanjur marah baru ketahuan kalau sebenarnya itu salah transkrip dan saya pikir selesai sudah masalah ini, tapi ternyata masih ada pihak yang tidak terima dan tetap meminta Ahok untuk diadili karena menistakan Al-Qur'an dimana menurut penulis sebenarnya Ahok bukan menjelekkan Alqur'an tapi oknum yang memakai Al-Qur'an sebagai alat untuk nenguntungkan dia secara pribadi penulis tahu kalau dalam sejarah islam seorang non-muslim tidak boleh menjadi pejabat pemerintahan (tetapi sejarah itu ada di masa kekhilafahan sehingga untuk NKRI tercinta yang pemerintahannya bukan berbentuk kekhilafahan, hal itu berlaku atau tidak penulis sendiri tidak tahu karena pendapat para ulama pun juga terpecah ) tapi apakah untuk menunjukan keyakinan ini harus dengan melakukan demo besar seperti kemarin?? Tidak cukupkah dengan kita tidak memilihnya?? Jika keyakinan itu dianalogikan sebagai baju, Bukankah sebuah baju putih tak perlu ditulisi atau diumumkan kalau dia berwarna putih?? Bukankah semua yang matanya mampu melihat dengan baik bisa mengetahui kalau baju itu berwarna putih??

Belum mereda isu tentang pilkada Jakarta, muncul isu masuknya tenaga kerja cina ilegal yang merampas lapangan kerja tenaga kerja lokal, ada lagi isu tentara cina yang masuk Indonesia dengan menyamar jadi pekerja, ditambah lagi dengan berita tentang beberapa mega proyek di Indonesia yang sebenarnya adalah drama bangsa Cina untuk bisa menguasai Indoneaia, lalu apakah semua berita ini benar?? Kalau itu benar, tentu itu akan mengerikan sekali, tapi kalau tidak benar?? Sadarkah kalian para penyebar berita kalau perbuatan kalian sangat meresahkan masyarakat?? (Di akhir tulisan ini nanti akan penulis lampirkan beberapa berita yang penulis maksud)

Saat ini ajang pemilihan kepala daerah ataupun wakil rakyat sudah seperti ring tinju dimana pemainnya adalah para partai politik, sikut sana sikut sini, pukul sana pukul sini, entah bagaimana caranya yang penting dia bisa menang, lalu yang gak ikut politik kebagian apa?? Negara ini milik rakyat atau milik partai politik?? Telah jadi rahasia umum bahwa orang-orang yang duduk di kursi kepala daerah dan wakil rakyat itu lebih mementingkan dirinya sendiri daripada rakyat, walau kita tak menutup mata bahwa 'ada' juga beberapa yang benar-benar berjuang untuk rakyatnya, tapi jumlahnya ada berapa?? Kalau jumlahnya mayoritas, harusnya negeri ini sudah maju dan makmur, tapi kenyataannya?? Kita semua telah tahu jawabannya.


(Untuk bagian ini mohon maaf kalau dirasa sedikit menyinggung SARA tapi sungguh saya tidak bermaksud seperti itu)

Seseorang mengatakan kalau bagi seorang muslim "lebih baik Pemimpin Muslim yang jujur, adil, baik, cerdas dan pekerja keras, daripada Pemimpin Kafir yang jujur, adil, baik, cerdas dan pekerja keras, apalagi Pemimpin Kafir yang khianat, jahat, bejat, bodoh dan pemalas" lalu jika kita melihat realita saat ini dimanakah kita bisa menemukan orang seperti itu?? Jika ada Pemimpin Muslim yang jujur, adil, baik, cerdas dan pekerja keras tentu saya akan memilih dan membelanya, ada yang bilang kalau 'mereka' itu ada, tapi kalau gak 'nyalon' mana bisa jadi pemimpin??

Ada yang bilang...

"pilihlah pemimpin muslim insyallah adil.. Kalo muslim nya dzalim.. ya kita doakan.. Masa yg non muslim dzalim aja.. Kita juga di suruh mendoa kan untuk di beri hidayah.. Apalagi untuk sesama muslim bukankah lebih lagi?"

Penulis sendiri pernah membaca (lupa buku dan judulnya, tapi kalau tidak salah membahas kisah nabi Daud a.s.) dimana di situ dikatakan kalau...

"Negeri dengan pemimpin yang dzalim itu masih lebih baik daripada negeri tanpa pemimpin"

Yang sebenarnya kurang tepat jika dikorelasikan dengan kondisi sekarang dimana masalah yang kita hadapi saat ini ini menurut penulis adalah...

"Lebih baik mana pemimpin non-muslim yang terbukti berkinerja baik dibanding pemimpin muslim yang belum tentu berkinerja baik bahkan cenderung meragukan??"

Generasi saat ini sepertinya sudah terlalu lelah, bosan dan muak dengan semua pemberitaan tentang para pejabat busuk yang bertebaran di negeri ini sehingga begitu ada yang 'berkinerja baik' langsung didukung habis-habisan, namun sadarkah kita kalau sebenarnya kesan 'berkinerja baik' itu bisa saja hasil dari usaha media dalam menggiring opini publik??

Lalu apa yang sebenarnya kita butuhkan?? Penulis sendiri tidak tahu karena begitu carut marutnya kondisi negeri ini yang rasa-rasanya sudah mendekati kehancuran, namun percayalah hal terbaik yang dibutuhkan kejahatan adalah diamnya orang-orang baik yang mengetahui keberadaannya




Penulis adalah seorang remaja putus sekolah yang sedang berproses menuju kedewasaan
Blitar, 20 Februari 2017