Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bacanomerAvatar border
TS
bacanomer
Kisah Haru Korban Bencana Angin Puting Beliung di Desa Sungai Rangas Ulu
Pilih Tidur di Tenda, Istri dan Anak Tidur di Polsek



TAK TAHU KEMANA? - Pasangan Junaidi dan Fathul Jannah, saat berada di tenda tempat tinggal sementara mereka bersama ketiga anakanya.

PROKAL.CO, Radar Banjarmasin Senin (14/11) kemarin mendatangi permukiman yang terletak di bantaran sungai tersebut. Di sepanjang Jalan Martapura Lama yang membelah desa itu, beberapa anggota relawan membawa kotak kardus untuk meminta sumbangan dari para pengendara yang melintas.

Sumbangan yang terkumpul nantinya diharapkan dapat meringankan beban para korban. Sebab, tidak sedikit dari mereka tak memiliki cukup uang untuk kembali membangun rumah yang sudah rusak parah.

Sementara, rumah-rumah yang rusak terlihat belum ada yang ditangani. Sebagian korban yang rumahnya tidak dapat ditempati, terpaksa harus mengungsi di rumah sanak keluarganya. Lalu bagaimana dengan korban yang tak memiliki keluarga di sana?

Korban puting beliung pasangan Junaidi, 45 dan Fathul Jannah, 40 misalnya. Tak memiliki keluarga yang bertempat tinggal di sana, membuat mereka kebingungan untuk mencari tumpangan. Bermodalkan dua lembar terpal bantuan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjar, mereka membuat tenda untuk tempat tinggal sementara. "Keluarga jauh-jauh Mas, jadi terpaksa tinggal di tenda," kata Fathul Jannah.

Ia menambahkan, tenda sengaja dipasang di samping rumahnya yang saat ini sudah rata dengan tanah. Agar sang suami dapat menjaga barang-barang mereka yang masih dapat digunakan. "Kalau malam, saya dan anak menumpang tidur di Kantor Polsek Martapura Barat. Sementara suami tidur di tenda untuk menjaga barang," tambah ibu tiga anak ini.

Sementara itu, Junaidi mengaku tak tahu sampai kapan hidup terkatung-katung tanpa memiliki tempat tinggal. Sebab, ia tak memiliki uang untuk kembali membangun rumahnya yang telah rusak. "Kami tak punya simpanan uang untuk membangun rumah, tak tahu sampai kapan harus seperti ini," ujarnya.

Penghasilannya sebagai kuli bangunan selama ini hanya cukup untuk makan sehari-hari dan biaya sekolah anak-anaknya. Sehingga tak ada sisa untuk ditabungkan. "Kami sekarang hanya berharap, ada bantuan untuk kami," harap Junaidi.

Selain memikirkan tempat tinggal, ia juga mulai gelisah memikirkan masa depan dua anaknya yang saat ini bersekolah SD. Seragam dan peralatan sekolahnya hilang entah ke mana? Sehingga membuat mereka tidak dapat bersekolah. "Sudah kami cari ke mana-mana, tapi tidak ketemu. Mau beli tidak punya uang, jadi terpaksa mereka libur dulu," ungkapnya.

Bencana puting beliung benar-benar tidak dapat ia lupakan. Apalagi saat itu, istri dan ketiga anaknya menghadapinya sendiri. Karena dirinya ketika itu sedang bekerja sebagai kuli bangunan di Kapuas. "Kata istri, terlambat beberapa detik saja mereka akan tertimpa bangunan rumah," katanya.

Fathul Jannah menceritakan, sebelum rumahnya roboh atapnya terlebih dulu bergerak. Saat melihat atapnya bergoyang, ia segera menggendong anaknya yang masih balita. Dan menuntun dua anaknya yang lain untuk cepat-cepat ke luar dari rumah.

Prediksinya benar, baru beberapa langkah keluar dari rumah. Ia menengok ke belakang, rumah mereka sudah roboh. Sementara atapnya berterbangan dibawa angin. "Untung saya langsung mengajak anak-anak lari, kalau tidak kami bisa tertimpa bangunan rumah," pungkasnya. (ris)

sumber:
http://m.kalsel.prokal.co/read/news/...angas-ulu.html


koin buat juned
0
690
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan