- Beranda
- Komunitas
- Story
- Heart to Heart
Aku dan Kewarganegaraanku
TS
Yo141
Aku dan Kewarganegaraanku
Quote:
Saya terlahir sebagai anak berkacamata keturunan Indo – Tionghoa. Seperti orang lain tahu saya merasa beruntung ketika “bangsa” kami hancur diporak – porandakan pada tahun 1998 karena kesalahan yang padahal bukan salah kami dan pada saat itu saya belum terlahir ke dalam dunia. Entah kenapa saya merasa bangga kepada Indonesia karena telah dilahirkan di bangsa yang besar, kaya, dan indah ini.
Mungkin istilah bahwa Tuhan itu adil ada benarnya, saya jadi teringat tentang lelucon pembicaraan Tuhan dengan MalaikatNya. Isi yang bisa saya tangkap dari pembicaraan itu kira – kira seperti ini, Spanyol diberikan pemandangan yang luar biasa indahnya apalagi ketika matahari terbenam, namun suhu di sana begitu dingin hingga menusuk tulang. Jepang dianugerahkan Tuhan dengan kecerdasan manusianya dan kecanggihan teknologinya, tapi ketika tsunami melahap gugusan kepulauan tersebut, lenyap sudah. Lalu Tuhan melanjutkan pembicaraannya, “Coba lihatlah kepulauan disana, dari gunung, lembah, bukit, bahkan salju semuanya ada disana, cahya sang mentari menyinari mereka sepanjang tahun, oh, lihat! Pertanian mereka sangat subur, apalagi hutan mereka, hijau merekah! Jangan lupakan lautnya, sungguh segala ciptaan yang hidup ada disana. Dan tengoklah kemurahan hati penduduknya, senyumnya seindah wajahmu kan, Malaikat?”. Kemudia Malaikat bertanya kepada Tuhan, “Ya, Tuhan, sungguh bangsa yang indah! Tapi…, masing – masing Negara punya kekurangannya, tapi saya tidak melihat sesuatu yang kurang dari Negara ini, ya, Tuhan?” Tuhan pun tersenyum dan berkata, “Tunggu sampai aku menaruh orang – orang bejat di pemerintahan mereka.”
Apa yang kita bisa lihat dari Indonesia? Korupsi, kolusi, nepotisme, polusi, macet, dan lain – lain yang memusingkan kepala. Tapi kenapa saya begitu bangga kepada Indonesia? Karena saya lahir disini? Bukan! Saya bangga menjadi warga Negara Indonesia karena saya punya keyakinan bahwa suatu saat bangsa ini akan jadi bangsa yang besar. Wahai Negara lain, tunggullah, macan ini sedang tertidur dan siap terbangun dari tidurnya hingga ia mampu mencabik hal – hal yang melecehkannya.
Saya ingin terus menjadi warga Negara Indonesia yang cinta kepada Tanah Air tanpa pernah membanding – bandingkannya kepada Negara lain. Biar lah bangsa ini berkembang apa adanya dan tidak perlu campur tangan pihak asing. Biarpun banyak generasi muda bangsa ini yang menolak kewarganegaraannya, saya tidak ingin ikut – ikutan dan menyia – nyiakan kewarganegaraan saya dengan harus menggantinya dengan kewarganegaraan yang baru. Biarpun teman saya ingin menjadi warga Negara Jepang, Finlandia, Singapura, ataupun Negara pencuri seperti Malaysia. Jika kita berani untuk bertindak dan terjun langsung ke inti permasalahannya, saya yakin bangsa ini akan pulih, karena musuh bangsa ini yang sebenarnya bukan di medan perang, bukan di lapangan sepakbola, bukan di atas ring tinju. Permasalahan sesungguhnya bangsa ini adalah masyarakatnya yang tidak mau bermimpi dan walaupun punya mimpi tidak ingin mewujudkannya. Seperti kata Sukarno, “Perjuanganku akan lebih mudah karena melawan penjajah, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.” Sukarno saja yang sudah tua, yang sudah tidak sebugar dulu masih punya mimpi, apalagi kita yang masih muda, yang masih haus akan pencapaian, yang masih haus akan mimpi. Tentu saja generasi bangsa ini yang akan melanjutkan kepemimpinan bangsa ini, biarlah generasi muda yang layak dan penuh inovasi yang duduk dengan tegak di gedung yang dulunya mereka agung – agungkan dengan segala kenyamanan dan fasilitasnya, dan dengan segala pundi – pundi uang halal maupun haram yang masuk ke kantong mereka.
Jika bukan generasi muda yang bangga akan perjuangan Sukarno, siapa lagi yang akan mengembalikan bangsa ini ke posisi yang sesungguhnya? Macan Asia! Yang teguh dan punya akar yang kuat guna menjadi bekal menyongsong masa depan yang tentu lebih sulit dan menantang. Jika saya, Anda, kita, semua yang bisa melakukan itu, percayalah, niscaya Sukarno pun akan tersenyum bangga di atas sana.
Mungkin istilah bahwa Tuhan itu adil ada benarnya, saya jadi teringat tentang lelucon pembicaraan Tuhan dengan MalaikatNya. Isi yang bisa saya tangkap dari pembicaraan itu kira – kira seperti ini, Spanyol diberikan pemandangan yang luar biasa indahnya apalagi ketika matahari terbenam, namun suhu di sana begitu dingin hingga menusuk tulang. Jepang dianugerahkan Tuhan dengan kecerdasan manusianya dan kecanggihan teknologinya, tapi ketika tsunami melahap gugusan kepulauan tersebut, lenyap sudah. Lalu Tuhan melanjutkan pembicaraannya, “Coba lihatlah kepulauan disana, dari gunung, lembah, bukit, bahkan salju semuanya ada disana, cahya sang mentari menyinari mereka sepanjang tahun, oh, lihat! Pertanian mereka sangat subur, apalagi hutan mereka, hijau merekah! Jangan lupakan lautnya, sungguh segala ciptaan yang hidup ada disana. Dan tengoklah kemurahan hati penduduknya, senyumnya seindah wajahmu kan, Malaikat?”. Kemudia Malaikat bertanya kepada Tuhan, “Ya, Tuhan, sungguh bangsa yang indah! Tapi…, masing – masing Negara punya kekurangannya, tapi saya tidak melihat sesuatu yang kurang dari Negara ini, ya, Tuhan?” Tuhan pun tersenyum dan berkata, “Tunggu sampai aku menaruh orang – orang bejat di pemerintahan mereka.”
Apa yang kita bisa lihat dari Indonesia? Korupsi, kolusi, nepotisme, polusi, macet, dan lain – lain yang memusingkan kepala. Tapi kenapa saya begitu bangga kepada Indonesia? Karena saya lahir disini? Bukan! Saya bangga menjadi warga Negara Indonesia karena saya punya keyakinan bahwa suatu saat bangsa ini akan jadi bangsa yang besar. Wahai Negara lain, tunggullah, macan ini sedang tertidur dan siap terbangun dari tidurnya hingga ia mampu mencabik hal – hal yang melecehkannya.
Saya ingin terus menjadi warga Negara Indonesia yang cinta kepada Tanah Air tanpa pernah membanding – bandingkannya kepada Negara lain. Biar lah bangsa ini berkembang apa adanya dan tidak perlu campur tangan pihak asing. Biarpun banyak generasi muda bangsa ini yang menolak kewarganegaraannya, saya tidak ingin ikut – ikutan dan menyia – nyiakan kewarganegaraan saya dengan harus menggantinya dengan kewarganegaraan yang baru. Biarpun teman saya ingin menjadi warga Negara Jepang, Finlandia, Singapura, ataupun Negara pencuri seperti Malaysia. Jika kita berani untuk bertindak dan terjun langsung ke inti permasalahannya, saya yakin bangsa ini akan pulih, karena musuh bangsa ini yang sebenarnya bukan di medan perang, bukan di lapangan sepakbola, bukan di atas ring tinju. Permasalahan sesungguhnya bangsa ini adalah masyarakatnya yang tidak mau bermimpi dan walaupun punya mimpi tidak ingin mewujudkannya. Seperti kata Sukarno, “Perjuanganku akan lebih mudah karena melawan penjajah, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.” Sukarno saja yang sudah tua, yang sudah tidak sebugar dulu masih punya mimpi, apalagi kita yang masih muda, yang masih haus akan pencapaian, yang masih haus akan mimpi. Tentu saja generasi bangsa ini yang akan melanjutkan kepemimpinan bangsa ini, biarlah generasi muda yang layak dan penuh inovasi yang duduk dengan tegak di gedung yang dulunya mereka agung – agungkan dengan segala kenyamanan dan fasilitasnya, dan dengan segala pundi – pundi uang halal maupun haram yang masuk ke kantong mereka.
Jika bukan generasi muda yang bangga akan perjuangan Sukarno, siapa lagi yang akan mengembalikan bangsa ini ke posisi yang sesungguhnya? Macan Asia! Yang teguh dan punya akar yang kuat guna menjadi bekal menyongsong masa depan yang tentu lebih sulit dan menantang. Jika saya, Anda, kita, semua yang bisa melakukan itu, percayalah, niscaya Sukarno pun akan tersenyum bangga di atas sana.
0
1.9K
Kutip
23
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan