Selamat pagi agan2 pencinta story di SFTH, gw di sini hanya ingin sekedar berbagi kisah selama masa-masa sekolah, kisah seorang anak manusia yang memiliki sifat introvert atau tidak menyukai keramaian. Kesunyian adalah teman sehari-harinya. Mengobrol jika itu diperlukan, diam jika itu dirasa tak penting. Namun didalam sikap diamnya terbitlah manusia-manusia penasaran, dan satu hal yang paling dominan dalam penilaian mereka yaitu dia orang yang SOMBONG karena enggan mengobrol.

Begitulah manusia selalu cepat menyimpulkan luarnya tanpa mengorek isinya terlebih dahulu, kisah ini kisah gw ketika mulai masuk SMA. Sebuah kisah yang sampai kini masih memiliki ruang spesial di pikiran gw dan takkan pernah hilang sampai akhir hayat ini.





PROLOG:

Setelah proses daftar mendaftar yang panjang dan adminstrasinya, akhirnya gw diterima di SMA 5, salah satu sekolah favorit dengan fasilitas lengkap, lap basket, lap futsal dan lap olahraga lainnya. Banyak wakil-wakil perlombaan yang mengharumkan sekolah ini.

Saat itu gw masih di berada di sekolah, gw menyuruh Mama buat pulang duluan gw beralasan mau keliling sekolahan sebentar dan pulangnya naik angkot nanti. Gw kagum dengan sekolah ini yang mengutamakan kehijauan dengan pohon-pohonnya yang rimbun dan ditata dengan rapi. Gw berjalan sambil melihat kelas-kelas yang kosong, kelas yang lumayan luas pikirku.

Saat melewati sebuah kelas mata gw menangkap sesosok cewek yang sedang duduk di meja paling depan kelas tesebut, tangannya tampak sedang menari-nari memainkan HP-nya. Sekilas tentang cewek ini, saat gw lihat rambutnya diikat cepol dengan membiarkan setipis rambutnya menjuntai di samping kedua telinganya, kulitnya putih khas Mojang Bandung, saat memakai tshirt pink celana jeans ketat, kasual gayanya. Lelaki yang melihatnya pasti bakal langsung naksir. Gw coa untuk sekedar ingin kenalan dan pergi.



Gw menjauh dari kelas itu, gw gak sanggup berlama-lama menatap matanya, gw merasa takut ketika berbicara dengan lawan jenis, tangan gw saja sekarang sudah basah, entah pertemuan ini harus gw sesali atau gw syukuri nantinya, otak gw tidak sinkron dengan tubuh ini. Dan gw gak nyangka kalau pertemuan ini akan menimbulkan dilema yang sangat besar bagi kehidupan gw di masa depan ...