Sebuah kotak amal yang ditujukan untuk korban bencana alam banjir bandang di Garut diletakkan di kompleks Media Center Utama, Trans Luxury Hotel, Bandung, Jabar, Rabu (28/9).
Indonesia menjadi salah satu negara dengan penduduk paling murah hati. Hal itu merujuk hasil survei dari Gallup, perusahaan riset global yang kerap melakukan jajak pendapat soal opini publik.

Dirilis pada medio September 2016, riset itu pada dasarnya berfokus pada "Indeks Keterlibatan Masyarakat" (civic engagement index). Beriring itu, survei yang dilakukan di 140 negara tersebut turut mengungkap perihal kedermawanan penduduk di sebuah negara.

Dalam urusan terakhir itulah Indonesia patut berbangga. Indonesia menempati peringkat kedua dalam urusan kedermawanan warganya.

Hal itu terungkap dari jawaban atas pertanyaan survei: "Apakah Anda menyumbangkan uang untuk keperluan amal dalam 30 hari terakhir?"

Hasilnya, 75 persen warga Indonesia mengaku telah mendonasikan uangnya untuk keperluan amal. Persentase itu hanya kalah dari dari negeri jiran sesama Asia Tenggara, Myanmar, yang mencapai 91 persen.

Hal itu cukup mengejutkan, sebab Myanmar dan Indonesia merupakan dua negara yang pendapatan penduduknya masuk klasifikasi menengah. Walau demikian, kedua negara berhasil mengalahkan negara-negara berpenghasilan besar macam Australia, Belanda, Inggris, dan Selandia Baru.

Sebagai pembanding, Indonesia hanya punya produk domestik bruto (PDB) per kapita USD3.843 (sekitar Rp50 juta). Bahkan Myanmar hanya USD824 (sekitar Rp10,7 juta).

Itu kontras dengan negara lain macam Belanda, yang punya PDB sekitar USD50.925 (sekitar Rp663 juta). Atau Australia, yang mencapai USD54.717 (sekitar Rp712 juta).

Berikut tabel negara-negara paling pemurah sedunia. Pun ada sebuah video pendek dari akun Twitter World Economic Forum, dengan sumber data yang sama.

You will find more statistics at StatistaThese are the world's most generous countries. [URL="https://S E N S O RVoCAjVCLJ1"]pic.twitter.com/VoCAjVCLJ1[/URL]
— World Economic Forum (@wef) October 21, 2016
Forbes menganalisis, pencapaian Myanmar sebagai negara paling dermawan, telah merefleksikan pengaruh ajaran Buddha, terutama konsep sangha dana, yang mengajarkan soal kedermawanan selama hidup bisa membawa manfaat di akhirat.

Kondisi lebih kurang serupa ada di Indonesia, yang punya budaya gotong-royong nan kental nilai sosial. Atau bila berasumsi dengan latar agama, warga Indonesia yang mayoritas pemeluk Islam mengenal konsep zakat. Konsep itu mendorong seorang muslim untuk berempati kepada sesama.

Sekadar catatan, setiap tahun, perolehan zakat nasional senantiasa naik. Data Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAZ), pada 2015, menyebut kenaikan itu rerata mencapai hingga 15 persen setiap tahunnya.

Adapun statistik lain dalam laporan Gallup, menempatkan Indonesia pada posisi ketiga sebagai negara yang penduduknya senang bekerja secara sukarela. Itu merujuk pada pertanyaan: Apakah Anda terlibat menjadi relawan di sebuah organisasi dalam sebulan terakhir?

Tercatat 50 persen warga Indonesia mengaku bekerja sebagai relawan selama 30 hari terakhir. Untuk urusan kerja-kerja suka rela itu, Indonesia hanya kalah dari Turkmenistan (60 persen), dan Myanmar (55 persen).

Dalam riset itu, Indonesia, hanya tak menempati 10 besar, dalam pertanyaan soal: "Apakah Anda membantu orang asing atau seseorang yang tidak Anda kenal tapi membutuhkan bantuan?

Secara keseluruhan dalam "Indeks Keterlibatan Masyarakat", Indonesia mendapat poin 56, dari rentang 0-100. Dengan angka itu Indonesia berada di peringkat tujuh.

Sila lihat laporan lengkap riset Gallup itu lewat tautan ini.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...-kedua-sedunia

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Tudingan Jessica pada pembelaan terakhirnya

- Sayembara memburu tikus di Jakarta

- Temulawak dan tolak angin RI-1