- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[KOMBAT HOROR] SEPEDA ONTEL
TS
Shamael
[KOMBAT HOROR] SEPEDA ONTEL
Quote:
Quote:
Kebanyakan dari kita tentu sudah paham dan familiar dengan sepeda ontel. Ya, itu adalah salah satu alat transportasi non-mesin yang sudah lama digunakan masyarakat Indonesia bahkan dunia. Kenapa dinamakan sepeda ontel? Itu bukan karena Dina rakus, kelaparan, atau sakti mandraguna sehingga makan sepeda. Dina tidak ada hubungannya dengan penamaan sepeda ontel. Disebut sepeda ontel karena cara menggunakannya dengan dikayuh atau diontel dalam Bahasa Jawanya. Kisah horror mengenai sepeda ontel ini adalah sebuah kisah nyata. Dialami tetangga TS, sebut saja namanya Mas Tarno (41).
Mas Tarno ini punya motor, namun beliau lebih memilih bepergian ke manapun pakai sepeda ontel tua warisan Bapaknya. Jangan salah. Bapak-Ibunya masih hidup, dan sehat walafiat sampai sekarang. Mas Tarno memilih bersepeda bukan karena tidak bisa naik motor atau apa. Dulu waktu Bapaknya mewariskan sepeda ontelnya, motornya dibawa sang Bapak sebagai ganti. Dua tahun sudah sepeda itu digunakan Mas Tarno, tidak ada yang aneh. Semua wajar. Wajar kalau rantainya sering lepas, wajar kalau bannya sering mbledhos, wajar kalau sering stangnya sering mleset, pokoknya wajar. Normal-normal saja, hingga malam itu, Malam Jumat Legi, 23 Juli 2004!
Quote:
Malam itu, Mas Tarno mendapat undangan pengajian tujuh hari meninggalnya sang Paklik atau Paman. Waktu dan tempat sehabis shalat Isya, di rumah duka yang terletak di kampung sebelah. Sebagai keponakan yang baik, tentu saja Mas Tarno wajib hadir, Apalagi sang Paklik ini sangat berjasa pada hidup Mas Tarno. Setelah berpamitan dengan sang istri dan anak tercinta, berangkatlah Mas Tarno meninggalkan rumah beserta keluarganya. Dengan berbekal niat dan tekad bulat, Mas Tarno mulai mengayuh sepeda ontelnya menuju rumah duka. Tangis sang anak dan lambaian tangan sang istri dari teras rumah mengantar keberangkatan Mas Tarno. Mas Tarno tidak sanggup melihat semua itu, karena bohlam lampu teras mati sejak dua hari yang lalu.
Jarak rumah Mas Tarno dengan rumah duka cukup lumayan. Hampir dua kilometer, tapi ada jalan pintas yang lebih menghemat waktu setengah perjalanan lebih, yaitu lewat Bulak Semper. Kawasan kebun bambu ini terkenal horror alias angker. Jarang ada manusia normal yang berani memasuki kawasan ini selepas maghrib. Banyak kejadian mistis yang dialami warga yang nekad, atau memang apes dan kepepet berada di kawasan ini saat senja mulai merayap. Salah satu ikon popular wilayah ini adalah Dhemit Semper. Sekedar untuk diketahui, Dhemit Semper bukanlah nama hewan, sayuran, makanan, ataupun grup musik dangdut koplo yang memang digemari masyarakat setempat, tapi julukan bagi salah satu makhluk astral berwujud sesosok mayat busuk yang berjalan pincang (Jawa: Semper) dengan bagian tumit kaki terbalik alias menghadap ke depan.
Quote:
Kembali ke Mas Tarno. Keangkeran Bulak Semper tidak menciutkan nyalinya. Dengan santai beliau mengayuh sepedanya lewat kawasan itu, sambil bersiul entah lagu apa. Nadanya dan iramanya kacau semua. Wajarlah, jangankan nyanyi atau bersiul. Mas Tarno ini kentut saja sumbang. Jarak demi jarak telah ditempuhnya, dan Mas Tarno pun berhasil keluar area angker itu tanpa mengalami kejadian mistis apapun! Super sekali!
Singkat cerita, Mas Tarno sudah sampai rumah duka dan kegiatan pengajian pun telah diikuti dengan sukses. Setelah puas ngobrol-ngobrol dengan tamu-tamu lain,dan mohon pamit ke yang punya hajat, Mas Tarno pun beranjak pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Dan tebak beliau pulang lewat mana? Ya, lewat Bulak Semper lagi. Greget juga nih orang…
Awal-awal memasuki kawasan bulak masih lancar. Sampai lebih dari setengah kawasan bulak dilalui juga masih adem ayem, tapi saat tiba di dekat pohon Preh besar, tiba-tiba ada keanehan. Sepedanya tiba-tiba terasa lebih berat. Semakin di berusaha dikayuh, semakin tambah berat. Mas Tarno pun berhenti dan turun dari sepedanya. Ban sepeda dicek, tidak masalah. Rantai, gir, pedal dicek, no problem. Semua bagian diamati, tidak ada yang salah dengan sepedanya. Mas Tarno pun kembali mencoba menaiki sepedanya, dan… Lagi lagi terasa berat. Akhirnya Mas Tarno nyerah. Dituntunnya sang sepeda pulang ke rumah. Baru beberapa meter tiba-tiba beliau mencium aroma menyengat. Mirip bau bangkai yang direndam di air comberan. Mas Tarno pun mempercepat jalannya karena dia hafal betul bau apa dan pertanda apa itu. Ya! Itu bau kentutnya sendiri, dan pertanda bahwa beliau harus segera boker!
Quote:
Ngos-ngosan, Mas Tarno akhirnya sampai di rumah. Diketuknya pintu rumah beberapa kali dengan tergesa. Beliau sedikit lega ketika terdengar pintu dibuka dari dalam. Pintu pun terbuka, dan tampak wajah sang istri tercinta yang siap menyambutnya. Tapi alangkah kecewa dan hancur hati Mas Tarno. Bukannya menunjukkan keceriaan, sang istri justru terbelalak seperti ketakutan. Desah mesum manja yang biasa keluar dari bibir sang istri berganti teriakan histeris: “SE…SEE… SEETTAAAAANNN!!!!”. Taka ada pelukan karena sang istri langsung pingsan saat itu juga. Mas Tarno kaget bukan kepalang, termasuk juga tetangga sekitar yang mendengar teriakan istri Mas Tarno. Tak makan waktu lama, rumah Mas Tarno ramai oleh warga sekitar.
Pak dan Bu RT Martugi, dan beberapa ibu-ibu tampak menunggui istri Mas Tarno di kamarnya. Wanita itu berangsur sadar setelah tadi dijapu-japu oleh Mbah Kaum Amat. Setelah kondisi emosionalnya stabil, Mas Tarno bertanya kenapa sang istri tadi bisa histeris. Apa yang dilihatnya sehingga dia sampai tega meneriaki suaminya sendiri “setan”. Dengan terbata istrinya bercerita. Saat tadi membuka pintu, memang pertama yang dilihatnya adalah sang suami. Bukan ayam atau tukang tagih utang, tapi ketika dirinya membuka pintu lebih lebar lagi, dia melihat ada sesuatu berada di boncengan sepeda suaminya. Ternyata sosok itu adalah apa yang disebut warga sebagai Dhemit Semper! Sosok mayat bertumit terbalik itu menatapnya dengan wajah mengerikan, dan mulut menganga sambil terus bersuara “grookk… groookkk…!” seperti orang ngorok. Itu yang membuatnya histeris. Pak RT, Bu RT, ibu-ibu, dan semua yang mendengar cerita wanita itu tampak bergidik ngeri kecuali Mas Tarno dan Mbah Kaum Amat. Mereka berdua ketiduran…
Quote:
Setelah kejadian tersebut, sepeda tua itu menjadi fenomenal di kampung. Beberapa orang menyarankan agar sepedanya dijual atau dibuang saja karena takut membawa sial, tapi Mas Tarno menolaknya. Rezeki, musibah, sial, mujur, itu dari datang dari Allah, bukan dari sepeda butut yang pernah diboncengi dhemit. Sepeda itu sampai sekarang masih ada di rumah Mas Tarno. Sepeda itu sering tiba-tiba tergeletak di kebun belakang rumah. Karena tanpa sepengetahuan Mas Tarno dan istrinya, Temon sang anak sering makai juga buat main...
stars555 memberi reputasi
1
7.1K
36
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan