BeritagarID
TS
MOD
BeritagarID
Nara Masista, diplomat muda di simpang pujian dan kritik

Nara Masista Rakhmatia, Sekretaris Dua Perwakilan Tetap RI di PBB, saat menyampaikan pandangan Indonesia soal Papua sekaligus menjawab kritik negara-negara Pasifik di hadapan Sidang Umum PBB, New York, Amerika Serikat.
Nara Masista Rakhmatia, belum genap 34 tahun, kala berbicara mewakili Indonesia guna menanggapi pernyataan negara-negara Kepulauan Pasifik di Sidang Umum Perserikatan Bangsa Bangsa, New York, Amerika Serikat, Sabtu (24/9).

Dalam majelis itu, Indonesia berbalas pandangan sengit dengan enam negara Kepulauan Pasifik. Pemicunya adalah desakan negara-negara itu agar Indonesia menyelesaikan kasus hak asasi manusia (HAM) di Papua. Kritik mereka juga dilengkapi dengan tuntutan penentuan nasib sendiri bagi warga Papua.

Tuntutan itu disampaikan Presiden Nauru, dan Presiden Kepulauan Marshall, serta empat Perdana Menteri dari Vanuatu, Kepulauan Solomon, Tuvalu, dan Tonga.

Alih-alih dijawab seorang pejabat senior, Indonesia justru memberikan kesempatan pada diplomat belia untuk menyampaikan sikap pemerintah. Nara pun berbicara selama lebih kurang empat menit di hadapan majelis.

Delegasi Perwakilan Tetap RI di PBB itu balik mempertanyakan sikap enam negara Kepulauan Pasifik, yang disebutnya telah ikut campur urusan dalam negeri Indonesia. "Para pemimpin yang sama memilih untuk melanggar Piagam PBB, dengan mencampuri kedaulatan negara lain, dan melanggar integritas teritorialnya," ujarnya.

Ia pun menyebut bahwa negara-negara itu menggembar-gemborkan masalah Papua, demi mengalihkan perhatian atas perkara domestik mereka. Ihwal laporan pelanggaran HAM, Nara mengatakan dokumen macam itu punya motif politik untuk mendukung gerakan separatis yang menyebar teror di Papua.

Menurut Nara, komitmen Indonesia dalam menyelesaikan kasus HAM juga "tidak perlu dipertanyakan."
Nara Masista Rakhmatia, diplomat cantik Indonesia yang bungkam 6 pemimpin duniaProfil Nara Masista
Penampilan dan pernyataan Nara itu--bersanding dengan label diplomat cantik--ikut jadi buah bibir di dalam negeri. Beberapa media memuat artikel soal Nara, dengan judul macam "Diplomat Cantik Indonesia 'Hajar' 2 Presiden dan 4 PM di PBB" (Tribun News, 28 September 2016).

Dari sejumlah pemberitaan media, profil Nara mulai dikenal. Tercatat, perempuan itu baru akan berusia 34 tahun pada Desember nanti.

Nara adalah jebolan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, jurusan Hubungan Internasional. Lepas kuliah, Nara sempat bekerja sebagai peneliti di CERIC (Center for Research on Inter-group Relations and Conflict Resolution), dan Center for East Asia Cooperation Studies. Dua lembaga itu berada di bawah naungan FISIP UI.

Ia menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kemlu, sejak 2008. Di Kemlu, Nara pernah ditempatkan di Direktorat Kerjasama Antar Kawasan pada Direktorat Jenderal Urusan Asia Pasifik dan Afrika.

Dia juga pernah bertugas di Organisasi Kerjasama Ekonomi Asia Pasific APEC, dan menjabat Head of Section for The Budget and Management Committee (BMC) APEC.

Nara pun sempat menlanjutkan pendidikan di Universitas St. Andrews Inggris dengan fokus studi konflik dan perdamaian. Setelah lulus, Nara ditempatkan sebagai bagian juru bicara Indonesia di Forum PBB.

Sekarang, jabatan resminya adalah Sekretaris Dua Perwakilan Tetap RI di PBB. Jabatan itu sudah melekat sejak enam bulan terakhir.
Disambut kritik dan pujian
Selain di media, cerita seputar Nara juga termuat dalam beberapa status Facebook. Salah satunya di akun Facebook, Alina Mahamel, yang menjadi viral, Rabu (28/9).

Dalam statusnya, Alina memuji strategi diplomasi pemerintah Indonesia, dengan mengirim seorang diplomat junior untuk menjawab kritik dari enam kepala pemerintahan.

Alin pun menyebut menyebut penampilan Nara bak angin segar yang menunjukkan kaderisasi diplomat di Kemlu.

Status Alin itu menjadi viral hingga meraih 1.500 tanda suka, dan telah dibagi hingga 700 kali (shared), Kamis (29/9). Nada-nada kebanggaan seperti yang disampaikan Alin, juga beredar di media sosial.

Pandangan berbeda datang dari peneliti, Made Supriatma, melalui status Facebook. Lebih kurang, Made mengatakan, Indonesia telah melakukan penghinaan kepada negara-negara Pasifik dengan menampilkan diplomat junior untuk menjawab pernyataan para kepala pemerintahan.

Menurut dia, meski sekadar negara-negara kecil, mereka punya hak suara di PBB, dan berhak diperlakukan dengan hormat.

"Mengapa bukan Menlu sendiri--saya tahu hadir di New York --yang memberikan jawaban? Saya tidak tahu mengapa Indonesia bertingkah seperti ini. Suatu tanda kesombongan luar biasa dari sebuah negara yang bahkan pengaruh internasionalnya tidak lebih besar dari Singapura," tulis Made, Selasa (27/9).

Ia juga menyoroti tudingan Nara dan Indonesia kepada enam negara Kepulauan Pasifik yang dianggap mengintervensi kedaulatan Indonesia. Menurutnya, persoalan HAM adalah perkara universal, yang tidak terbagi-bagi atas negara-negara.

Soal intervensi, kata Made, istilah itu lebih tepat digunakan untuk aktivitas Indonesia menginvasi Timor Leste (1975).

Di linimasa Twitter, @Arie_Kriting (dikenal milik pelawak tunggal, Arie Keriting) ikut menyampaikan kritik atas pernnyataan Nara.

Antara lain, dia menyoroti frasa "tak perlu dipertanyakan" yang disampaikan Nara dalam menggambarkan komitmen Indonesia soal penyelesaian kasus HAM.

"Nona ini sudah pernah ke Papua? Sudah riset? Kalau memang bangsa kita, sebaik itu mengenai HAM, Munir masih hidup," sindir @Arie_Keriting, yang dikenal dengan gaya komedi khas Indonesia Timur.

Pelawak tunggal lain, Ernest Prakasa, juga ikut menyampaikan sindiran senada. "Komitmen Indonesia terhadap HAM tidak perlu dipertanyakan lagi, she said. Justru rapor paling merah Jokowi sampai saat ini adalah soal HAM," tulis Ernest.

Berikut kami kutip sejumlah komentar pengguna Twitter, atas penampilan Nara di PBB.
Lagi-lagi bangsamu merayakan paras wajah. Lupa dengan isi kepala. [URL="https://S E N S O Re6u0lmuZyT"]pic.twitter.com/e6u0lmuZyT[/URL]
— ARIE KRITING (@Arie_Kriting) September 29, 2016 Nona ini sudah pernah ke Papua? Sudah riset? Kalau memang bangsa kita, sebaik itu mengenai HAM, Munir masih hidup. ???? [URL="https://S E N S O Rx4fJ3aUXMn"]https://S E N S O Rx4fJ3aUXMn[/URL]
— ARIE KRITING (@Arie_Kriting) September 29, 2016 "Komitmen Indonesia terhadap HAM tidak perlu dipertanyakan lagi", she said. Justru rapor paling merah Jokowi sampe saat ini adalah soal HAM.
— Ernest Prakasa (@ernestprakasa) September 29, 2016 Gileee...diplomat junior Imdonesia di PBB, tegas,lugas, dan berani. The next President �� [URL="https://S E N S O RIFasSKUCDV"]https://S E N S O RIFasSKUCDV[/URL]
— Anton D. Sinurat (@antonDSinurat) September 29, 2016 Benar, cukup level diplomat junior saja yang bahas, Sadis sindirannya![URL="https://tetepBFa35r69V"]https://tetepBFa35r69V[/URL] via @YouTube
— astridsavitri (@funkymbokjeng) September 29, 2016


Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...ian-dan-kritik

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Beli motor Rp33 juta dengan satu drum koin seribu

- Jangan bangga mempunyai anak terlalu penurut

- Kiat menikmati liburan ramah anggaran di Sydney

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
64K
312
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan