Elliðaey (Etliday) merupakan pulau terbesar ketiga yang luasnya 0,45km persegi. Pulau ini terbentuk karena hasil erupasi dari gunung berapi yang terjadi sekitar 5-6 ribu tahun lalu. Keunikan terlihat ketika ditemukan sebuah rumah dibangun di tengah hijaunya pulau. Rumah ini dibangun sejak tahun 1953, dan semula dijadikan sebagai tempat penyimpanan rahasia. Namun, seiring waktu, rumah tua ini mengalami renovasi menjadi dua lantai di tahun 1987 dan 1996. Semula rumah ini dinilai tidak layak karena tidak memiliki tetangga sekitar. Namun pada tahun 2000-2001, dibangunlah rumah berukuran kecil sebagai tempat sauna.

Selanjutnya adalah rumah jatuh yang ada di San Diego, Amerika Serikat. Rumah yang dibangun seharga Rp18,4 miliar ini, merupakan karya artistik dari mahasiswa asal Korea yang belajar di Universitas California. Konsep rumah ini seperti rumah yang seolah-olah jatuh dari langit dan tersangkut di rumah seseorang. Selain desain yang unik, rumah ini juga didesain senyaman mungkin dengan beberapa fasilitas berupa interior yang full furnish. Di sana juga ada bantal, televisi, figura foto, dan cahaya lampu menyala dan mati secara otomatis setelah matahari terbit dan tenggelam. Uniknya, rumah ini juga memiliki taman dengan jenis tanaman sayuran seperti tomat, tanaman merambat, dan buah plum yang ungu.

Rumah yang satu ini sangat terlihat seperti jembatan. Berada sedikit menjorok di Sungai Seine di Paris, rumah ini membentang dari sebuah bukit ke pondasi beton di sebelahnya.

Terbayangkah Anda bila harus tinggal pada rumah yang dibangun pada tepi jurang? Rumah ini di bangun di bawah permukaan tanah. Dengan adanya kolam renang pada bagian teratas, rumah ini seolah berada di bawah sungai. Menariknya lagi, bagian ujung rumah muncul di tepi jurang, seolah terlihat seperti air terjun yang membeku. Hasil karya dari dua arsitek asal Yunani bernama Laertis Antonios Ando dan Pantelis Kampouropoulus ini menciptakan struktur dengan pemandangan yang indah sekaligus menakutkan. Itu sebabnya mengapa mereka menjuluki konsep bangunan dengan nama “brutalisme murni”.