BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Kejutan-kejutan menjelang pendaftaran calon pemimpin DKI

Bakal Calon Gubernur DKI Anies Baswedan (kedua kanan) dan Bakal Cawagub Sandiaga Uno (kedua kiri) berswafoto seusai pendaftaran di KPUD DKI Jakarta, Jumat (23/9). Pasangan Anies - Sandi Uno diusung oleh Partai Gerindra dan PKS.
Kejutan demi kejutan muncul dalam pengusungan bakal calon gubernur DKI Jakarta kali ini. Tak hanya di partai pengusung Ahok tapi juga di partai-partai pengusung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Gerindra dan PKS yang awalnya membentuk koalisi kekeluargaan bersama PKB, PAN, dan PPP harus bubar tengah jalan. Apalagi setelah Gerindra dan PKS secara diam-diam, tanpa sepengetahuan kawan koalisinya, memasangkan Sandiaga Uno dengan Mardiani (kader PKS) sebagai bakal calon yang akan diusung. Penjodohan itu tampaknya membuat tiga partai itu "tersinggung."

Ditambah, sehari sebelum masa pendaftaran calon, PDI Perjuangan memutuskan mendukung Ahok (calon yang diusung Nasdem, Gerindra, dan Golkar) dan menyodorkan kadernya Djarot Saiful Hidayat untuk diusung menjadi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Seketika itu peta langsung berubah.

PPP, PKB, dan PAN yang sudah terlanjur menyempal dari koalisi kekeluargaan akhirnya merapat ke Partai Demokrat. Keempat partai ini pun kemudian menggodok calon yang bakal diusung di rumah kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas Bogor, Rabu (21/9/2016).

Hasil pembicaraan itu akhirnya diumumkan ke publik Jumat (23/9/2016) dini hari. Keempat partai ini sepakat mengusung Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni sebagai pasangan calon yang bakal menantang Ahok-Djarot.

Menurut Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Roy Suryo, sebenarnya ada beberapa nama yang muncul dalam pembicaraan dengan SBY itu. Ada pengusaha, ada mantan pejabat, sudah senior dan sudah mapan.

"Ternyata ada usulan dari tiga sahabat untuk sesuatu yang baru, segar, kekinian dan cocok untuk masyarakat DKI Jakarta. Muncul nama Mas Agus Harimurti Yudhoyono. Pak SBY kaget, kita juga kaget. Jadi saya saksi hidupnya, nama itu bukan dari keluarga Pak SBY," kata Roy.

Kaget? Entahlah. Yang jelas, menurut Roy, malam itu SBY dan keluarga meminta waktu untuk berembuk. Kebetulan saat itu Agus juga masih di Darwin Australia. Dalam pembicaraan itu, keluarga menyerahkan keputusannya ke Agus. SBY dan tiga partai lainnya kembali meminta keputusannya Agus, begitu ia tiba di Jakarta Kamis (22/9/2016). Agus menjawab mantab.

Setelah kepastian didapat, mereka menyisir untuk mencari nama cawagubnya. Dari beberapa nama akhirnya mereka memutuskan untuk memilih Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. "Itu yang menyebabkan pengumumannya mundur," ujar Roy.

Usai mendaftar di KPUD, Agus pun menceritakan keputusannya itu. Kata dia, Kamis malam itu ia harus memilih keputusan yang amat berat. Antara meneruskan karier di militer atau terjun ke dunia politik -dunia yang sama sekali baru baginya. "Namun seorang pemimpin harus mengambil keputusan tanpa paksaan siapapun," ujar Agus.

Benarkah keputusan itu diambil tanpa perencanaan? Banyak yang meragukan. Salah satunya, Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari. Menurutnya, bukanlah karakter Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang merumuskan segala sesuatu secara dadakan. Sebagai sosok ke-6 dalam jajaran presiden Republik Indonesia, SBY dikenal penuh kehati-hatian.

"Ya seperti ciri khasnya SBY, sampai titik koma pun sudah diatur, dan sangat mungkin koalisi empat partai yang akhirnya memunculkan nama Agus Harimurti juga sudah direncanakan sejak lama," kata Qodari.


Wakil Sekretaris Jenderal PPP Arwani Thomafi membenarkan. Kata dia, nama Agus sudah diperbincangkan sejak tiga minggu sebelum dilakukan pertemuan di Cikeas. Dan yang memunculkan adalah Partai Demokrat. Memang dalam pembicaraan itu bukan hanya nama Agus tapi juga ada nama seperti Sandiaga Uno dan Sylviana Murni.

Sylviana yang terpilih mendampingi Agus bercerita, dirinya memang belum mengenal dekat Agus. Perkenalan dengan Agus, kata dia, hanya melalui media sosial instagram dan facebook. "Dulu waktu saya Wali Kota, suka ada acara di Monas atau dimana. Suka dateng sama keluarga, ketemu begitu aja," katanya.

Namun yang jelas, nama putra pertama mantan Presiden SBY dan Sylviana itu sejak awal tak pernah terpantau di radar dan diperbincangkan di survei-survei Pilkada DKI Jakarta.

Anies-Sandi

Lain Agus lain pula Anies. Nama Anies memang sempat diunggulkan dalam survei-survei Pilkada DKI setelah ia turun dari kursi Kementerian Kebudayaan. Awalnya, ia memang menyatakan belum memikirkan untuk ikut bertanding dalam perhelatan demokrasi di Jakarta itu. Namun, dalam beberapa kali survei popularitas dan elektabilitasnya terus menanjak.

Boleh jadi itu yang membuat mantan Retor Universitas Paramadina jakarta itu kemudian berpikir ulang. Apalagi sejak itu, sejumlah partai terus merayunya untuk ikut bertanding. Anies yang semula menyatakan belum berpikir mulai goyah.

Apalagi setelah ada kepastian PDI Perjuangan memutuskan mendukung Ahok bersama Nasdem, Hanura, dan Golkar.

Memang awalnya Sandi didapuk menjadi calon gubernur. Namun karena elektabilitasnya tak kunjung naik, Gerindra dan PKS mencari figur lain selain Sandi. Mereka mulai milirik sosok Anies. Lobi digencarkan.

Sandi yang terlihat "ngebet" mencari pasangan, Rabu (21/9/2016) sempat mendatangi Anies di kediamannya. Menurut Anies, dalam pertemuan itu Sandi bercerita apa yang sedang dilakukan agar memenangkan Pilkada DKI. "Dia banyak cerita," ujarnya.

Dalam pertemuan itu, kata Anies, Sandiaga mengaku siap mencalonkan diri sebagai wakil gubernur jika Anies bersedia menjadi calon gubernur DKI. Namun Anies belum memberikan jawaban. Anies hanya mengatakan, keputusan bukan di tangannnya, melainkan di tangan partai politik yang akan berkumpul di kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di Puri Cikeas. Anies ingin melihat pertimbangan dan putusan yang dikeluarkan partai politik itu.

Tapi rupanya Poros Cikeas memutuskan lain. Mereka tak mengusung Anies melainkan Agus.

Dari situlah kemudian Gerindra dan PKS mulai mengintensifkan pertemuan dan pembicaraan hingga akhirnya diputuskan mengusung Anies-Sandi pada detik-detik terakhir pendaftaran calon.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengaku keputusannya mengusung Anies-Sandi telah melalui proses yang panjang. Ia mengklaim pasangan cagub-cawagub tersebut mampu menjawab keinginan warga yang menginginkan pemimpin baru di Jakarta. "Gerindra dan PKS menangkap tuntutan rakyat, menangkap harapan rakyat, menangkap permintaan rakyat untuk sebuah perubahan mendasar di DKI, terutama rakyat DKI, bahkan (rakyat) Indonesia, mengharapkan gubernur baru di DKI," kata Prabowo.

Menurut Presiden PKS Sohibul Iman, keputusan mengusung Anies-Sandi berdasarkan tiga pertimbangan: integritas, kapabilitas, dan konstituen. Ia menyakini keduanya punya tiga faktor itu.

Pasangan Anies-Sandi ini diharapkan mampu menjadi pesaing petahana dalam Pilkada DKI 2017 mendatang. Berdasar survei Poltracking Indonesia yang dirilis Jumat (16/9/2016) menyebut pasangan Ahok-Djarot hanya ungul tipis (37,95 persen) dari duet Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang meraih 36,38 persen.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...n-pemimpin-dki

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Warkop DKI Reborn film Indonesiaterlaris sepanjang masa

- Saksi ahli Jessica terlibat pembunuhan 'American Beauty'?

- Made Sandy Salihin: Pelit banget bunuh orang dengan segelas kopi

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
21.6K
167
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan