duatigaplusAvatar border
TS
duatigaplus
UNTUK AYAH DARI ANAKKU (Real Story)
Ini thread pertama sekedar mau share pengalaman pribadi. Bukan penulis jadi maaf kalau gak rapi.

Saya seorang wanita biasa, wanita seperti pada umumnya. Hanya yang membedakan adalah ketika diusia 17-18tahun remaja pada umumnya menikmati masa akhir putih abu-abu, lainnya halnya dengan saya yang sibuk menimang bayi lucu emoticon-Malu emoticon-Frown
__________

Kurang sabar dimana aku, ketika kamu menghilang saat aku datang meminta pertanggung jawabanmu?

Kurang sabar dimana aku, saat usia kandunganku mulai membesar tapi diluar sana kamu hura-hura, bersenang2 dengan obat dan minuman terlarang?

Kurang sabar dimana aku, ketika aku harus meneguhkan hatiku dari cibiran semua orang atas semua yang terjadi?

Kurang sabar dimana lagi aku, saat silih berganti temanmu memberi kabar kau mendua
dibelakangku?

Kurang sabar dimana lagi aku, saat kau sakit datang padaku dan begitu sehat kau kembali pada wanita jalangmu?

Lalu kurang sabar dimana aku, ketika harus mengandung bayi "kita" selama 9bulan tanpa kamu disisiku?

Kurang sabar apa aku, disetiap malam tidur sendiri hanya berteman tendangan lembut dari bayi dalam perutku?

Kurang sabar apalagi aku, diwaktu hari H kelahiran bayi kita kamu sama sekali tidak berniat mendampingiku untuk sekedar menguatkan aku?

Kurang sabar apalagi aku, bahkan saat anak kita sudah lahir Kamu tetap terikat dg pergaulan bebasmu?

Hanya 3 bulan Kamu punya waktu untuk "KAMI", saat umur anak kita 2bulan. Sampai pada umurnya 5bulan Kamu memilih mengabaikan semua kesempatan dariku.

Kurang sabar apalagi Aku, memaafkan semua kesalahanmu. SEMUA!!
Memberimu berkali-kali kesempatan, aku meneguhkan hatiku sendiri, Aku masih percaya Kamu bisa berubah. Hah, tapi kami bedua hanya bayangan yang tertinggal, tak pernah kau anggap nyata dalam hidupmu.

Maaf, mungkin sampai disini batas lelahku.
Egoku sudah memberontak menentang hatiku.
Sesakit apapun hatiku, dia masih memaafkanmu dan selalu 'selalu' ingin memberimu kesempatan, tapi tidak dengan egoku.

Badanku mulai mengurus, aku sering melamun, emosiku semakin tidak stabil.
Namun aku masih tetap tulus, masih selalu sayang, masih selalu menaruh harapan terhadapmu.

Malam itu, malam terakhir aku memelukmu.
Sudah ku ucapkan berulang kali dimalam sebelumnya, "Tolong berubah, jika bukan karna aku minimal pikirkan anakmu".
Tapi kamu hanya selalu tertawa sambil berlalu, dimana letak lucunya penderitaanku ?

Malam itu, malam terakhir aku menangis dalam pelukanmu. Bahkan kamu sama sekali tidak terlihat ingin menenangkan aku.
Aku sudah lelah mengalah, lelah memberi kesempatan, lelah terus menerus kau sakiti.

Bahkan dimalam itu kembali aku tanyakan apakah kamu mau berubah, berulang kali ku tanyakan kau hanya diam sambil terus asik menatap layar handphone mu tanpa mempedulikan tangisanku yang semakin pilu.
Ah, ku pikir arti diam mu adalah kau tidak ingin berubah.
Malam itu juga ku ucapkan salam perpisahan, aku hanya bilang, "Besok kami pulang, jaga kesehatanmu ketika sudah tidak ada lagi aku disisimu. Aku berharap kamu mendapat kebahagiaan yang memang kamu harapkan".

Taukah kamu bagaimana sakitnya hatiku, batinku bahkan rasanya separuh jiwaku hancur dimalam itu. Air mata yang terus mengalir ini belum seberapa menggambarkan remuknya hidupku.

Pagi itu setelah ku selesaikan tugas sebagai seorang istri untuk yang terakhir kali dirumah mertua untuk suami tercintaku, Ku kemasi semua baju kami (bajuku dan anakku).

Bodohnya aku bahkan dipagi itu masih ku tanyakan lagi pada padamu, "apakah kamu bisa berubah?", setelah sekian lama dari sekian pertanyaan yang sering ku ajukan kamu tidak pernah menjawabnya, akhirnya pagi itu dengan sangat jelas ku dengar 1 kalimat keluar dengan indahnya dari bibir manismu.

"TIDAK" dengan lantang kau jawab begitu.
aku hanya tersenyum dengan tanpa permisi air mata ikut andil mengalir dari mataku.

"kami hari ini pulang kerumah orangtua ku, aku tidak akan kembali lagi" ucapku parau

ya Allah aku masih selalu berharap kamu mencegahku hari itu, tapi tidak.
Bahkan dengan nada setengah mengejek kamu menjawab pernyataanku, "kalau mau pulang ya pulang aja sana".
Bahkan lucunya ibu mertuaku yaitu ibumu yang selama ini memang tak pernah menyukaiku ikut mengiyakan jawabanmu dengan entengnya, "Biarin aja kalau mau pulang".

Diubah oleh duatigaplus 10-09-2016 18:29
tata604Avatar border
tata604 memberi reputasi
1
11.5K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan