- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Ambisi, Kesetiaan Dan Cinta
TS
bang.dotan
Ambisi, Kesetiaan Dan Cinta
Halo guys, izinkan nubi ini menuangkan cerita yang khusus ane buat untuk kaskuser. cerita ini akan mengalami perkembangan dan akan ane update secepatnya. ini adalah cerita karangan ane. jadi jika ada karakter atau cerita yang sama itu adalah kebetulan belaka. selamat menikmati.
Rendy
Vania
Adit
Andri
Andre
Monic
Nama ku Rendy, umur 15 Tahun. Kelas 3 SMP. Tinggi ku 168cm, kulitku ke sawo sawoan. Aku bersekolah di SMP Cendrawasih sebuah sekolah swasta terkenal di kota B. Aku tinggal dengan tante Ani yang berumur 35 tahun dan belum menikah. Tante ku menderita penyakit polio dari kecil sehingga sampai skrg ia harus memakai tongkat jika berjalan. Jadi akulah orang yang selalu membantunya di rumah. Orang tua ku tinggal di luar kota tepatnya kota S. Aku adalah anak tunggal. Jadi kadang rasa bosan sering menghampiri ku sehingga aku lebih memilih untuk belajar dan berolahraga khususnya basket.
“Ren, besok masak apa? Tante bingung mau masak apa.”
“terserah tan, asal jangan ngga masak. Hehe” jawabku sekenanya. “ begitulah pertanyaan yang sering di tanyakan tante kepadaku. Dari kecil ia dan ibu ku bergantian mengurusiku. Bahkan sampai skrg ia tetap senantiasa mengurusi ku walaupun semakin lama aku sudah bisa mandiri. Dengan pindahnya orang tua ku sejak aku kelas 6 sd ke luar kota otomatis ia yang bertanggung jawab untuk menjaga ku sampai sekarang. Sesekali kedua org tua ku pulang untuk menjengukku.
Siang itu di sekolah.....
“Bro, besok malam minggu kemana?” tanya Andre kepada ku waktu istirahat kedua siang itu. “Hmm, ngga tau paling denger radio aja nih. Abisnya ngga ada rencana mau kemana juga.” Jawabku malas sambil melihat kesibukan siswa siswi siang itu. “lah, cupu banget lo Ren? Masa tiap hari kerjaannya Cuma basket dan belajar ajah di rumah. Kapan dapet cewenya?? Masih ngarepin si Vania?”
“kenapa sih nyebut nama dia terus?? Bosen gw Dre lu tanya Vania terus!” jawabku ketus sambil meninggalkannya aku pun berlalu ke kantin. Sambil berjalan aku melamunkan sosok vania yang disebut oleh Andre. Vania adalah cewek yang aku taksir sejak kelas 1 SMP. Tapi aku tidak berani untuk langsung mengutarakan perasaanku. Vania adalah anak seorang pejabat sedangkan aku hanyalah org biasa. Kedua org tua ku adalah pengusaha biasa. Hal ini membuat aku minder untuk menyatakan perasaan ku langsung kepadanya walaupun seluruh sekolah tau aku memiliki perasaan padanya. Vania adalah incaran semua cowok di sekolah ku. Tingginya 155cm badannya putih berisi dan ukuran tubuhnya proporsional. Berkacamata serta memiliki lesung pipit yang membuatnya tampak imut. Ia memiliki senyum yang sangat manis. Selain pintar, ia pun tidak sombong. Sehingga banyak org menyukainya.
“Ren!! Jalan liat liat dong!” hardikan dari Andri membuyarkan lamunanku.
“sorry An, gw ga liat lu lewat. Hehe”
“mikir apaan sih? Vania? Ckckckck. Ren nanti pulang sekolah jangan pulang. Kita ada rapat Osis yang di ruang kesenian. Tadinya gw mau ke kelas lu tp udah ketemu disni yauda gw kasih tau langsung. Oke?”
“siap bosss” jawabku nyengir.
Aku adalah anggota osis tepatnya wakil ketua Osis. Sdangkan Andri adalah ketua Osis. Selain itu Vania adalah bendahara Osis jadinya bisa ketemu Vania nih pikirku. Hehe... Sesampainya di kantin aku pun menuju warung bakso dan memesan semangkuk bakso. Sambil makan bakso aku memperhatikan junior junior ku yang sedang bermain basket di lapangan. Hmm, pengen main basket batinku. Tapi ntar keringetan basah. Lagian udah kelas 3 ngga boleh lagi ikut turnamen basket karena mau ujian. Aku pun melanjutkan makan bakso ku dengan santai. Setelah membayar bakso pun aku berjalan kembali ke kelas seiring dengan berbunyi lah bel tanda berakhir istirahat kedua. Aku pun bergegas menuju kelas.
“Halo Ren! “ tiba tiba aku dikejutkan oleh suara orng yang menyapaku. Oh, ini suara yang ngga asing di telingaku...... jantung ku berdegup kencang. Aku pun menoleh ke belakang. Sesosok tubuh gadis yang ku idamkan berdiri di belakang ku sambil tersenyum memamerkan gigi putihnya yang rapi serta lesung pipitnya yang memukau. Aku pun terdiam melihat Vania berdiri di belakang ku.
“kok diam Ren?” pertanyaan vania menyadarkan lamunanku
“Halo juga Vania! Ngga gw cm kaget ajah sedikit” jawabku cepat karena aku takut dia marah padaku
“hehe iyaa dehhh, jalan dulu yah ud mau masuk kelas nih.” Jawabnya kepada ku. Ia pun berlalu dari hadapanku. Aku hanya memandanginya sambil tersenyum kecil. Hehehe.. mmg si Vania ini orgnya ramah pikirku.
Siang itu pelajaran terakhir adalah Matematika. Aku tidak terlalu jago dalam bidang ini. Walaupun aku langganan 3 besar di sekolah ku tetap saja aku tidak bisa menyembunyikan kelemahan ku di bidang satu ini.
“Ren, Monic minta di ajarin tuh. Gw pindah yah ke tempet dia. Dia pengen sebangku ama lo.”
“Hah?? Duh Dre, males gw ama Monic dia gw ajar kaga ngerti mulu, bosen gw jadinya ajar dia.”
“Derita Lo!” balas Andre sambil tersenyum menyeringai kepadaku.
Monic pun duduk sebangku padaku. Ia adalah seorang gadis yang lucu menurut ku. Tingginya sekitar 145cm. Putih sekali kulitnya. Rambutnya panjang terurai. Matanya bulat seperti bola pingpong. Ia Suka di perhatiin dan terkadang lebay. Aku tau ia suka kepadaku tapi aku tidak pernah memberikan respon kepadanya karena aku hanya menganggap dia sebagai teman biasa. Monic tinggal satu kota dengan ku. Rumah km hanya beda 3 gang saja. Jadinya hal yang biasa jika kami sering bertemu di luar sekolah juga.
“Ren, gimana lu ama Vania ada kemajuan??” dari kelas satu masak ngga ada kemajuan sih?” selidik Monic kepada ku. “Hmm, biasa ajah , just friend.” Jawabku sambil mengerjakan soal matematika.
“hahaha, jadi gw bisa dong tetep deket ama lu? Ahahhahaha udahhh Vania itu banyak yg suka jangan terlalu berharap! Ahahahhaa “ Monic tertawa sambil menepuk bahu ku.
“ngga usah ssentuh2 deh, klo ga niat belajar mending pindah lagi sama Andre skrg!” balas ku ketus. Monic pun langsung memasang tampang cemberut tanda ia kesal dengan perkataanku.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Teeeettttt Teeeeeeeeeetttttttt
Bel pulang sekolah pun berbunyiiii
“yeyyyyyyyyyyyyyyyyyyy!!!!! Teriak teman2 ku gembira!” ya begitulah suasana kelas sewaktu mau plg sekolah ribut dan kacau. Hehehe. Aku pun mulai beraksi.
“Diam semua!” Bentakku keras. Seketika semua terdiam di kelas ku termasuk Pak Bowo Guru Matematika ku. Tanpa menunggu pertanyaan teman teman ku aku pun berkata
“Giliran siapa Doa hari ini? Cepat Doa skrg juga!” perintahku galak
Tanpa menjawab Julian pun maju. Memang hari ini adalah gilirannya berdoa. Setelah selesai berdoa dan mengucapkan salam kepada guru km pun berjalan keluar kelas.
“Yang Piket maju ke depan sekarang! Ayo semua kursi di angkat ke atas meja!” perintahku kepada teman2.
“Ron, tolong lu pantau ini yang piket bersih ngga. Gw mau rapat Osis. Tolong ya!” pinta ku kepada Roni sang wakil ketua kelas ku. Sedangkan aku? Aku ketuanya donk. Hehehehe.
Aku pun menuju ruang kesenian untuk rapat Osis. Kulihat sudah ramai dan Vania pun sudah duduk manis di bangku ruangan itu. Andri memimpin rapat ini yang intinya nanti akan diadakan pelepasan anggota Osis dari kelas 3 ke kelas 2. Dan anggota kelas 3 rencananya akan berlibur ke pantai. Liburan lagi pikirku malas. Selesai rapat aku pun bergegas untuk pulang. Setelah berbincang2 sebentar dengan teman sesama kelas 3 akupun keluar menuju gerbang sekolah. Tapi disana kulihat pemandangan yang kemudian sangat tidak mengenakkan bagi ku! Argh!!! Kenapa aku harus melihat pemandangan seperti ini sih!!!! Racau ku dalam hati. Aku pun mengambil nafas panjang dan siap untuk melewati pemandangan yang membuat hatiku kacau!
Kulihat Vania sedang ngobrol dengan 3 cowok. Mereka semua adalah kakak kelas kami sebelumnya. Jadinya mereka sudah kelas 1 SMA sekarang. Aku kenal dengan mereka bertiga. Rahmad, Doni dan Adit. Adit adalah orang yang juga menyukai Vania sejak kami kelas 2 SMP. Ku pikir dengan lulusnya Adit aku lega ngga ada lagi yang deketin Vania. Tapi ternyata pikiran ku salah. Adit bersama temannya sepulang sekolah selalu mampir ke sekolah kami untuk bertemu Vania. Hal ini sangat mengganggu ku. Tapi apa hak ku untuk marah? Aku bukan siapa siapa Vania. Aku pun mempercepat langkah ku untuk melewati mereka.
“Hai Ren!” sapa Vania sambil tersenyum manis ketika melihatku lewat
“Hai Van! Jalan dulu yahh.” Jawab ku tanpa menghentikan langkahku.
Sempat kuperhatikan Adit memperhatikanku dengan seksama dengan senyuman sinis di bibirnya. Aku mempercepat langkahku dan berdiri menunggu mobil angkutan umum tujuan rumah ku. Sambil menunggu kemudian aku melihat Adit keluar dari gerbang sekolah kami dengan menunggangi motor ninja 250 berwarna merah. Tampaknya vania sudah plg sehingga ia pun plg. Sewaktu melewati ku Adit dengan sengaja melambat dan memainkan gas motornya. Kemudian ia berhenti di depan ku sambil tetap memainkan gas nya. Jarak kami saat itu kurang lebih 5 meter. Sontak banyak orang yang memperhatikan kami termasuk siswa siswi sekolah ku. Bahkan teman sekelas ku pun ada yang memperhatikan kami.
Adit membuka helmnya kemudian melotot kepadaku. seolah2 ingin menerkam ku. aku pun balas melihat dirinya. well, bapak ku bilang klo kamu di pukul satu kali kamu balas pukul dua kali. klo ngga, kamu ngga boleh plg rmh. prinsip ini sudah ku tanamkan pada diriku. aku menunggu adit untuk mencari masalah dengan ku tapi ternyata dia hanya diam saja memelototi ku. tak lama kemudian ia pun berlalu dengan tetap memainkan gas motornya. mobil angkutan umum pun muncul membawa ku menuju tempat ku tinggal dengan pikiran ku yang kacau.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Malam itu sehabis belajar aku pun menonton tv d ruang tengah. Tante Ani sudah terlelap. tinggal aku sendiri yang menonton. lagi seru serunya menonton bioskop Trans TV aku terkejut ad sms masuk di Nokia 3350 kesayanganku.. nomor tak di kenal pikirku. siapa ya gumamku dalam hati karena yang tau nomor ku cm Tante Ani, Bapak Ibu serta andre.
"Halo! ^^ " bunyi sms itu
"Halo juga. siapa ini?" balasku
3 detik kemudian
"Ini Aku! ^^ Udah mam mandi belom?"
"Siapa Ya?" Balas ku lagi
2 detik kemudian
"V A N I A nih. hi3...."
Aku tertegun membaca sms itu. Vania sms gw???!!! dapet no gw drmana yah???? kenapa dia sms gw???? woahh!!!!!!!
"Oh Vania, dapet nomor gw drmn???"
"Ada degghhh ^^. ud mam mnd belom Ren?"
pas mau balas pulsa ku habis. wah mesti besok lagi nih gw bisa sms dia pikirku. aku belum bisa memakai motor walaupun sudah kelas 3 SMP. hari pun sudah malam dan aku mmg ngga ada niat keluar beli pulsa. jadinya aku ngga balas sms Vania itu. rasa kesal dan geram menyelimutiku. kenapa sih pake acara habis pulsaaaaa!!!!
pkl 22.00 ada sms dari Vania masuk
"Met Bobo, jangan lupa doa! goodnite sweet dreams ^^ "
Arghhh aku membacanya dengan tersenyum dan kesal. aduhhhhhhhhh gw bisa mimpi nihhhh... aku pun beranjak tidur dengan pikiran yang hanya tertuju pada Vania.. oh indahnyaaaaaaaaaaaa dan ngga sabar menunggu hari esok datangggg
BERSAMBUNG
Quote:
Tahun 2006
Rendy
Vania
Adit
Andri
Andre
Monic
Nama ku Rendy, umur 15 Tahun. Kelas 3 SMP. Tinggi ku 168cm, kulitku ke sawo sawoan. Aku bersekolah di SMP Cendrawasih sebuah sekolah swasta terkenal di kota B. Aku tinggal dengan tante Ani yang berumur 35 tahun dan belum menikah. Tante ku menderita penyakit polio dari kecil sehingga sampai skrg ia harus memakai tongkat jika berjalan. Jadi akulah orang yang selalu membantunya di rumah. Orang tua ku tinggal di luar kota tepatnya kota S. Aku adalah anak tunggal. Jadi kadang rasa bosan sering menghampiri ku sehingga aku lebih memilih untuk belajar dan berolahraga khususnya basket.
“Ren, besok masak apa? Tante bingung mau masak apa.”
“terserah tan, asal jangan ngga masak. Hehe” jawabku sekenanya. “ begitulah pertanyaan yang sering di tanyakan tante kepadaku. Dari kecil ia dan ibu ku bergantian mengurusiku. Bahkan sampai skrg ia tetap senantiasa mengurusi ku walaupun semakin lama aku sudah bisa mandiri. Dengan pindahnya orang tua ku sejak aku kelas 6 sd ke luar kota otomatis ia yang bertanggung jawab untuk menjaga ku sampai sekarang. Sesekali kedua org tua ku pulang untuk menjengukku.
Siang itu di sekolah.....
“Bro, besok malam minggu kemana?” tanya Andre kepada ku waktu istirahat kedua siang itu. “Hmm, ngga tau paling denger radio aja nih. Abisnya ngga ada rencana mau kemana juga.” Jawabku malas sambil melihat kesibukan siswa siswi siang itu. “lah, cupu banget lo Ren? Masa tiap hari kerjaannya Cuma basket dan belajar ajah di rumah. Kapan dapet cewenya?? Masih ngarepin si Vania?”
“kenapa sih nyebut nama dia terus?? Bosen gw Dre lu tanya Vania terus!” jawabku ketus sambil meninggalkannya aku pun berlalu ke kantin. Sambil berjalan aku melamunkan sosok vania yang disebut oleh Andre. Vania adalah cewek yang aku taksir sejak kelas 1 SMP. Tapi aku tidak berani untuk langsung mengutarakan perasaanku. Vania adalah anak seorang pejabat sedangkan aku hanyalah org biasa. Kedua org tua ku adalah pengusaha biasa. Hal ini membuat aku minder untuk menyatakan perasaan ku langsung kepadanya walaupun seluruh sekolah tau aku memiliki perasaan padanya. Vania adalah incaran semua cowok di sekolah ku. Tingginya 155cm badannya putih berisi dan ukuran tubuhnya proporsional. Berkacamata serta memiliki lesung pipit yang membuatnya tampak imut. Ia memiliki senyum yang sangat manis. Selain pintar, ia pun tidak sombong. Sehingga banyak org menyukainya.
“Ren!! Jalan liat liat dong!” hardikan dari Andri membuyarkan lamunanku.
“sorry An, gw ga liat lu lewat. Hehe”
“mikir apaan sih? Vania? Ckckckck. Ren nanti pulang sekolah jangan pulang. Kita ada rapat Osis yang di ruang kesenian. Tadinya gw mau ke kelas lu tp udah ketemu disni yauda gw kasih tau langsung. Oke?”
“siap bosss” jawabku nyengir.
Aku adalah anggota osis tepatnya wakil ketua Osis. Sdangkan Andri adalah ketua Osis. Selain itu Vania adalah bendahara Osis jadinya bisa ketemu Vania nih pikirku. Hehe... Sesampainya di kantin aku pun menuju warung bakso dan memesan semangkuk bakso. Sambil makan bakso aku memperhatikan junior junior ku yang sedang bermain basket di lapangan. Hmm, pengen main basket batinku. Tapi ntar keringetan basah. Lagian udah kelas 3 ngga boleh lagi ikut turnamen basket karena mau ujian. Aku pun melanjutkan makan bakso ku dengan santai. Setelah membayar bakso pun aku berjalan kembali ke kelas seiring dengan berbunyi lah bel tanda berakhir istirahat kedua. Aku pun bergegas menuju kelas.
“Halo Ren! “ tiba tiba aku dikejutkan oleh suara orng yang menyapaku. Oh, ini suara yang ngga asing di telingaku...... jantung ku berdegup kencang. Aku pun menoleh ke belakang. Sesosok tubuh gadis yang ku idamkan berdiri di belakang ku sambil tersenyum memamerkan gigi putihnya yang rapi serta lesung pipitnya yang memukau. Aku pun terdiam melihat Vania berdiri di belakang ku.
“kok diam Ren?” pertanyaan vania menyadarkan lamunanku
“Halo juga Vania! Ngga gw cm kaget ajah sedikit” jawabku cepat karena aku takut dia marah padaku
“hehe iyaa dehhh, jalan dulu yah ud mau masuk kelas nih.” Jawabnya kepada ku. Ia pun berlalu dari hadapanku. Aku hanya memandanginya sambil tersenyum kecil. Hehehe.. mmg si Vania ini orgnya ramah pikirku.
Siang itu pelajaran terakhir adalah Matematika. Aku tidak terlalu jago dalam bidang ini. Walaupun aku langganan 3 besar di sekolah ku tetap saja aku tidak bisa menyembunyikan kelemahan ku di bidang satu ini.
“Ren, Monic minta di ajarin tuh. Gw pindah yah ke tempet dia. Dia pengen sebangku ama lo.”
“Hah?? Duh Dre, males gw ama Monic dia gw ajar kaga ngerti mulu, bosen gw jadinya ajar dia.”
“Derita Lo!” balas Andre sambil tersenyum menyeringai kepadaku.
Monic pun duduk sebangku padaku. Ia adalah seorang gadis yang lucu menurut ku. Tingginya sekitar 145cm. Putih sekali kulitnya. Rambutnya panjang terurai. Matanya bulat seperti bola pingpong. Ia Suka di perhatiin dan terkadang lebay. Aku tau ia suka kepadaku tapi aku tidak pernah memberikan respon kepadanya karena aku hanya menganggap dia sebagai teman biasa. Monic tinggal satu kota dengan ku. Rumah km hanya beda 3 gang saja. Jadinya hal yang biasa jika kami sering bertemu di luar sekolah juga.
“Ren, gimana lu ama Vania ada kemajuan??” dari kelas satu masak ngga ada kemajuan sih?” selidik Monic kepada ku. “Hmm, biasa ajah , just friend.” Jawabku sambil mengerjakan soal matematika.
“hahaha, jadi gw bisa dong tetep deket ama lu? Ahahhahaha udahhh Vania itu banyak yg suka jangan terlalu berharap! Ahahahhaa “ Monic tertawa sambil menepuk bahu ku.
“ngga usah ssentuh2 deh, klo ga niat belajar mending pindah lagi sama Andre skrg!” balas ku ketus. Monic pun langsung memasang tampang cemberut tanda ia kesal dengan perkataanku.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Teeeettttt Teeeeeeeeeetttttttt
Bel pulang sekolah pun berbunyiiii
“yeyyyyyyyyyyyyyyyyyyy!!!!! Teriak teman2 ku gembira!” ya begitulah suasana kelas sewaktu mau plg sekolah ribut dan kacau. Hehehe. Aku pun mulai beraksi.
“Diam semua!” Bentakku keras. Seketika semua terdiam di kelas ku termasuk Pak Bowo Guru Matematika ku. Tanpa menunggu pertanyaan teman teman ku aku pun berkata
“Giliran siapa Doa hari ini? Cepat Doa skrg juga!” perintahku galak
Tanpa menjawab Julian pun maju. Memang hari ini adalah gilirannya berdoa. Setelah selesai berdoa dan mengucapkan salam kepada guru km pun berjalan keluar kelas.
“Yang Piket maju ke depan sekarang! Ayo semua kursi di angkat ke atas meja!” perintahku kepada teman2.
“Ron, tolong lu pantau ini yang piket bersih ngga. Gw mau rapat Osis. Tolong ya!” pinta ku kepada Roni sang wakil ketua kelas ku. Sedangkan aku? Aku ketuanya donk. Hehehehe.
Aku pun menuju ruang kesenian untuk rapat Osis. Kulihat sudah ramai dan Vania pun sudah duduk manis di bangku ruangan itu. Andri memimpin rapat ini yang intinya nanti akan diadakan pelepasan anggota Osis dari kelas 3 ke kelas 2. Dan anggota kelas 3 rencananya akan berlibur ke pantai. Liburan lagi pikirku malas. Selesai rapat aku pun bergegas untuk pulang. Setelah berbincang2 sebentar dengan teman sesama kelas 3 akupun keluar menuju gerbang sekolah. Tapi disana kulihat pemandangan yang kemudian sangat tidak mengenakkan bagi ku! Argh!!! Kenapa aku harus melihat pemandangan seperti ini sih!!!! Racau ku dalam hati. Aku pun mengambil nafas panjang dan siap untuk melewati pemandangan yang membuat hatiku kacau!
Kulihat Vania sedang ngobrol dengan 3 cowok. Mereka semua adalah kakak kelas kami sebelumnya. Jadinya mereka sudah kelas 1 SMA sekarang. Aku kenal dengan mereka bertiga. Rahmad, Doni dan Adit. Adit adalah orang yang juga menyukai Vania sejak kami kelas 2 SMP. Ku pikir dengan lulusnya Adit aku lega ngga ada lagi yang deketin Vania. Tapi ternyata pikiran ku salah. Adit bersama temannya sepulang sekolah selalu mampir ke sekolah kami untuk bertemu Vania. Hal ini sangat mengganggu ku. Tapi apa hak ku untuk marah? Aku bukan siapa siapa Vania. Aku pun mempercepat langkah ku untuk melewati mereka.
“Hai Ren!” sapa Vania sambil tersenyum manis ketika melihatku lewat
“Hai Van! Jalan dulu yahh.” Jawab ku tanpa menghentikan langkahku.
Sempat kuperhatikan Adit memperhatikanku dengan seksama dengan senyuman sinis di bibirnya. Aku mempercepat langkahku dan berdiri menunggu mobil angkutan umum tujuan rumah ku. Sambil menunggu kemudian aku melihat Adit keluar dari gerbang sekolah kami dengan menunggangi motor ninja 250 berwarna merah. Tampaknya vania sudah plg sehingga ia pun plg. Sewaktu melewati ku Adit dengan sengaja melambat dan memainkan gas motornya. Kemudian ia berhenti di depan ku sambil tetap memainkan gas nya. Jarak kami saat itu kurang lebih 5 meter. Sontak banyak orang yang memperhatikan kami termasuk siswa siswi sekolah ku. Bahkan teman sekelas ku pun ada yang memperhatikan kami.
Adit membuka helmnya kemudian melotot kepadaku. seolah2 ingin menerkam ku. aku pun balas melihat dirinya. well, bapak ku bilang klo kamu di pukul satu kali kamu balas pukul dua kali. klo ngga, kamu ngga boleh plg rmh. prinsip ini sudah ku tanamkan pada diriku. aku menunggu adit untuk mencari masalah dengan ku tapi ternyata dia hanya diam saja memelototi ku. tak lama kemudian ia pun berlalu dengan tetap memainkan gas motornya. mobil angkutan umum pun muncul membawa ku menuju tempat ku tinggal dengan pikiran ku yang kacau.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Malam itu sehabis belajar aku pun menonton tv d ruang tengah. Tante Ani sudah terlelap. tinggal aku sendiri yang menonton. lagi seru serunya menonton bioskop Trans TV aku terkejut ad sms masuk di Nokia 3350 kesayanganku.. nomor tak di kenal pikirku. siapa ya gumamku dalam hati karena yang tau nomor ku cm Tante Ani, Bapak Ibu serta andre.
"Halo! ^^ " bunyi sms itu
"Halo juga. siapa ini?" balasku
3 detik kemudian
"Ini Aku! ^^ Udah mam mandi belom?"
"Siapa Ya?" Balas ku lagi
2 detik kemudian
"V A N I A nih. hi3...."
Aku tertegun membaca sms itu. Vania sms gw???!!! dapet no gw drmana yah???? kenapa dia sms gw???? woahh!!!!!!!
"Oh Vania, dapet nomor gw drmn???"
"Ada degghhh ^^. ud mam mnd belom Ren?"
pas mau balas pulsa ku habis. wah mesti besok lagi nih gw bisa sms dia pikirku. aku belum bisa memakai motor walaupun sudah kelas 3 SMP. hari pun sudah malam dan aku mmg ngga ada niat keluar beli pulsa. jadinya aku ngga balas sms Vania itu. rasa kesal dan geram menyelimutiku. kenapa sih pake acara habis pulsaaaaa!!!!
pkl 22.00 ada sms dari Vania masuk
"Met Bobo, jangan lupa doa! goodnite sweet dreams ^^ "
Arghhh aku membacanya dengan tersenyum dan kesal. aduhhhhhhhhh gw bisa mimpi nihhhh... aku pun beranjak tidur dengan pikiran yang hanya tertuju pada Vania.. oh indahnyaaaaaaaaaaaa dan ngga sabar menunggu hari esok datangggg
BERSAMBUNG
Quote:
Diubah oleh bang.dotan 06-09-2016 09:16
anasabila memberi reputasi
1
1.7K
Kutip
9
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan