Di saat yang lain sok galau dengan pertanyaan, "Kapan nikah?", saya justru lebih galau karena pertanyaan, "Habis kuliah, mau kerja di mana?" Sebuah pertanyaan yang dalem, mak jleb, ngena dan nonjok banget.

Setidaknya ada tiga orang yang melontarkan pertanyaan asyik tersebut pas Lebaran kemarin. Pertama, seorang tukang bangunan yang sedang merenovasi dapur di rumah. Kedua, kakak saya. Ketiga, anak kakak saya tadi. Pertanyaan dan tanggapan dari anak kakak saya tadi paling greget.

"Mas mau jadi apa?"
"Gak tahu."
"Lah? Sudah kuliah kok gak tahu?
FYI, dia masih kelas tiga SMP.

Sekarang ini, saya sungguh merasa tidak berguna, baik sebagai anak, adik, maupun sebagai mahasiswa. Bagaimana mungkin manusia seusia saya belum punya rencana nyata mau ngapain setelah lulus. Tinggal setahun lagi, saya akan mendapat atribut S.Hum. di belakang nama saya.

Saya kuliah di Sastra Inggris. Terdengar keren, ya? Well, keren aja tidak cukup untuk membuat saya sukses. Saya memilih jurusan ini hanya karena saya suka bahasa Inggris. Cuma itu. Saya tak pernah memikirkan produk jurusan ini akan jadi apa.

Ternyata? Jurusan ini gak jelas.

Bukan berarti mata kuliah yang diajarkan di kelas tidak berguna, tapi saya gagal paham apa gunanya. Saya suka mata kuliah seperti Media Studies atau English Poetry atau English Prose. Semuanya menambah pengetahuan saya. Dan uniknya, tak banyak orang tahu tentang pengetahuan itu.

Misalnya dalam mata kuliah Media Studies, saya akhirnya tahu bahwa wanita hampir selalu diposisikan sebagai inferior terhadap pria. Sering kita jumpai dalam iklan, sosok pria selalu menjadi pemimpin dan memiliki tubuh lebih tinggi atau lebih besar daripada wanita. Dalam realita sehari-hari? Banyak sekali pria-pria pendek di luar sana, termasuk saya. Tapi, apakah dengan pengetahuan semacam itu, orang akan langsung mau meng-hire saya? Saya rasa tidak.

Beberapa waktu yang lalu saya coba browsing tentang peluang kerja jurusan Sastra Inggris. Ternyata macam-macam jenis pekerjaan yang bisa dimasuki lulusan jurusan ini. Apakah saya lega? Tidak. Semua jenis pekerjaan yang disebutkan 'biasa saja.'

Biasa saja bukan berarti pekerjaan tersebut bergaji rendah atau kurang greget. Tapi, pekerjaan yang disebutkan bersifat umum. Semua jurusan juga bisa mendapatkannya. Misal news anchor, apakah harus jurusan Sastra Inggris? Tidak. Penulis? Sastra Indonesia juga bisa. Wartawan? Semua jurusan juga bisa. Dosen? Semua jurusan juga butuh dosen.

Hanya penerjemah dan interpreter yang benar-benar pas dengan jurusan ini. Tapi, anggapan saya tersebut terbantahkan dengan satu fakta. Beberapa bulan yang lalu saya pernah bertanya kepada seorang penerjemah yang sukses, dan bukan lulusan Sastra Inggris. Padahal beliau seorang penerjemah dengan pasangan bahasa Inggris-Indonesia. Semakin tidak ada pekerjaan yang khusus untuk lulusan jurusan ini.

Jurusan ini gak jelas. Keren, sih. Tapi gak jelas. Kalau memang produk jurusan ini adalah, misalnya, news anchor atau wartawan, seharusnya diberikan mata kuliah yang membahas tuntas dunia jurnalistik. Selama ini saya hanya mendapatkan mata kuliah yang seru kece keren, tapi saya gagal paham apa gunanya nanti saat mencari kerja.

Saya sudah kenyang dengan saran, "Kerja itu gak harus sesuai jurusan kamu kok." Yaelah. Basi. Kalau bisa kerja dan mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah, apa tidak lebih seru?

Kakak-kakak kelas di luar sana yang pernah berada di posisi kritis seperti saya sekarang ini, tolonglah berikan petuah kalian ke adik kelas kalian ini. Berikan contoh langkah-langkah nyata yang bisa saya persiapkan agar setahun setelah saya menulis tulisan ini, saya tidak terlalu stres karena bingung mau ngapain. Saya bukan benci jurusan ini. Saya hanya kecewa karena jurusan ini tidak jelas maunya gimana.

Tolonglah, kak.