Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

barbeque88Avatar border
TS
barbeque88
Bertani buat Makan, Angkat Batu untuk Hidup



Rangkaian suara terdengar,
" Sraakkk…srakk…srakk..brrk… Bruk!!!" Hawa terasa
panas, pemandangan pun serba putih.
Selamat datang ke kawasan perkapuran di Jalan
Raya Bongas, Kabupaten Majalengka. Inilah industri
yang menghidupi masyarakat selama lebih dari
lima dasawarsa terakhir.

“Lupa dari kapan saya sudah bekerja menjadi
pengeruk. Mungkin sejak puluhan tahun lalu. Akan
tetapi kalau di tempat ini baru enam tahun,” ujar
Sadir, salah satu pekerja di situ, Selasa (16/8/2016).
Jangan salah, lelaki ini sudah berusia 46 tahun.
Dengan telaten, dia menyerok bebatuan
membara dari dalam tungku pembakaran
berukuran raksasa.

Inilah suasana kerja di CV Sumberjaya Kapur, salah
satu industri perkapuran di Desa Bongas Wetan,
Kecamatan Sumberjaya, Majalengka.
Hati-hati, Sadir memindahkan batuan yang
membara ke tumpukan di belakangnya.
Bersamaan, di lokasi yang sama ada sejumlah
aktivitas lain.

Ada puluhan warga Sumberjaya berbagi tugas di
sini. Selain pengeruk batu dari dalam tungku, ada
pula warga yang bekerja mengangkat batu kapur
mentah ke puncak tungku setinggi 20-an meter.
Masih ada pula warga dengan mobil tua
modifikasian, bolak-balik membawa batuan
"masak" ke area penggilingan. Akhir dari perjalanan
batu itu adalah tepung kapur kalsium oksidan
(CaO) untuk beragam pemakaian.

Puluhan tahun

Bagi orang-orang ini, berselimut debu kapur tak
selalu jadi aktivitas utama. Sebagian besar dari
mereka adalah petani dan punya sawah.
Sadir, misalnya, punya sawah yang bisa ditanama
200 rumpun padi. “Pekerjaan ini lumayan untuk
tambah-tambah, tetapi kalau lagi musim panen
ya nyawah dulu,” ujar dia sembari terkekeh.
Direktur CV Sumberjaya Kapur, Dadang Iskandar,
tak menampik kenyataan itu. Dia bertutur, tak
bisa memaksa para pekerjanya datang kalau
memang sedang musim ke sawah.
“Kalau sedang musim panen, yang utama (buat
mereka) ya nyawah dulu. Kalau lagi (musim)
panen, pekerja kami paling hanya ada lima orang,”
kata Dadang.

Tak ada sanksi untuk "kelakuan" para pekerja itu.
“Ini jadi budaya sejak dulu. Kebiasaan bapak dan
kakek mereka juga begitu (saat bekerja di industri
perkapuran). Jadi kami tak pernah melarang,”
ungkap Dadang.
Menurut Dadang, bertani adalah mata pencaharian utama masyarakat tempat dia lahir dan besar ini.
“Meski sudah banyak yang bekerja di pabrik,
mereka tetap dikenal sebagai petani,” ujar dia
yang sekarang sudah punya dua cucu.
Makan dan penghidupan

Sebagai petani, Sadir tiga kali memanen
sawahnya. Setiap panen, dia mendapatkan hasil 1,5
ton gabah. Dengan harga jual Rp 450.000 per
kuintal gabah, dia mendapatkan penghasilan sekitar
Rp 20 juta per tahun.

Dari mengeruk batu kapur yang sudah matang
dibakar, Sadir mendapatkan upah Rp 145.000 per
hari kerja. Namun, dia tak tak bekerja di sini setiap
hari.

Setiap pekerja di perusahaan kapur tersebut
bergiliran kerja dengan sistem sehari masuk dan
sehari libur. Karenanya, dalam sebulan Sadir dan
pengeruk lain seperti dia mendapatkan maksimal
Rp 2,175 juta per bulan.
Bandingkan dengan upah minimum regional (UMR)
Kabupaten Majalengka yang pada 2016 dipatok Rp
1,4 juta.



Hitungan angka-angka tersebut bisa jadi tak luput
sebagai alasan warga setempat bekerja di industri
kapur sembari tetap bertani.

Bertandang ke usaha perkapuran itu, jangan
heran mendapati para lelaki berusia lebih dari 50
tahun hilir mudik mengangkat batu, baik dari hasil
bakaran tungku atau batuan mentah untuk
diangkut ke puncak tungku.

"Pekerjaan lain juga tak ada, terutama bagi kami
yang sekolah paling tinggi sampai SD," ujar Jayadi,
salah satu pekerja pengangkat batu kapur mentah
ke puncak tungku.

Jayadi bekerja berkelompok enam orang. Dalam
sistem kerja mereka, mengangkat batu satu rit
tronton—setara sekitar 14 ton—mendapatkan
upah Rp 247.000. Sehari, rata-rata mereka bisa
mengangkat dua rit.

Di luar itu, Jayadi dan warga lain yang bekerja
seperti dirinya, mendapat tambahan upah dari
mengangkat batuan matang seperti Sadir. Bisa
juga mereka mengangkat hasil gilingan batu kapur
matang.

Meski terdengar berat, Sadir mengaku cukup
menikmati pekerjaannya. “Lumayan
(pendapatannya). Jam kerjanya juga santai.
Sebagai pengeruk, saya bekerja satu jam keruk,
lalu dua jam istirahat,” ujar dia.
Bukan tanpa risiko

Risiko jelas tetap ada di pekerjaan ini. Pekerjaan
Sadir, misalnya, tak jarang para pekerja
"menyenggol" batuan yang membara. Mereka
pun harus berkonsentrasi memastikan runtuhan
batu matang dari dalam tungku tak menimpa
jari-jari kaki.

“Ini masih jauh lebih mudah karena
pembakarannya sudah menggunakan gas alam.
Kalau kayu bakar lebih susah lagi mengeruknya.
Waktu kerja juga tidak bisa santai,” imbuh Sadir.
Puluhan tahun bekerja di industri ini, Sadir
melewati beragam masa perkembangan "bakar-
membakar" kapur.

Menggunakan kayu bakar, tutur dia, batu kapur
butuh waktu sepekan untuk matang dibakar. Itu
pun, risikonya lebih besar daripada sekarang.
“(Pakai kayu bakar) harus tunggu matang
sepekan, lalu tunggu dingin. Kalau belum (dingin)
akan bahaya saat dikeruk. Belum lagi harus hirup
asap hitam yang tebal,” ungkap Sadir.

Bahaya saat memakai bahan bakar kayu juga
karena pola pembakaran yang berbeda dengan
saat bahan bakar gas yang dipakai.
Kayu bakar akan ditumpuk di bawah timbunan
batu. Proses pembakaran harus rampung dulu
sebelum batu bisa diambil, sudah matang maupun
baru setengah matang.



Berbeda dengan itu, pembakaran dari gas tidak
harus menunggu proses pembakaran batu
setungku rampung. Batu yang sudah matang
langsung bisa diambil, karena gas dan api dipasang
di lubang pengambilan.
Dengan gas alam, pembakaran tungku pun bisa
dimatikan dan dinyalakan kapan pun. Proses batu
dibakar cukup dua jam, bisa diambil bertahap
setiap saat.
“Karena itu lebih santai, waktu (istirahat) bisa
dipakai pulang ke rumah atau sekadar tidur-
tiduran dan merokok (di sini),” cerita Sadir.
0
3.6K
35
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan