Tangerang, KompasOtomotif – Salah
satu kunci untuk bisa sesegera mungkin
mengadopsi kebijakan Euro IV, yaitu
kesanggupan dalam menyediakan bahan bakar berkualitas tinggi. Namun, sampai saat ini, Indonesia masih harus menunggu Pertamina menyelesaikan refinery development master plan (RMDP).
Pertamina dinilai lamban untuk bisa
menyediakan bahan bakar yang sesuai
dengan standar emisi tersebut. I Gusti
Putu Suryawirawan, Direktur Jenderal
Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin mengatakan, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Pertamina terkait hal ini.
“Bukan hanya Pertamina, ini sebuah
kolaborasi. Kita juga tahu lah Pertamina
juga sedang banyak masalah, nanti kita
bantu lah ya Pertamina,” ujar Putu
kepada KompasOtomotif, di sela
Indonesia International Automotive
Conference, Auto Industry Globalitation,
di ICE, Tangerang, Jumat (12/8/2016).
Di sisi lain, Anastasia Kharina, Researcher The International Council on Clean Transportation (ICCT) yang berbasis di San Fransisco, Amerika menyampaikan, kalau kebijakan harus secepatnya dilakukan, Memang kendala utamanya pada ketersediaan bahan bakar, yang dalam hal ini Pertamina.
“Indonesia sangat tertinggal jauh terkait
dengan penetapan emisi. Nampakaya
Pertamina agak lambat dalam
mengimplementasikan itu, dan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indoensia (Gaikindo) tampak selalu nge- push Pertamina terus,” ujar Anastasia saat berbincang dengan KompasOtomotif.
Dalam presentasinya, Anastasia
mengatakan kalau Indonesia merupakan negara yang tertinggal, terkait dengan kontrol terhadap emisi, di antara negara-negara G20.
http://otomotif.kompas.com/read/2016...ng.Soal.Emisi.