- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kenapa Asuransi Pendidikan Yang Anda Beli Salah?
![penisonta](https://s.kaskus.id/user/avatar/2016/06/26/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
penisonta
Kenapa Asuransi Pendidikan Yang Anda Beli Salah?
Quote:
Kenapa Asuransi Pendidikan Yang Anda Beli Salah?
Aidil Akbar - detikfinance
Senin, 01/08/2016 07:09 WIB
Kenapa Asuransi Pendidikan Yang Anda Beli Salah? Foto: Istimewa
Jakarta -Artikel ini bisa dibilang sambungan dari artikel sebelumnya, tapi bisa juga tidak. Yang penting topiknya sih masih sama dengan tema yang sama, yaitu 'Kenapa Asuransi Pendidikan Yang Anda Beli Salah'.
Di tulisan sebelumnya saya sudah membahas bahwa sebenarnya tidak ada yang namanya Asuransi Pendidikan. Mengapa demikian? Karena Asuransi Pendidikan hanya 'melabel' penggunaan nama Pendidikan saya untuk 'memancing' orang tua membeli produk ini untuk 'masa depan anaknya'.
Siapa sih orang tua yang tidak ingin 'melindungi' masa depan anaknya? Nah, permainan emosional inilah yang dilakukan oleh perusahaan asuransi dan agen-agen mereka, agar anda membeli produk tersebut. Hal ini mirip dengan Tabungan Pendidikan pada produk perbankan, hanya saja di perbankan mereka menggunakan produk yang 'plain'.
Padahal, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, produk asuransi jiwa di Indonesia sendiri hanya ada 4 macam, yaitu Asuransi Jiwa Berjangka (Term Life), Asuransi Jiwa Seumur Hidup (Whole Life), Asuransi Jiwa Dwiguna (Endowment), dan Asuransi Jiwa Investasi (Unitlink). Anda bisa liat tidak ada asuransi pendidikan dari ke 4 di atas.
Lalu asuransi mana yang kemudian dipakai dengan berkedok asuransi pendidikan? Perusahaan asuransi biasanya menggunakan produk Endowment dan Unitlink yang disulap seakan-akan menjadi asuransi pendidikan. Ini sudah kita bahas sebelumnya. Sekarang mari kita bahas dimana letak kesalahannya?
Pertama, saya ingin bertanya kepada anda semua, untuk menjamin masa depan pendidikan anak anda lalu apa yang akan dibutuhkan oleh mereka? Yes, jawabannya ada uang alias dana. Lalu bagaimana cara anda mempunyai sejumlah dana yang cukup untuk pendidikan anak anda? Yes, jawabannya dengan mengumpulkan dan diinvestasikan.
Nah, sampai di sini apakah anda sudah merasakan kejanggalan? Betul mengumpulkan dan investasi kok malah pakai produk asuransi? Asuransi sebenarnya adalah produk perlindungan alias proteksi, bukan untuk mengumpulkan dana (untuk ini pakai produk perbankan) dan bukan produk mengembangkan dana alias investasi (untuk ini pakai produk pasar modal seperti saham, obligasi dan reksa dana).
Kedua, agen dan perusahaan asuransi kemudian berargumentasi (standard sales pitch mereka), bagaimana bila Orang Tuanya kenapa-kenapa, tidak panjang umur? Berarti Dana Pendidikannya belum siap 100%.
Betul, nah di sini letak kebutuhan asuransi jiwa murni untuk melindungi 'nilai ekonomis orang tuanya'. Ingat saya tebalkan dan pakai tanda kutip, yang dilindungi adalah nilai ekonomis Orang Tua, yang artinya, bila dari masa sekarang sambil mengumpulkan dana pendidikan orang tuanya meninggal, maka akan keluar sejumlah dana yang bisa dipakai untuk menutupi biaya pendidikan si anak. Sampai di sini sudah paham konsepnya?
Nah, sekarang coba anda cek polis asuransi pendidikan yang anda miliki. Dan mari kita liat apakah konsep di atas terpenuhi? Entah darimana asalnya, dalam 5-7 tahun terakhir saya menemukan 90% asuransi pendidikan yang dijual salah skema alias salah konsep tidak sesuai dengan hal yang di atas.
Bagaimana cara mengeceknya. Pertama, ingat tujuan kita untuk berinvestasi jangka panjang, nah cek apakah dana anda (baca: premi) yang dimasukan ke investasi persentasenya lebih besar dari yang dimasukkan ke asuransinya? Kalau dimasukkan lebih kecil atau bahkan 50:50 saja, berarti anda tidak sedang berinvestasi.
Berikutnya, ingat konsep asuransi tadi bahwa bila anda sebagai kepala keluarga (bisa ibu atau bapak) meninggal dunia maka uang pertanggungan akan keluar untuk dipersiapkan biaya pendidikan anak anda. Cara mengeceknya adalah, cari tulisan 'Tertanggung' cek nama yang tercantum di situ nama anda (sebagai orang tua) atau nama anak. Dalam kurun 5-7 tahun terakhir sedang ngetop tertanggung bukan orang tua tapi malah anak, dan ini salah besar. Tertanggung haruslah orang tua.
Bila tertanggungnya tertulis anak, maka polis anda 'mengatakan' bahwa: anak anda harus meniggal dulu sebelum sejumlah dana (bisa Rp 100 juta, atau Rp 200 juta) tersebut bisa keluar. Lha, kalau anak anda meninggal trus uang ratusan juta itu untuk siapa? Bukankah anda beli asuransi pendidikan supaya ada uang untuk anak anda sekolah dan kuliah nanti? Eng in eeeeng.
Kalau setelah polis anda cek dan anda termasuk salah satu yang salah beli, berarti anda tidak sendirian, karena ada puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu orang yang sama seperti anda salah beli asuransi pendidikan.
Yang harus dilakukan adalah secepatanya diperbaiki. Anda bisa datang ke konsultan dan membayar mahal untuk itu, atau anda bisa belajar sendiri cara memperbaikinya, salah satunya dengan mengikuti pendidikan pengelolaan keuangan, infonya bisa dibuka di sini atau workshop tentang belajar berinvestasi, info bisa dibuka di sini.
Akan lebih bagus bila kita belajar secara lengkap seperti kelas Basic Financial Planning beberapa hari ini, info bisa dibuka di sini.
Salah konsep bisa menyebabkan atau disebabkan salah info atau salah komunikasi. Salah satu contoh salah komunikasi (atau disalah-salahin sih) yaitu tadi salah menempatkan tertanggung di polis asuransi pendidikan anda. Biar ngak salah alias miskom, mungkin ada bagusnya belajar juga membaca komunikasi orang lain dan diri sendiri, seperti yang ada di sini.
Nah, sekarang sudah mengerti kan kenapa saya katakan kenapa tidak ada yang namanya asuransi pendidikan dan kenapa asuransi pendidikan banyak yang salah terutama salah beli dan salah konsep.
(wdl/wdl)
http://finance.detik.com/read/2016/0...nda-beli-salah
Aidil Akbar - detikfinance
Senin, 01/08/2016 07:09 WIB
Kenapa Asuransi Pendidikan Yang Anda Beli Salah? Foto: Istimewa
Jakarta -Artikel ini bisa dibilang sambungan dari artikel sebelumnya, tapi bisa juga tidak. Yang penting topiknya sih masih sama dengan tema yang sama, yaitu 'Kenapa Asuransi Pendidikan Yang Anda Beli Salah'.
Di tulisan sebelumnya saya sudah membahas bahwa sebenarnya tidak ada yang namanya Asuransi Pendidikan. Mengapa demikian? Karena Asuransi Pendidikan hanya 'melabel' penggunaan nama Pendidikan saya untuk 'memancing' orang tua membeli produk ini untuk 'masa depan anaknya'.
Siapa sih orang tua yang tidak ingin 'melindungi' masa depan anaknya? Nah, permainan emosional inilah yang dilakukan oleh perusahaan asuransi dan agen-agen mereka, agar anda membeli produk tersebut. Hal ini mirip dengan Tabungan Pendidikan pada produk perbankan, hanya saja di perbankan mereka menggunakan produk yang 'plain'.
Padahal, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, produk asuransi jiwa di Indonesia sendiri hanya ada 4 macam, yaitu Asuransi Jiwa Berjangka (Term Life), Asuransi Jiwa Seumur Hidup (Whole Life), Asuransi Jiwa Dwiguna (Endowment), dan Asuransi Jiwa Investasi (Unitlink). Anda bisa liat tidak ada asuransi pendidikan dari ke 4 di atas.
Lalu asuransi mana yang kemudian dipakai dengan berkedok asuransi pendidikan? Perusahaan asuransi biasanya menggunakan produk Endowment dan Unitlink yang disulap seakan-akan menjadi asuransi pendidikan. Ini sudah kita bahas sebelumnya. Sekarang mari kita bahas dimana letak kesalahannya?
Pertama, saya ingin bertanya kepada anda semua, untuk menjamin masa depan pendidikan anak anda lalu apa yang akan dibutuhkan oleh mereka? Yes, jawabannya ada uang alias dana. Lalu bagaimana cara anda mempunyai sejumlah dana yang cukup untuk pendidikan anak anda? Yes, jawabannya dengan mengumpulkan dan diinvestasikan.
Nah, sampai di sini apakah anda sudah merasakan kejanggalan? Betul mengumpulkan dan investasi kok malah pakai produk asuransi? Asuransi sebenarnya adalah produk perlindungan alias proteksi, bukan untuk mengumpulkan dana (untuk ini pakai produk perbankan) dan bukan produk mengembangkan dana alias investasi (untuk ini pakai produk pasar modal seperti saham, obligasi dan reksa dana).
Kedua, agen dan perusahaan asuransi kemudian berargumentasi (standard sales pitch mereka), bagaimana bila Orang Tuanya kenapa-kenapa, tidak panjang umur? Berarti Dana Pendidikannya belum siap 100%.
Betul, nah di sini letak kebutuhan asuransi jiwa murni untuk melindungi 'nilai ekonomis orang tuanya'. Ingat saya tebalkan dan pakai tanda kutip, yang dilindungi adalah nilai ekonomis Orang Tua, yang artinya, bila dari masa sekarang sambil mengumpulkan dana pendidikan orang tuanya meninggal, maka akan keluar sejumlah dana yang bisa dipakai untuk menutupi biaya pendidikan si anak. Sampai di sini sudah paham konsepnya?
Nah, sekarang coba anda cek polis asuransi pendidikan yang anda miliki. Dan mari kita liat apakah konsep di atas terpenuhi? Entah darimana asalnya, dalam 5-7 tahun terakhir saya menemukan 90% asuransi pendidikan yang dijual salah skema alias salah konsep tidak sesuai dengan hal yang di atas.
Bagaimana cara mengeceknya. Pertama, ingat tujuan kita untuk berinvestasi jangka panjang, nah cek apakah dana anda (baca: premi) yang dimasukan ke investasi persentasenya lebih besar dari yang dimasukkan ke asuransinya? Kalau dimasukkan lebih kecil atau bahkan 50:50 saja, berarti anda tidak sedang berinvestasi.
Berikutnya, ingat konsep asuransi tadi bahwa bila anda sebagai kepala keluarga (bisa ibu atau bapak) meninggal dunia maka uang pertanggungan akan keluar untuk dipersiapkan biaya pendidikan anak anda. Cara mengeceknya adalah, cari tulisan 'Tertanggung' cek nama yang tercantum di situ nama anda (sebagai orang tua) atau nama anak. Dalam kurun 5-7 tahun terakhir sedang ngetop tertanggung bukan orang tua tapi malah anak, dan ini salah besar. Tertanggung haruslah orang tua.
Bila tertanggungnya tertulis anak, maka polis anda 'mengatakan' bahwa: anak anda harus meniggal dulu sebelum sejumlah dana (bisa Rp 100 juta, atau Rp 200 juta) tersebut bisa keluar. Lha, kalau anak anda meninggal trus uang ratusan juta itu untuk siapa? Bukankah anda beli asuransi pendidikan supaya ada uang untuk anak anda sekolah dan kuliah nanti? Eng in eeeeng.
Kalau setelah polis anda cek dan anda termasuk salah satu yang salah beli, berarti anda tidak sendirian, karena ada puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu orang yang sama seperti anda salah beli asuransi pendidikan.
Yang harus dilakukan adalah secepatanya diperbaiki. Anda bisa datang ke konsultan dan membayar mahal untuk itu, atau anda bisa belajar sendiri cara memperbaikinya, salah satunya dengan mengikuti pendidikan pengelolaan keuangan, infonya bisa dibuka di sini atau workshop tentang belajar berinvestasi, info bisa dibuka di sini.
Akan lebih bagus bila kita belajar secara lengkap seperti kelas Basic Financial Planning beberapa hari ini, info bisa dibuka di sini.
Salah konsep bisa menyebabkan atau disebabkan salah info atau salah komunikasi. Salah satu contoh salah komunikasi (atau disalah-salahin sih) yaitu tadi salah menempatkan tertanggung di polis asuransi pendidikan anda. Biar ngak salah alias miskom, mungkin ada bagusnya belajar juga membaca komunikasi orang lain dan diri sendiri, seperti yang ada di sini.
Nah, sekarang sudah mengerti kan kenapa saya katakan kenapa tidak ada yang namanya asuransi pendidikan dan kenapa asuransi pendidikan banyak yang salah terutama salah beli dan salah konsep.
(wdl/wdl)
http://finance.detik.com/read/2016/0...nda-beli-salah
asuransi di Indonesia lebih mirip MLM saja, jualan produk tak jelas dibarengi janji-janji palsu
![Entahlah emoticon-Entahlah](https://s.kaskus.id/images/smilies/smilies_fb5ogii64nj7.gif)
0
1.4K
Kutip
6
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan