JADI KORBAN SALAH SASARAN BANK BUKOPIN

Mendadak Selasa, 19 Juli 2016 sekitar pukul 14.00 wib ada orang mengaku kolektor dari Bank Bukopin datang ke rumah orang tua saya. Dengan maksud mencari saya karena di data yang dia pegang saya mempunyai tunggakan kartu kredit sebesar Rp. 16,490,632,-. Karena tidak ketemu saya jadi orang ini meninggalkan surat. Surat berupa tulis tangan tanpa kop surat Bank Bukopin, hanya tertera nomor kartu, jumlah tagihan, keterangan office card center dan nama serta no telp kolektor yg bersangkutan. (Foto terlampir)


Respon saya waktu itu cuekin saja, karena saya bukan pemegang dan tidak pernah menggunakan kartu kredit dari Bank Bukopin. Apa lagi surat yang ditinggalkan hanya berupa surat tulis tangan jadi saya menganggap hanya orang mengaku2 dari Bank Bukopin. Kemudian Jumat, 22 Juli 2016 dan Sabtu, 23 Juli 2016 datang lagi orang yang sama yang mengaku kolektor Bank Bukopin. Tidak mengganggu tapi kakak saya jadi tidak bisa kerja karena harus menemani orang tersebut ngobrol. Akhirnya saya pun mengatur janji untuk ketemu orang tersebut pada hari Senin, 25 Juli 2016 pukul 14.00 untuk selesain masalannya.

Senin, 25 Juli 2016 pukul 10.00 wib saya datang ke gedung Bank Bukopin yang sesuai dengan surat yg diberikan untuk bertemu bagian penagihan Bank Bukopin. Sampai disana bagian penagihan Bank Bukopin saya bertemu dengan Ibu Puji. Ibu Puji membenarkan bahwa orang yang datang ke rumah saya benar bagian lapangan penagihan Bank Bukopin. Nah keanehan dimulai disini. Ibu Puji mengecek data saya melalui KTP saya ternyata saya tidak terdaftar sebagai nasabah kartu kredit Bank Bukopin. Ternyata nomor kartu kredit yang ditagihkan ke saya datanya tidak sesuai. Ibu Puji hanya bilang tanggal lahirnya tidak sama jadi akan diinvetigasi dahulu. Lalu saya sampaikan untuk tidak mengirim kolektor lagi sampai investigasi selesai dan Ibu Puji pun setuju. Mendadak pukul 14.00 saya ditelpon kakak saya bilang bagian kolektor Bank Bukopin datang lagi, tapi kali ini marah2 karena sudah janjian sama saya tapi saya tidak datang. Saya pun telpon dia dan menjelaskan sudah datang ke Bank Bukopin dan sudah berbicara dengan Ibu Puji untuk menjelaskan permasalahannya, tapi kolektor tersebut tetap tidak pervaya dan marah2. Akhirnya saya pun membuat janji ketemu Selasa, 26 Juli 2016 di Bank Bukopin Slipi.

Selasa, 26 Juli 2016 pukul 10.00 saya bertemu dengan kolektor tersebut dan Ibu Puji di Bank Bukopin. Pertama mulai Ibu Puji memperkenalkan kolektor tersebut sebagai orang lapangannya. Lalu kolektor tersebut langsung marah kepada saya kenapa saya tidak datang di janjian kemarin, saya pun bilang sudah bilang dengan Ibu Puji selaku bagian penagihan Bank Bukopin. Dan ternyata disini lebih jelas lagi ternyata penagihan ke saya itu salah sasaran. Saya diperlihatkan datanya ternyata hanya nama dan nama jalan alamat rumah saja yang sama. Jadi nomor rumah tidak sama. Kolektor ini harus bertanya-tanya dulu pada orang sekitar apa ada nama "William Wijaya" disini. Karena saya cukup lama tinggal disana jadi semua orang tahu. Jadi lah saya ditagih oleh kolektor Bank Bukopin untuk membayar tagihan kartu kredit yang entah punya siapa. Hanya karena kesamaan nama dan nama jalan alamat rumah saya jadi dikejar. (Foto terlampir)


Benar2 heran sama cara kerja bagian penagihan Bank Bukopin sudah tahu alamat tidak sesuai masih saja dipaksakan. Pas saya mengecek kecocokan data kartu kredit di customer service ternyata lain semua. Dari tanggal lahir, nama gadis ibu kandung, nomor KTP, tempat bekerja, saudara tidak serumah yang dicantumkan saya tidak tahu, nomor telpon yang berbeda. Akhirnya saya pun terpaksa membuat surat pernyataan bahwa saya tidak menggunakan kartu kredit Bank Bukopin supaya kasus saya masuk ke bagian fraud dan dapat diinvestigasi. (Foto terlampir)


Sampai surat ini saya buat proses masih berjalan 1 sampai 3 bulan kedepan.