karedok123
TS
karedok123
Curhat Rakyat Tanpa Negara
Inspirasi untuk menulis datang kapan saja dan dimana saja, seperti ketika pagi ini sedang mencuci pakaian di rumah. Inspirasi yang terbersit ketika memikirkan negara yang berjalan tanpa rakyat, atau rakyat yang berjalan tanpa negara, atau negara yang memiliki rakyat hanya segolongan pengembang dan cukong, atau rakyat yang memiliki negara yang hanya dijalankan oleh penjilat dan penampung uang haram.

Apa salah kita, warga negara Indonesia, memiliki pemimpin dan pemerintahan yang tidak pro rakyat. Apa kesalahan kita sehingga pemerintah tidak mendengar aspirasi kita sebagai mayoritas rakyat di Indonesia. Mereka justru sibuk dengan agenda dan schedul para pengembang, para cukong dan penjilat.
Apa salah kita, disuguhi media nasional yang bodohnya minta ampun, kemana sisa-sisa kuliah mereka, apakah hanyut di Ciliwung, atau tertinggal di Guangzhou. Ketika panas kasus korupsi di DKI yang menyeret gubernurnya, media malah disibukkan dengan liputan saipul jamil.


Apa salah kita, disuguhi aparat yang maunya menang sendiri dan tidak mendengarkan rakyat. Tentunya kita tidak bodoh-bodoh amat membaca peristiwa di negeri ini. Dagelan apa ini, seorang presiden menginstruksikan jajaran penegak hukum dibawahnya agar tidak mempidanakan seorang anak emas yang jelas-jelas terlibat kasus korupsi dan mereka manut. Tetapi ketika berhadapan dengan seorang “calon” teroris di kandang ayam, beringasnya minta ampun.
Apa salah kita, direpresentasikan oleh anggota-anggota dewan yang mayoritas berfikir kapitalis dan tidak mementingkan pemilihnya : kita. Ketika mereka mengesahkan undang-undang tax amnesty dalam waktu kilat, sementara kita sebagai rakyat Indonesia yang berpenghasilan pas-pasan dikejar-kejar setiap hari dalam razia rutin di jalanan, barangsiapa pajak kendaraannya nunggak : tilang.


Apa salah kita, memiliki tokoh panutan yang nyeleneh minta ampun. Sengaja menyerempet rambu-rambu agama dan dengan pede memproklamirkannya dihadapan publik. Ketika ia menyambut seorang non-muslim dengan dielu-elukan melenggang ke pesantren disertai iringan salawat tola’al badru. Sementara terhadap sesama muslim ia menjustifikasi dan tidak menunjukkan toleransi.

Apa salah kita, memiliki pemerintahan dengan pola pikir serampangan, menggampangkan dan tidak jauh ke depan. Ketika meneken perjanjian dengan RRC untuk mendatangkan 10 juta orang cina dengan welcome dan boleh bekerja dimana saja di setiap jengkal tanah Nusantara, seakan akan Indonesia adalah tanah leluhur mereka, sementara lulusan-lulusan sekolah SMA-Universitas kita berjibaku mencari pekerjaan, syukr-syukur digaji sesuai UMR.

Sehingga terbersit di dalam benak : apakah kita hidup di negara yang salah kah, apakah kita kembali ke masa lalu kah ke masa penjajahan, atau kah telah terjadi penyerangan oleh negara lain ke Indonesia dan pemerintah yang sekarang adalah si Penjajah itu.
Dulu, di SD dalam pelajaran PKn, ibu guru dengan lemah lembut menerangkan bahwa demokrasi adalah : dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Apakah saya salah mendengar penjelasan Bu Guru kah, ataukah Bu Guru membaca dan menerangkan buku yang salah kah kepada kita, ataukah memang sistem pemerintahan sekarang sudah berubah kah ? menjadi sosialis-anti demokrasi.


Kita dibuat bingung, pinjaman dari luar negeri yang mencapai 4.000 trilyun lebih itu untuk siapa dan untuk apa pemeintah meminjamnya? Sedangkan subsidi listrik perlahan dikurangi, harga BBM mengikuti harga pasar, gas elpiji tabung 3 kg perlahan akan dicabut, biaya pendaftaran kuliah di kampus-kampus negeri tanpa subsisdi dan semakin meninggi. Apakah kita bukan termasuk rakyat negeri ini.
Kita dijadikan kelinci di kandang ular, dijadikan ikan hias didalam akuarium dan dijadikan ayam adu di kandang sendiri. Kelinci imut itu siap dimangsa oleh ular, dari bangsa apapun ular itu, cina kah, iran kah, amerika kah, australia kah. Ikan hias itu siap diperjual belikan kepada siapapun pembeli yang berminat : BUMN Cina kah, Perusahaan-perusahaan Iran kah, Freeport Amerika kah, BUMN Singapura kah atau turis-turis australia kah. Ayam adu itu siap diadu dengan siapa pun, dengan sesama orang islam kah, dengan sesama pribumi Indonesia kah, dengan sesama partai kah, dengan negara jiran kah.


Apakah dalam pada ini kita mengeluh, atau kah dalam hal ini kita mengkritik pemerintah kah. Dalam saat yang sama apakah kita sedang dipimpin oleh pemerintahan yang anti-kritik kah, ataukah kita tidak dianjurkan mengkritik tanpa memberi solusi, karena secara kebetulan, bukan kita pengambil keputusan pemerintahan pemberi solusi, kita hanyalah rakyat pemilih dalam pemilu yang lalu.
Kemanakah harga diri sebagai bangsa yang berdaulat.


[FONT="Arial"]Dimanakah pemimpin yang bangga dengan bangsa sendiri.
Kapankah rakyat Indonesia memperoleh Proklamasi Kemerdekaan kembali yang hakiki.
[/FONT]


https://www.facebook.com/rijal.dibul...ref=ts&fref=ts
Diubah oleh karedok123 25-07-2016 03:33
0
13K
134
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan