Ramadhan telah usai, begitu juga dengan mudiknya. Namun, sangat berkesan bagi para pemudik di Jawa.Gak bermaksud menyinggung, nih. Tapi, memang begitu adanya. Mudik yang ditayangkan di TV hanya menampakkan Pulau Jawa saja. Paling kalau di luar Pulau Jawa hanya ditampakkan bandara, kalau enggak pelabuhan. Jarang bahkan tidak pernah menampilkan Jalan Lintas Sumatera, Kalimantan, Sulawesi. Dan karena berpikir seperti itu, ane bisa membuat beberapa hal yang menggambarkan Indonesia lewat info mudik.

Coba agan perhatikan! Info mudik kebanyakan menayangkan pemudik asal Jakarta dan sekitarnya. Jalan tol, pelabuhan, sampai bandara di sekitar Jakarta pun diekspos secara berlebihan. Apa si pemberita tidak memikirkan kami yang di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Papua?
Lalu setelah Jakarta mulai kosong, barulah si pemberita menayangkan lagi mengenai Jakarta yang kosong, lengang, dan sebagainya. seolah-olah Jakarta itu Indonesia.

Live report pada saat mudik kebanyakan hanya menampilkan Cipali, Brebes, Pantura. Mana ada Jalan lintas Sumatera di buat live report baru ditayangkan di layar besar di depan News anchor. berani ane taruhan cendol sama agan mengenai hal ini
Kenapa seperti itu? Jelas karena jurnalis hanya mencari banyak penonton daripada keakuratan dan keseimbangan berita. kami yang di luar Jawa mana bisa berbuat apa-apa selain menonton saja. Toh, kantornya juga di Jakarta.

Tidak hanya jurnalis yang tidak seimbang, tetapi juga infrastruktur kita. Lihat di Jawa ada kereta api dan tol yang bisa digunakan untuk melintasi provinsi. Sementara luar Jawa hanya menggunakan jalan yang lebarnya setara dengan lebar dua mobil. itu pun sudah dua arah.
Belum lagi di Papua.

Kalau ini udah keliatan dari awal. Jalan Pantura macet, Tol Cipali macet, Tol Brebes macet. Padatnya bukan main, kan? Belum lagi yang naik kereta api. Andai aja pemerintah imigrasi lagi warga di Jawa dan warga di Jawa pun mau diimigrasi. Ane yakin Indonesia bakal lebih produktif. Namun sebaliknya. Warga Jawa malah ingin kerja ke Jakarta, bukan ke Kalimantan atau Papua. Kan kasihan Pak Ahok harus memutar otak untuk kedatangan para warga baru. Nanti kalau rumahnya digusur Pak Ahok lagi yang salah.

Kalau kepadatan meningkat pasti perputaran uang juga meningkat. Inilah alasan kenapa banyak orang terpencil di luar Jawa tidak makmur. Mereka tidak berpenghasilan, kebanyakan bercocok tanam, namun masih juga miskin. Jarang lapangan pekerjaan di sana. Sementara pemerintah berusaha membuka lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya di Jawa. Karena semakin banyak orang, semakin banyak konsumsi, semakin banyak lapangan pekerjaan (ngarang).

Ane gak bermaksud mau menjatuhkan suatu pihak. Ane hanya ingin menyuarakan pendapat yang telah lama terpendam. Mohon maaf sekali lagi kalau ada pihak yang tersinggung mengenai thread ane.

sumber : obrolan
sumber gambar: Google