MABUK LAGI... | Jika minuman beralkohol tak dikendalikan, lagu "Mabuk Lagi" bisa menjadi praktik yang kian meluas tanpa batas.
Arak, minuman tradisional itu, berkemungkinan akan dilarang karena dia tergolong minuman keras -- apalagi kandungan alkoholnya bisa sampai 65 persen.

Jangankan yang bermuatan alkohol tinggi, minuman beralkohol (minol) yang lebih rendah saja diatur, masa yang paling tinggi tak dikendalikan.

Maka Panitia Khusus Rancangan UU Larangan Minuman Beralkohol mengusulkan tambahan kelas setelah minol golongan A, B, dan C. Ya minol golongan 55+ itu.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Srie Agustina pun sepakat: "Kami buat lagi kelompok (golongan) baru..." (Kontan, Kamis 14/7/2016)

Ketua Pansus Arwani Thomafi (Partai Persatuan Pembangunan) mengatakan, DPR juga terbuka terhadap pengecualian dalam larangan.

Mei lalu Arwani menyatakan bahwa Indonesia butuh payung hukum yang jelas. Dari kunjungan kerja pansus didapatkan keragaman peraturan daerah tentang minol. Dari yang mengandalikan hingga melarang total (Republika, 25/5/2016).

Salah satu hal menarik dalam RUU Larangan Minol adalah masuknya minuman tradisional dan racikan/campuran. Yang terakhir itu adalah oplosan.

Sedangkan penjualan air tapai, sebagai minuman tradisional beralkohol, sejauh ini belum disentuh oleh Lampiran Permendag 20/2014. Permen itu mengatur pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran, dan penjualan minol.

Istilah yang lebih awal daripada minol adalah miras (minuman keras). Dan inilah petuah Raja Dangdut Profesor Rhoma Irama dalam "Mirasantika" (album Mirasantika, 1997):

Minuman keras (miras), apa pun namamuTak akan kureguk lagiDan tak akan kuminum lagiWalau setetes (setetes)...Mirasantika? (no way)



Sumber : https://beritagar.id/artikel/infogra...akan-diperluas

---