Pada musim panas tahun 1822, seorang penjerat hewan berbulu asal Prancis-Kanada bernama Alexis St. Martin pergi ke Danau Michigan untuk melakukan profesinya. Naas, dia malah tertembak oleh seorang pemburu, tepat di perutnya. Lukanya sangat parah, dan membentuk sebuah lubang. Semua orang mengiranya akan meninggal pada malam harinya. Tapi, takdir berkata lain. Seorang dokter militer lokal, William Beaumont, mengobati lukanya dan membuatnya tetap hidup setelah menjalani beberapa operasi. Beaumont, dalam paper-nya di kemudian hari, menjelaskan bahwa tembakan itu merobek fragmen otot St. Martin, dan mematahkan beberapa tulang rusuknya. Walaupun lukanya sembuh setelah dirawat, lubang di perutnya tetap permanen.

Beaumont memutuskan untuk tetap membuat lubang di perut St. Martin terbuka. Dengan lubang itu, isi perutnya pun dapat dilihat secara langsung. Dengan perut berlubang seperti itu, St. Martin pun tidak bisa lagi bekerja sebagai penjerat hewan berbulu. Oleh karena itu, Beaumont pun menawarinya pekerjaan sebagai seorang pelayan(servant) dan diterimanya. Pada saat itu, pengetahuan tentang pencernaan manusia sangatlah sedikit dan Beaumont pun mendapat kesempatan mempelajari pencernaan pada perut St. Martin. Alexis St. Martin pun memperbolehkan eksperimen Beaumont, bukan sebagai imbalan agar tetap hidup, melainkan karena kontrak pekerjaannya dengan Beaumont.

Selama bertahun-tahun dan 238 eksperimen, Beaumont mencatat apa yang St. Martin makan, dan bagaimana reaksi perutnya terhadap makanan. Terkadang, mereka melewatkan bagian 'makan'-nya, dan langsung memasukkan makanan kedalam lubang di perutnya dengan cara diikatkan dengan benang terlebih dahulu. Beaumont mengambil sampel getah lambung untuk dianalisis secara kimiawi, sesuatu yang belum pernah dilakukan seseorang pada saat itu. Beaumont mencermati pencernaan St. Martin terkadang melambat pada waktu-waktu tertentu, seperti saat sakit ataupun stres.

Dari penelitiannya yang kontroversial itu, Beaumont menemukan beberapa hal penting dalam pencernaan, seperti adanya asam kuat dan kontraksi otot pada lambung, beberapa makanan ada yang sulit dicerna, dan otak dapat memengaruhi proses pencernaan. Penemuan Beaumont, termasuk metodenya dalam observasi klinis, melahirkan revolusi dalam bidang fisiologi.
Lalu, bagaimana dengan St. Martin? Jangan khawatir. Dia hidup 83 tahun, secara sehat, walaupun dengan lubang di perutnya.

Beaumont mempublikasikan hasil eksperimennya pada tahun 1838 dengan judul Experiments and Observations on the Gastric Juice, and the Physiology of Digestion. Dia dan St. Martin berpisah; Beaumont pergi ke St. Louis, Missouri, dan St. Martin pulang ke rumahnya di Quebec, Kanada. Lalu, Beaumont membujuk St. Martin untuk pindah ke St. Louis, tapi kepindahannya tidak pernah terjadi. Beaumont meninggal pada 1853 karena tergelincir pada jejak es.

Ketika Alexis St. Martin meninggal di St-Thomas de Joliette, Quebec pada tahun 1880, keluarganya menolak untuk menguburnya sampai tubuhnya mulai terurai, untuk mencegah penculikan jasadnya oleh medis, beberapa yang ingin melakukan otopsi. Alexis Bidagan St. Martin dimakamkan di Saint Thomas Parish Cemetery di Joliette, Quebec, Canada.